Pemimpin Transisi Energi Bersih

Minggu, 27 Juli 2025 | 08:16:33 WIB
Pemimpin Transisi Energi Bersih

JAKARTA - Dalam dinamika global yang terus mencari solusi terhadap krisis iklim, Indonesia muncul sebagai pemain kunci dengan potensi besar untuk memimpin peralihan menuju energi bersih, tak hanya di tingkat regional Asia Tenggara, tetapi juga dalam panggung internasional. Hal ini ditegaskan oleh Sekretaris Eksekutif UNFCCC, Simon Stiell, yang menyatakan keyakinannya atas kapasitas Indonesia sebagai penggerak utama dalam transformasi energi global.

Berbicara di hadapan peserta Konferensi Tingkat Tinggi yang diinisiasi oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Stiell memberikan apresiasi terhadap langkah-langkah strategis Indonesia dalam memperkuat komitmen iklimnya. Menurutnya, Indonesia memiliki fondasi kuat untuk menunjukkan kepada dunia bahwa pertumbuhan ekonomi dan kebijakan lingkungan dapat saling menguatkan.

“Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa ambisi iklim dan pembangunan ekonomi bukanlah dua hal yang saling bertentangan. Justru sebaliknya, keduanya adalah dua sisi dari satu strategi terpadu untuk menghadirkan kesejahteraan, ketahanan, dan martabat bagi masyarakat,” tegasnya.

Pernyataan Stiell menjadi refleksi penting dalam konteks transisi energi yang semakin mendesak di tengah tekanan krisis iklim global. Ia menyampaikan bahwa inti dari semua kebijakan iklim bukan hanya soal angka atau target emisi, melainkan menyangkut keberlangsungan hidup manusia secara langsung.

“Intinya adalah manusia. Anda, saya, keluarga kita. Komunitas kita. Para pekerja yang membangun industri Anda, petani yang merawat sawah, pengemudi ojek yang menembus jalanan kota, wirausahawan yang menciptakan bisnis baru, dan anak-anak yang bermimpi akan hidup yang lebih aman dan lebih baik,” lanjutnya dalam pidato utamanya.

Meski saat ini Indonesia masih sangat bergantung pada energi fosil untuk memenuhi lebih dari 75 persen kebutuhan energinya, Stiell mengakui bahwa langkah-langkah nyata telah terlihat. Ia menyebutkan peningkatan kapasitas energi terbarukan sebesar 40 persen sejak tahun 2019 sebagai pencapaian signifikan yang menunjukkan keseriusan Indonesia dalam menjalani transisi energi.

“Percepatan transisi energi bersih dan berkeadilan di Indonesia akan menciptakan jutaan pekerjaan baru dan menarik investasi dalam jumlah besar,” ujarnya dengan nada optimistis.

Tak hanya soal peningkatan kapasitas energi hijau, Stiell juga menyoroti berbagai kebijakan struktural yang diluncurkan pemerintah Indonesia. Salah satunya adalah peluncuran Sistem Perdagangan Emisi Nasional yang dilakukan tahun lalu, serta keterlibatan dalam Mekanisme Kredit di bawah Paris Agreement yang menurutnya bisa menjadi instrumen penting untuk memperkuat ambisi pengurangan emisi secara nasional.

“Ini bukan bentuk kepemimpinan yang baru muncul. Ini adalah kepemimpinan yang sudah lama ditunjukkan,” ucapnya, menandaskan bahwa peran Indonesia dalam diplomasi iklim dan energi bersih telah diakui secara luas dalam beberapa tahun terakhir.

Lebih lanjut, Stiell mengapresiasi peran aktif Presiden Prabowo Subianto dalam memperkuat posisi Indonesia di mata dunia terkait isu perubahan iklim. Ia menyebutkan bahwa komitmen untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 telah menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia siap bertransformasi dan berkontribusi nyata terhadap masa depan planet ini.

“Komitmen Indonesia untuk mencapai emisi nol pada 2060 dan seruan tegas Presiden telah mengirimkan pesan kuat kepada dunia: masa depan akan dibangun dengan cara yang berbeda,” tambahnya.

Namun, di tengah semua potensi dan pencapaian yang telah diraih, Stiell tetap memberikan pengingat bahwa waktu tidak lagi berpihak pada penundaan. Menurutnya, dunia kini berada pada satu dekade yang krusial dalam menghindari dampak paling buruk dari perubahan iklim.

“Setiap tahun yang kita lewatkan tanpa tindakan nyata akan memperbesar risiko bagi masyarakat, ekosistem, dan ekonomi. Harga yang harus dibayar jika kita tidak segera bertindak akan sangat mahal,” ujarnya, memberi peringatan tegas.

Meskipun tantangan yang dihadapi tidak kecil, Stiell tetap menyuarakan harapan dan keyakinan. Ia percaya bahwa melalui kolaborasi internasional dan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas Indonesia, negara ini dapat menjadi panutan bagi negara-negara berkembang lainnya dalam menghadapi tantangan iklim dan energi.

“Di UN Climate Change, kami adalah mitra setia Anda dalam perjalanan penting ini. Bersama, kita hadir di sini untuk bekerja berdampingan dengan Anda merancang, menjalankan, dan mewujudkan visi Anda tentang Indonesia yang berkelanjutan, rendah karbon, dan sejahtera,” pungkasnya.

Seruan Stiell bukan hanya sekadar pengakuan terhadap potensi Indonesia, tetapi juga dorongan agar negara ini terus meningkatkan ambisinya melalui kebijakan yang kuat dan implementasi yang nyata. Dunia kini tengah memandang ke arah Asia Tenggara, dan Indonesia memiliki peluang emas untuk memainkan peran sebagai pemimpin perubahan menuju masa depan energi yang lebih bersih, adil, dan berkelanjutan.

Terkini