JAKARTA - Pergerakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Tanah Air kembali menjadi perhatian masyarakat pada pertengahan Juli 2025. PT Pertamina (Persero) resmi melakukan penyesuaian harga untuk sejumlah jenis BBM yang dijual di seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Indonesia. Penyesuaian ini diumumkan berlaku mulai Rabu, 23 Juli 2025, dan menyasar lima jenis BBM nonsubsidi yang mengalami kenaikan harga.
Penyesuaian harga BBM dilakukan dengan mengacu pada dua faktor utama, yakni tren harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Hal ini sesuai kebijakan yang telah lama diterapkan oleh pemerintah bersama Pertamina dalam menentukan harga jual BBM secara berkala. Meskipun demikian, harga BBM bersubsidi seperti Pertalite dan Solar masih tetap, tak berubah sejak tahun 2022.
Untuk wilayah Jawa Barat, misalnya, lima jenis BBM mengalami kenaikan harga cukup signifikan. Pertamax yang sebelumnya dijual Rp12.100 per liter, kini naik menjadi Rp12.500 per liter. Kenaikan juga terjadi pada Pertamax Turbo yang naik dari Rp13.050 menjadi Rp13.500, serta Pertamax Green 95 yang naik dari Rp12.800 menjadi Rp13.250.
Tak hanya itu, harga Dexlite juga turut menanjak dari sebelumnya Rp12.740 menjadi Rp13.320, dan Pertamina Dex naik dari Rp13.200 menjadi Rp13.650 per liter. Kondisi serupa juga berlaku di berbagai provinsi lainnya, dengan variasi harga yang disesuaikan secara regional.
Berikut ini adalah daftar lengkap harga BBM Pertamina per 23 Juli 2025 di seluruh wilayah Indonesia, sebagaimana dirangkum dari laman resmi mypertamina.id:
1. Provinsi Aceh
Pertamax: Rp12.800
Pertamax Turbo: Rp13.800
Dexlite: Rp13.610
Pertamina Dex: Rp13.950
Pertamax di Pertashop: Rp12.700
2. Free Trade Zone (FTZ) Sabang
Pertamax: Rp11.800
Dexlite: Rp12.460
Pertamax di Pertashop: Rp11.700
3. Provinsi Sumatera Utara
Pertamax: Rp12.800
Pertamax Turbo: Rp13.800
Dexlite: Rp13.610
Pertamina Dex: Rp13.950
Pertamax di Pertashop: Rp12.700
4. Provinsi Sumatera Barat
Pertamax: Rp13.100
Pertamax Turbo: Rp14.100
Dexlite: Rp13.900
Pertamina Dex: Rp14.250
Pertamax di Pertashop: Rp13.000
5. Provinsi Riau
Pertamax: Rp13.100
Pertamax Turbo: Rp14.100
Dexlite: Rp13.900
Pertamina Dex: Rp14.250
Pertamax di Pertashop: Rp13.000
Harga Tetap untuk BBM Bersubsidi
Sementara jenis BBM bersubsidi seperti Pertalite dan Bio Solar hingga saat ini belum mengalami perubahan harga. Pertalite tetap dijual di angka Rp10.000 per liter, sedangkan Bio Solar masih dibanderol Rp6.800 per liter, tarif yang telah berlaku sejak 2022 lalu. Stabilitas harga ini diyakini menjadi bentuk intervensi pemerintah agar masyarakat tidak terbebani secara langsung oleh fluktuasi pasar energi global.
Meskipun harga Pertamax dan jenis BBM lain mengalami kenaikan di sejumlah provinsi, Pertamina memastikan penyesuaian ini tetap mengikuti prinsip keterjangkauan dan keberlanjutan distribusi energi nasional. Perbedaan harga antarwilayah, menurut ketentuan yang berlaku, juga mempertimbangkan biaya logistik, infrastruktur, dan kondisi geografis setempat.
Wilayah dengan Harga Termurah dan Tertinggi
Beberapa wilayah yang termasuk zona Free Trade Zone seperti Batam dan Sabang menikmati harga BBM yang lebih rendah dibandingkan provinsi lain. Misalnya, harga Pertamax di Batam tercatat hanya Rp12.000 per liter, sedangkan di Sabang Rp11.800. Sementara itu, wilayah seperti Sumatera Barat dan Kepulauan Riau mencatat harga tertinggi untuk beberapa jenis BBM, seperti Pertamax Turbo dan Pertamina Dex yang masing-masing bisa mencapai Rp14.250 per liter.
Update Harga Secara Berkala
Pertamina mengimbau masyarakat untuk selalu mengecek harga BBM terkini secara berkala melalui kanal resmi, termasuk website mypertamina.id atau aplikasi MyPertamina. Dengan begitu, konsumen dapat memantau perubahan harga serta mengatur konsumsi bahan bakar sesuai kebutuhan dan anggaran.
Di sisi lain, pemerintah bersama Pertamina juga tengah mendorong penggunaan bahan bakar ramah lingkungan seperti Pertamax Green 95, sebagai bagian dari transisi energi yang lebih bersih. Namun, sejauh ini harga bahan bakar jenis tersebut masih tergolong lebih tinggi dibanding BBM konvensional lainnya, dengan selisih yang bisa mencapai lebih dari Rp1.000 per liter.
Respons Masyarakat dan Dampak Sosial
Penyesuaian harga BBM tentu berpengaruh pada berbagai sektor ekonomi, terutama transportasi dan logistik. Sebagian masyarakat menyampaikan keluhan atas kenaikan tersebut, terutama bagi mereka yang bergantung pada kendaraan pribadi atau pelaku usaha mikro dengan mobilitas tinggi. Namun, stabilnya harga BBM bersubsidi diharapkan bisa meredam dampak langsung di kalangan masyarakat kecil.
Pemerintah pun terus memantau perkembangan harga minyak global dan nilai tukar sebagai dasar dalam mengambil keputusan penyesuaian harga BBM ke depan. Selain itu, evaluasi terhadap kebijakan subsidi energi akan terus dilakukan demi menjaga keseimbangan antara daya beli masyarakat dan kesehatan fiskal negara.