Literasi Keuangan Meningkat, Pasar Modal Kian Dilirik Masyarakat

Rabu, 23 Juli 2025 | 10:56:10 WIB
Literasi Keuangan Meningkat, Pasar Modal Kian Dilirik Masyarakat

JAKARTA - Transformasi cara pandang masyarakat terhadap investasi semakin kentara. Dulu, pasar modal sering dianggap momok oleh banyak orang karena kesan rumit dan berisiko tinggi. Namun kini, seiring meningkatnya literasi keuangan dan kemudahan teknologi, semakin banyak individu mulai menjadikan pasar modal sebagai pilihan utama dalam perencanaan keuangan jangka panjang.

Gambaran klasik tentang pasar modal sebagai dunia penuh grafik, istilah asing, dan ancaman kehilangan uang secara tiba-tiba perlahan mulai bergeser. Kini, pasar modal dipandang sebagai instrumen investasi yang inklusif dan dapat diakses oleh siapa saja. Hal ini tak lepas dari peran edukasi serta digitalisasi yang berhasil menjembatani ketertarikan masyarakat terhadap dunia investasi.

Menurut Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Barat, Achmad Dirgantara, pasar modal menawarkan potensi luar biasa untuk mengembangkan kekayaan dalam jangka panjang. Ia menyebutkan bahwa instrumen ini telah menjadi kendaraan finansial yang dinamis bagi berbagai kalangan masyarakat.

"Melalui pasar modal, kita bisa menjadi bagian dari pertumbuhan perusahaan-perusahaan besar, dari perbankan, teknologi, ritel, hingga energi dan sumber daya alam lainnya," ungkap Achmad.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa membeli saham bukan hanya sekadar transaksi keuangan, melainkan juga sebuah langkah strategis untuk turut serta dalam perkembangan bisnis-bisnis yang menopang perekonomian nasional. Konsep memiliki sebagian kecil dari perusahaan yang terdaftar di bursa memberikan rasa kepemilikan dan keterlibatan yang tidak didapat dari bentuk investasi lainnya.

Investasi di pasar modal juga memberikan ruang untuk menumbuhkan aset melalui pertumbuhan nilai perusahaan. Ketika perusahaan berkembang, nilai saham pun ikut meningkat. Ini menjadi insentif tersendiri bagi investor untuk mendalami strategi berinvestasi secara cerdas dan bertanggung jawab.

Lebih lanjut, Achmad menekankan bahwa daya tarik pasar modal bagi masyarakat juga terletak pada potensi imbal hasil yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan instrumen keuangan konvensional seperti tabungan atau deposito. Namun, ia mengingatkan bahwa imbal hasil besar tersebut tentu datang bersama risiko, sehingga penting bagi investor untuk memahami strategi dan tujuan investasi sejak awal.

“Salah satu alasan orang mulai me­lirik pasar modal adalah karena potensi imbal hasil yang le­bih tinggi. Di samping itu, pasar modal memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk ikut serta, tanpa memandang latar belakang pendidikan atau profesi,” tuturnya.

Pasar modal kini tidak lagi hanya dikuasai oleh kalangan ekonomi menengah ke atas atau profesional finansial. Dengan kemudahan akses melalui aplikasi digital dan kampanye literasi dari berbagai pihak, kini mahasiswa, ibu rumah tangga, hingga pelaku UMKM pun sudah mulai melek investasi saham.

Meski demikian, Achmad tetap mengingatkan bahwa pasar modal bukanlah tempat untuk mencari kekayaan secara instan. Alih-alih digunakan untuk spekulasi, instrumen ini lebih tepat dijadikan sebagai alat untuk perencanaan keuangan jangka menengah hingga panjang.

“Pasar modal bukan tempat untuk cepat kaya. Jika tujuan kita untuk membangun dana pensiun, menyiapkan biaya pendidikan anak, atau membeli rumah dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, maka pasar modal adalah instrumen yang cocok jika digunakan dengan disiplin,” katanya.

Disiplin menjadi kunci dalam berinvestasi di pasar modal. Konsistensi menanam dana secara berkala, pemahaman terhadap profil risiko, serta kesabaran dalam menunggu hasil merupakan aspek penting yang harus dimiliki investor. Hal ini sejalan dengan semangat edukatif dari pasar modal itu sendiri.

Selain potensi keuntungan, Achmad juga menyoroti bahwa pasar modal punya peran besar dalam membentuk pola pikir masyarakat yang lebih bijak dalam mengelola keuangan. Melalui pasar modal, masyarakat diajak untuk tidak hanya menabung, tapi juga menginvestasikan dana dengan pertimbangan dan perhitungan yang matang.

"Pasar modal juga mendidik masyarakat untuk bijak mengelola keuangan," tambahnya.

Dengan kata lain, berinvestasi di pasar modal melatih seseorang untuk berpikir jangka panjang, memahami perencanaan keuangan, dan menakar risiko. Proses ini bukan hanya memperkaya secara materi, tetapi juga membangun fondasi mentalitas finansial yang sehat.

Bagi banyak individu, khususnya generasi muda, masuk ke dunia pasar modal kini tak lagi memerlukan modal besar. Banyak sekuritas yang menawarkan pembukaan rekening saham secara daring dengan setoran awal yang sangat terjangkau. Ditambah dengan tersedianya banyak informasi, kelas edukasi gratis, serta komunitas investor yang berkembang pesat, siapa pun kini bisa memulai perjalanan investasinya.

Tren ini menunjukkan adanya pergeseran paradigma dalam hal mengelola keuangan pribadi. Jika dahulu menabung di bank menjadi pilihan utama untuk menyimpan uang, kini investasi saham mulai dianggap sebagai cara cerdas untuk memaksimalkan potensi keuangan. Kesadaran ini penting, apalagi di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu dan inflasi yang terus bergerak naik.

Secara keseluruhan, pasar modal tidak hanya memberi peluang keuntungan finansial, tetapi juga menjadi medium pendidikan keuangan yang efektif. Dengan pengelolaan yang tepat dan disiplin yang konsisten, pasar modal bisa menjadi jembatan menuju stabilitas dan kebebasan finansial di masa depan.

Terkini

Harga Sembako Jogja Turun

Rabu, 23 Juli 2025 | 15:50:24 WIB

Aliran Dana ETF Crypto BlackRock Melonjak Tajam

Rabu, 23 Juli 2025 | 15:57:12 WIB

BMKG: Hujan Ringan Landa Jabodetabek

Rabu, 23 Juli 2025 | 16:00:54 WIB

Cicilan Oppo Reno 11 Pro Mulai Rp400 Ribuan

Rabu, 23 Juli 2025 | 16:07:08 WIB