JAKARTA - Pasar smartphone global kembali menunjukkan dinamika yang mengejutkan pada kuartal kedua tahun 2025. Sebuah laporan dari lembaga riset terkemuka International Data Corporation (IDC) mengungkapkan pergeseran besar dalam jajaran lima besar merek smartphone terlaris di dunia. Salah satu sorotan utama adalah keluarnya Oppo dari posisi lima besar, yang kini digantikan oleh Transsion Group, induk dari merek Infinix, Tecno, dan Itel.
Kondisi ini menandai perubahan signifikan dalam lanskap persaingan merek smartphone global, di mana dominasi merek-merek asal Tiongkok mulai ditantang oleh pemain baru yang lebih fleksibel dan adaptif terhadap pasar negara berkembang.
Pergeseran Besar di Posisi Lima Besar Global
Menurut laporan IDC yang dikutip Uzone.id pada Selasa 15 juli 2025, Transsion Group secara resmi menempati posisi kelima dalam daftar merek smartphone terlaris global pada kuartal kedua tahun 2025 (Q2-2025). Posisi ini sebelumnya dihuni oleh Oppo, yang pada periode yang sama tahun lalu berhasil mengirimkan 25,8 juta unit smartphone dan menguasai 9 persen pangsa pasar dunia.
Namun di tahun ini, Transsion berhasil menggeser posisi tersebut lewat performa tiga merek andalannya: Infinix, Tecno, dan Itel, yang dikenal luas di pasar negara berkembang seperti Afrika, Asia Selatan, dan beberapa wilayah Asia Tenggara.
Strategi Lokal Transsion yang Berbuah Manis
Keberhasilan Transsion naik ke posisi lima besar tidak datang secara tiba-tiba. Selama beberapa tahun terakhir, grup ini secara konsisten menargetkan pasar-pasar yang sebelumnya dianggap “kurang menjanjikan” oleh banyak merek global. Afrika, misalnya, menjadi ladang subur bagi pertumbuhan merek seperti Tecno dan Itel. Dengan fokus pada fitur-fitur dasar yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal—seperti kamera yang optimal untuk kulit gelap, baterai besar, dan harga terjangkau—Transsion berhasil membangun basis pengguna yang solid.
Begitu pula dengan Infinix, yang menyasar segmen anak muda di kawasan Asia Tenggara dan India. Produk mereka menawarkan kombinasi antara spesifikasi menengah dan desain modern, sambil tetap mempertahankan harga yang bersaing.
Langkah strategis ini, yang sering kali diabaikan oleh pemain besar lain, ternyata menjadi kunci keberhasilan Transsion menembus persaingan global yang sangat kompetitif.
Oppo Tergusur: Efek dari Kompetisi yang Ketat dan Fragmentasi Pasar
Sementara itu, Oppo yang tahun lalu masih bercokol di posisi lima besar, kini harus keluar dari daftar tersebut. Beberapa analis menilai kondisi ini sebagai hasil dari berbagai faktor, termasuk penurunan permintaan di pasar Tiongkok, kompetisi internal antar merek BBK Group (Vivo, Realme, dan OnePlus), serta kurangnya penetrasi agresif di pasar negara berkembang di luar Asia.
Oppo memang tetap mempertahankan eksistensinya di segmen menengah ke atas dan flagship. Namun, ketatnya kompetisi dari Samsung dan Apple di segmen atas, ditambah dengan kebangkitan Transsion di segmen bawah hingga menengah, membuat ruang gerak Oppo semakin menyempit.
Menurut data IDC, sementara beberapa merek berhasil mencatatkan pertumbuhan positif, Oppo justru mengalami stagnasi hingga penurunan volume pengiriman smartphone di beberapa wilayah utama.
Transisi Pasar Smartphone: Fokus Beralih ke Negara Berkembang
Perubahan ini menjadi sinyal penting bagi seluruh pemain industri. Pasar smartphone global kini tidak lagi sepenuhnya ditentukan oleh konsumen di Amerika Utara, Eropa, atau Tiongkok, melainkan mulai bergeser ke pasar-pasar yang sebelumnya dianggap sekunder, seperti Afrika, Asia Selatan, dan bahkan beberapa negara Asia Tenggara dengan populasi besar seperti Indonesia dan Filipina.
Dalam konteks ini, pendekatan Transsion yang lokal dan relevan dengan kebutuhan pasar menjadi contoh bahwa diferensiasi strategi adalah kunci. Dibanding bersaing langsung di pasar premium dengan Apple atau Samsung, Transsion memilih menanamkan pengaruh di pasar yang memiliki potensi besar dalam jumlah pengguna pemula dan pengguna kelas menengah.
Realita Baru: Skala Tidak Lagi Menentukan Segalanya
Kisah keluarnya Oppo dari lima besar juga menjadi pengingat bahwa skala dan volume produksi bukan lagi satu-satunya faktor penentu kesuksesan. Kejelian dalam membaca kebutuhan pasar, inovasi berbasis budaya lokal, serta efisiensi distribusi kini menjadi elemen vital dalam memenangkan pasar.
Transsion dengan pendekatannya yang “grassroots” telah membuktikan bahwa brand awareness bisa dibangun dari bawah ke atas, dan bahwa loyalitas konsumen bisa diperoleh dari kesesuaian produk dengan kebutuhan nyata di lapangan.
Implikasi bagi Industri Smartphone Global
Masuknya Transsion ke dalam lima besar global bukan hanya pencapaian statistik. Ini adalah alarm bagi para pemain besar, termasuk Xiaomi, Vivo, dan tentu saja Oppo, untuk kembali mengkaji ulang strategi global mereka. Jika tidak segera menyesuaikan, bukan tidak mungkin gelombang kompetitor baru dari kawasan berkembang akan terus menggerus pangsa pasar mereka.
Ke depan, akan sangat menarik untuk melihat bagaimana Oppo dan rekan-rekan satu grupnya di bawah BBK akan merespons kondisi ini. Apakah mereka akan meluncurkan sub-brand baru? Atau memperkuat lini entry-level dan memperluas jangkauan geografis mereka?
Satu hal yang pasti: kompetisi pasar smartphone global kini semakin tidak bisa diprediksi.