JAKARTA - Ketika sejumlah daerah masih berjuang untuk kembali ke jalur pertumbuhan ekonomi, Kabupaten Kepulauan Tanimbar justru mengirimkan sinyal kuat kebangkitan. Bukan dari sektor industri atau manufaktur besar, melainkan dari kekuatan sektor jasa, khususnya transportasi dan logistik, yang mencatat lonjakan pertumbuhan hingga 8,16% year-on-year (y-o-y). Momentum ini menciptakan ruang baru bagi investor untuk mulai melirik potensi yang tersembunyi di timur Indonesia.
Di triwulan pertama 2025, ekonomi Tanimbar tumbuh 5,01% (y-o-y), mengungguli rata-rata nasional yang berada di angka 4,87%. Meski secara kuartalan (quarter-to-quarter) mengalami kontraksi sebesar -2,48%, pola tersebut masih dalam batas kewajaran karena mencerminkan efek musiman yang biasa terjadi setelah puncak aktivitas ekonomi di akhir tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan, nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tanimbar tercatat mencapai Rp918,07 miliar atas dasar harga berlaku atau Rp508,07 miliar berdasarkan harga konstan 2010. Hal ini menjadi bukti ketahanan ekonomi daerah tersebut dalam menghadapi dinamika global dan tantangan musiman domestik.
Jasa Mendominasi Struktur Ekonomi
Sektor jasa terus menunjukkan dominasinya dalam struktur PDRB Tanimbar. Pada triwulan I 2025, sektor tersier ini menyumbang 60,31% dari total PDRB, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (61,02%). Penurunan tipis tersebut diimbangi oleh kenaikan kontribusi sektor primer yang naik dari 20,10% menjadi 22,12%. Artinya, meski ekonomi berbasis jasa masih menjadi tulang punggung, Tanimbar mulai menunjukkan geliat diversifikasi.
Lebih menarik lagi, sektor tersier tumbuh 5,92% (y-o-y), mengungguli sektor sekunder yang hanya mencatatkan 1,19%, dan hampir setara dengan sektor primer yang naik 5,59%. Dari total pertumbuhan 5,01%, sebanyak 3,03 poin persentase di antaranya berasal dari sektor jasa. Ini menjelaskan betapa vital peran sektor ini dalam mendongkrak ekonomi setempat.
Namun jika dilihat secara kuartalan, sektor jasa mengalami kontraksi sebesar -3,62%, konsisten dengan pola penurunan aktivitas pasca-liburan akhir tahun. Sebaliknya, sektor primer justru tumbuh signifikan sebesar 7,15% pada periode yang sama, didorong oleh musim panen dan hasil tangkapan perikanan.
Transportasi dan Pemerintah Jadi Penopang Utama
Di antara subsektor jasa, transportasi dan pergudangan menjadi pendorong utama, mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 8,16% (y-o-y). Angka ini mengindikasikan peningkatan arus orang dan barang, serta membaiknya konektivitas antarpulau di wilayah tersebut.
Selain itu, subsektor perdagangan besar dan eceran, akomodasi, serta administrasi pemerintahan juga menyumbang pertumbuhan signifikan. Konsumsi masyarakat yang mulai pulih, serta belanja pemerintah yang tumbuh 9,58% y-o-y memberikan efek pengganda terhadap subsektor-sektor ini.
Peningkatan konektivitas menjadi katalis penting dalam mengakselerasi perkembangan sektor jasa. Infrastruktur transportasi laut dan darat yang lebih baik turut menunjang mobilitas logistik dan pariwisata, sekaligus membuka akses bagi investasi di berbagai sektor.
Ketimpangan Kinerja Antar Sektor
Jika sektor tersier dan primer menunjukkan pertumbuhan sehat, hal sebaliknya terjadi pada sektor sekunder. Industri pengolahan, utilitas, dan konstruksi hanya tumbuh 1,19% (y-o-y), menandai perlambatan signifikan dibandingkan triwulan IV 2024 yang sempat mencatatkan pertumbuhan 5,16%.
Penyebabnya cukup jelas: minimnya basis industri manufaktur dan terbatasnya pembangunan infrastruktur baru di awal tahun. Ini menjadi tantangan besar, mengingat rendahnya nilai tambah dari sektor primer yang belum bisa diolah secara optimal di dalam wilayah.
Prospek Cerah, Tantangan Nyata
Melihat tren yang ada, sektor jasa diprediksi akan tetap menjadi motor utama perekonomian Tanimbar. Namun, untuk menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif, perlu dilakukan sejumlah langkah strategis.
Beberapa subsektor yang dinilai potensial untuk dikembangkan antara lain:
-Pariwisata: Wisata bahari dan budaya menjadi daya tarik utama yang belum tergarap optimal.
-Perdagangan digital: Dengan perluasan internet, e-commerce lokal dapat tumbuh cepat.
-Jasa keuangan: Literasi keuangan dari OJK bisa memperluas inklusi finansial dan mendukung UMKM.
-Kesehatan dan pendidikan: Dua bidang ini krusial dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan daya saing daerah.
Namun, tantangan besar tetap membayangi. Ketergantungan berlebihan pada sektor jasa bisa menjadi kerentanan jika terjadi gejolak pada subsektor utama. Selain itu, terbatasnya industri pengolahan, kualitas SDM yang belum merata, dan infrastruktur konektivitas yang masih harus ditingkatkan, semuanya memerlukan intervensi kebijakan yang tepat.
Rekomendasi Kebijakan
Untuk menjawab tantangan tersebut, beberapa rekomendasi strategis layak dipertimbangkan:
-Penguatan konektivitas: Perluasan pelabuhan dan bandara untuk mendukung logistik dan pariwisata.
-Diversifikasi ekonomi: Pembangunan industri pengolahan hasil pertanian dan perikanan.
-Pemberdayaan UMKM: Akses modal dan pelatihan untuk meningkatkan daya saing sektor informal.
-Peningkatan SDM: Pelatihan di bidang teknologi, logistik, dan pariwisata untuk menyiapkan tenaga kerja modern.
-Sinergi kelembagaan: Kolaborasi antara pemerintah daerah, pusat, OJK, dan pelaku usaha.
Data BPS Tanimbar pada triwulan I 2025 mengonfirmasi bahwa transportasi dan logistik bukan sekadar urat nadi pergerakan barang dan orang, tapi juga sumber pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan. Ketika investasi di sektor sekunder masih belum optimal, sektor jasa telah membuktikan ketangguhannya.
Dengan strategi yang tepat dan dukungan lintas sektor, Tanimbar berpeluang besar menjadi contoh sukses pembangunan ekonomi berbasis jasa yang berkelanjutan, inklusif, dan berbasis lokal. Bagi para investor, sinyal ini bukan sekadar angka, melainkan peluang nyata yang sudah di depan mata.