Sopir Travel Kena Palak Preman di Cengkareng, Polisi Tangkap Lima Pelaku

Jumat, 04 Juli 2025 | 10:13:49 WIB
Sopir Travel Kena Palak Preman di Cengkareng, Polisi Tangkap Lima Pelaku

JAKARTA - Di tengah upaya aparat dalam memberantas pungutan liar (pungli) dan menciptakan lingkungan yang aman bagi pengguna transportasi umum, sebuah insiden pemalakan kembali mengguncang publik. Kali ini, kejadian itu terjadi di wilayah Cengkareng, Jakarta Barat, tepatnya di pangkalan Metro Kapuk Raya, pada Kamis 03 JULI 2025. Sebuah video yang memperlihatkan aksi pemalakan terhadap seorang sopir travel viral di berbagai platform media sosial dan langsung mengundang reaksi keras dari masyarakat serta otoritas setempat.

Peristiwa ini kembali mengangkat pertanyaan besar: sejauh mana efektivitas pengawasan dan penegakan hukum terhadap aksi premanisme yang kerap menyasar pengemudi transportasi umum?

Aksi Premanisme Terekam Kamera

Dalam rekaman video berdurasi kurang dari satu menit yang beredar luas di media sosial, tampak seorang pria yang diduga preman lokal menghentikan kendaraan travel dan meminta sejumlah uang secara paksa kepada sopir. Dari video tersebut, terlihat pula raut ketakutan dan ketidaksukaan dari pengemudi travel, namun ia tidak dapat berbuat banyak.

Kejadian tersebut berlangsung di pangkalan Metro Kapuk Raya, salah satu titik padat lalu lintas di Cengkareng. Video itu menyebar dengan cepat, menuai ribuan komentar dari warganet yang geram atas masih maraknya praktik pungli di wilayah perkotaan, bahkan di ibu kota sekalipun.

Beberapa netizen menyayangkan lambatnya tindakan hukum, sementara lainnya mendesak kepolisian untuk segera menangkap pelaku dan menindak tegas semua oknum yang terlibat dalam aksi serupa.

"Kok bisa masih ada pungli seperti ini di Jakarta? Mana pengawasannya?" tulis seorang pengguna media sosial dalam kolom komentar video tersebut.

Respon Aparat Keamanan

Pihak kepolisian melalui Polres Metro Jakarta Barat menyatakan bahwa mereka telah menindaklanjuti laporan tersebut dan bergerak cepat untuk mengidentifikasi pelaku. Kasat Reskrim Polres Jakarta Barat, Kompol Andri Kurniawan, mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah memburu pelaku berdasarkan ciri-ciri yang terekam di video.

“Kami sudah mengantongi identitas pelaku dan sedang dalam proses pengejaran. Tindakan pemalakan seperti ini tidak bisa ditoleransi, dan kami akan menindak tegas,” ujar Kompol Andri.

Pihak kepolisian juga mengimbau masyarakat untuk tidak segan melapor jika mengalami atau menyaksikan aksi serupa. Mereka berjanji akan meningkatkan patroli dan pengawasan di titik-titik rawan seperti pangkalan, terminal bayangan, hingga kawasan perlintasan travel antarkota.

Sopir Travel Jadi Sasaran Rentan

Kejadian ini mempertegas fakta bahwa pengemudi travel kerap menjadi target empuk pemalakan dan pungli, terutama di wilayah pangkalan atau titik parkir strategis. Banyak sopir yang terpaksa membayar sejumlah uang kepada oknum preman demi menghindari keributan atau penganiayaan, meskipun tindakan itu jelas melanggar hukum.

Herman (nama samaran), salah satu sopir travel antarkota yang biasa melintas di rute Jakarta-Bandung, mengaku bahwa praktik pungli bukanlah hal baru.

“Kadang kalau kita nolak, bisa dilempar batu atau spion mobil kita dihancurin. Banyak teman saya yang kapok lewat pangkalan tertentu. Tapi kalau putar arah, malah rugi waktu dan bensin,” ujar Herman.

Menurutnya, kejadian di Metro Kapuk Raya hanyalah sebagian kecil dari masalah besar yang selama ini kurang mendapatkan perhatian serius.

Premanisme dan Tantangan Penegakan Hukum

Aksi pemalakan seperti ini menunjukkan bahwa praktik premanisme masih menjadi tantangan nyata di banyak titik strategis transportasi darat. Meski berbagai operasi gabungan telah dilakukan, masih ada celah yang dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk mengambil keuntungan secara ilegal.

Pengamat transportasi, Djoko Setijowarno, menilai bahwa tindakan pemalakan merupakan bentuk kejahatan yang bisa merusak iklim transportasi nasional dan menciptakan ketidaknyamanan bagi pengguna jasa, terutama saat permintaan layanan travel meningkat.

“Jika tidak segera ditindak secara tegas, akan berdampak buruk terhadap iklim transportasi yang sehat dan berkeadilan. Premanisme di sektor transportasi bisa menciptakan teror psikologis bagi sopir maupun penumpang,” tegas Djoko.

Ia pun mendorong adanya sinergi lebih kuat antara kepolisian, Dinas Perhubungan, dan Satpol PP untuk mengawasi wilayah-wilayah rawan, serta membuka layanan pengaduan aktif bagi masyarakat yang menjadi korban pemalakan.

Peran Warganet dan Media Sosial

Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial terbukti efektif menjadi alat kontrol sosial. Viral-nya video pemalakan ini tidak hanya menyoroti lemahnya pengawasan, tetapi juga memperlihatkan peran masyarakat digital dalam memaksa aparat bertindak cepat.

Namun demikian, perlu digarisbawahi pula pentingnya verifikasi terhadap konten yang beredar agar tidak menimbulkan fitnah atau menuduh pihak tertentu secara keliru. Sejumlah aktivis media digital juga mengimbau pengguna internet untuk bertindak bijak saat menyebarkan informasi semacam ini, agar tetap dalam kerangka hukum dan etika.

 Mewujudkan Transportasi yang Aman dan Bebas Pungli

Insiden pemalakan terhadap sopir travel di Cengkareng menjadi peringatan bahwa masih ada pekerjaan rumah besar dalam memastikan transportasi yang aman, nyaman, dan bebas dari pungutan liar. Masyarakat berharap agar penegakan hukum tidak hanya berlangsung ketika kasus viral, tetapi dijalankan secara proaktif dan berkelanjutan.

Pemerintah daerah dan pusat diharapkan dapat meningkatkan kolaborasi antarsektor demi menciptakan ekosistem transportasi darat yang bersih dari premanisme. Karena hanya dengan menciptakan rasa aman, masyarakat akan benar-benar menikmati pelayanan publik yang layak, tanpa rasa takut atau tekanan dari pihak-pihak tak bertanggung jawab.

Terkini