Logistik Terancam Melonjak Akibat Konflik Iran-Israel dan Selat Hormuz

Kamis, 26 Juni 2025 | 11:41:01 WIB
Logistik Terancam Melonjak Akibat Konflik Iran-Israel dan Selat Hormuz

JAKARTA - Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mengaku tengah mencermati dengan seksama konflik yang sedang berlangsung antara Iran dan Israel, serta campur tangan Amerika Serikat di dalamnya. Konflik yang berlarut-larut ini diprediksi bakal memberikan dampak signifikan terhadap industri logistik global dan nasional, khususnya terkait kenaikan biaya logistik.

Sekretaris Jenderal DPP ALFI, Trismawan Sanjaya, mengatakan bahwa industri logistik saat ini sudah mendapat tekanan yang sangat berat. “Industri logistik telah mendapat tekanan bertubi-tubi. Konflik-konflik sebelumnya telah memberi pukulan, sekarang konflik baru muncul antara Iran, Israel, dan AS. Ini membuat biaya logistik berpotensi kian melonjak,” ungkap Trismawan.

Trismawan menegaskan, posisi Iran dan Israel sangat strategis karena keduanya berada di sekitar jalur perlintasan penting seperti Teluk Persia, Selat Hormuz, dan Teluk Oman. Jalur-jalur tersebut merupakan rute utama distribusi minyak mentah dan gas dunia.

“Peran Iran-Israel ini memberikan dampak secara signifikan karena mereka berada di antara perlintasan, Teluk Persia, Selat Hormuz, dan Teluk Oman, dimana menjadi jalur distribusi utama minyak mentah dan gas,” jelasnya.

Ancaman Penutupan Selat Hormuz dan Implikasi Harga Energi

Trismawan memperingatkan, apabila Iran benar-benar menutup Selat Hormuz, maka harga minyak dunia bisa melambung tajam. Kenaikan harga minyak berpotensi menimbulkan lonjakan harga bahan bakar minyak (BBM), yang menjadi beban tambahan bagi industri logistik Indonesia yang masih sangat bergantung pada energi fosil.

“Situasi bisa semakin memburuk kala Iran benar-benar menutup Selat Hormuz. Maka, harga minyak dunia akan melambung dan selanjutnya mengerek harga BBM. Ini jadi beban bagi industri logistik karena moda angkutan Indonesia yang masih mengandalkan energi fosil,” kata Trismawan.

Kenaikan biaya energi ini diprediksi akan menyebabkan membengkaknya biaya logistik secara keseluruhan dan memengaruhi harga berbagai komoditas lain di pasar domestik maupun global. Secara historis, fenomena tersebut memang sangat mungkin terjadi dan biasanya akan memicu inflasi global.

“Inflasi global sudah pasti berdampak pada rantai pasok distribusi logistik secara global,” tambah Trismawan.

Selat Hormuz: Jalur Energi Dunia yang Vital

Selat Hormuz memang menjadi jalur strategis distribusi energi dunia. Berdasarkan data dari Badan Energi Internasional (IEA), sekitar 20 juta barel minyak mentah melewati selat ini setiap hari, yang setara dengan 30 persen dari total perdagangan minyak dunia. Selain itu, sekitar 20 persen pengiriman gas alam cair (LNG) dunia juga menggunakan rute ini.

Gangguan pada jalur tersebut tidak hanya berpotensi menyebabkan kekacauan pasokan energi global, tapi juga bisa berdampak luas pada sektor transportasi dan logistik, khususnya di kawasan Asia Pasifik yang sangat bergantung pada energi dari Timur Tengah.

Kekhawatiran Meluas ke Wilayah Laut Merah

Selain itu, Ketua ALFI Institute, Yukki Nugrahawan Hanafi, turut menyampaikan kekhawatirannya terhadap potensi meluasnya konflik Iran-Israel hingga ke wilayah Laut Merah. Jika hal ini terjadi, maka rantai pasok global akan semakin terganggu.

“Kalau Selat Hormuz sampai diblokir, bukan hanya rute perdagangan yang berubah, tetapi biaya operasi logistik juga akan meningkat karena naiknya harga komoditas energi, khususnya minyak,” ungkap Yukki.

Yukki juga menyoroti kondisi ekonomi global yang sudah melambat akibat perang tarif sepanjang tahun 2025. Beban tambahan dari kenaikan ongkos logistik diperkirakan akan semakin menekan pelaku usaha ekspor-impor di Indonesia, yang tentu berdampak pada harga dan daya saing produk nasional di pasar internasional.

Konflik antara Iran dan Israel, serta campur tangan Amerika Serikat, telah menimbulkan tekanan besar bagi industri logistik global dan nasional. Posisi strategis jalur Selat Hormuz sebagai gerbang distribusi energi dunia membuat potensi gangguan di wilayah ini dapat memicu lonjakan biaya logistik dan inflasi global.

ALFI menegaskan perlunya kewaspadaan dan strategi mitigasi agar dampak negatif konflik tersebut tidak semakin parah, terutama bagi pelaku usaha logistik dan perdagangan di Indonesia yang masih sangat bergantung pada energi fosil dan rantai pasok global.

Terkini