JAKARTA – Cabang olahraga tradisional Indonesia, pencak silat, kini kian serius menuju panggung olahraga dunia. Melalui berbagai langkah strategis dan kolaborasi lintas lembaga, Indonesia terus mengupayakan agar pencak silat diakui sebagai cabang resmi dalam Olimpiade. Momen peringatan Hari Ulang Tahun Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) ke-77 menjadi momentum memperkuat komitmen tersebut.
Anggota Pembinaan Prestasi (Binpres) Pengurus Besar IPSI, Sukarno, menegaskan bahwa pencak silat telah menempuh berbagai langkah untuk memenuhi standar dan persyaratan menuju Olimpiade. Menurutnya, proses ini tidak bisa dilakukan secara instan, namun telah menunjukkan kemajuan signifikan.
“Peringatan tersebut kita jadikan momen bahwa langkah demi langkah sudah kita lakukan,” ujar Sukarno dalam perbincangan bersama Pro3 RRI.
Kolaborasi Nasional Jadi Pondasi Kuat
Dukungan dari berbagai elemen penting seperti Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Komite Olimpiade Indonesia (KOI), dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dinilai menjadi faktor krusial dalam memperkuat posisi pencak silat di mata dunia.
Kolaborasi ini bukan hanya simbolik, tetapi juga mencakup upaya nyata membangun legitimasi dan pengakuan internasional. Sukarno menyebutkan bahwa salah satu terobosan penting adalah keanggotaan pencak silat dalam World Anti-Doping Agency (WADA), sebagai badan internasional yang mengawasi penerapan aturan antidoping.
“Salah satu langkah pertama, kita sudah terdaftar sebagai anggota WADA, Badan Anti Doping Dunia,” ujarnya.
Langkah ini dinilai sangat penting dalam membuktikan bahwa pencak silat siap beradaptasi dengan regulasi internasional yang ketat, khususnya dalam bidang integritas dan kesehatan atlet.
Diplomasi Olahraga Diperkuat
Di tengah upaya menuju Olimpiade, IPSI juga aktif menjalankan diplomasi olahraga. Melalui pertemuan dengan federasi internasional dan tokoh-tokoh olahraga dunia, pencak silat terus mendorong pengakuan formal sebagai olahraga yang memenuhi standar Olimpiade.
Diplomasi ini dilakukan secara sistematis dan menyeluruh, tidak hanya pada level administratif, tetapi juga pada sisi promosi, pengenalan budaya, dan keaktifan dalam event internasional.
“Kami terus bertemu dengan federasi dan pejabat olahraga dunia agar pencak silat bisa memenuhi seluruh syarat sebagai olahraga Olimpiade,” jelas Sukarno.
Untuk mempercepat proses tersebut, Sukarno bahkan menyarankan agar pemerintah segera membentuk tim kerja khusus (Pokja). Tim ini nantinya akan bertugas untuk mengoordinasikan seluruh strategi nasional dalam satu misi besar: membawa pencak silat ke Olimpiade.
“Mungkin kita akan menghadap kepada Pak Presiden, dijadikan paling tidak ada tim pokja,” imbuhnya.
Kejuaraan Dunia Bukti Antusiasme Global
Secara kompetisi, pencak silat telah menunjukkan eksistensinya di panggung global. Saat ini, lebih dari 87 negara dari berbagai benua telah mengikuti kejuaraan dunia pencak silat, sebuah capaian yang menunjukkan potensi internasional olahraga ini.
Event internasional yang digelar rutin telah menarik perhatian banyak negara, baik di Asia, Eropa, hingga Amerika. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa pencak silat memiliki daya tarik universal yang mampu menembus batas budaya dan geografis.
Antusiasme yang tinggi ini menjadi salah satu modal utama untuk mendorong pencak silat masuk dalam kalender olahraga Olimpiade, dengan Olimpiade 2028 sebagai target realistis pertama.
Harapan Menuju Olimpiade 2028
Harapan besar kini tertuju pada Olimpiade yang akan digelar di Los Angeles pada 2028. Berbagai pihak menilai bahwa inilah momentum yang tepat bagi Indonesia untuk membawa pencak silat ke level tertinggi dunia olahraga.
Dengan dukungan kuat dari pemerintah, regulasi internasional yang telah diikuti, serta partisipasi aktif dalam kejuaraan global, pencak silat kini hanya tinggal selangkah lagi menuju pengakuan dunia.
Jika pencak silat benar-benar berhasil masuk sebagai cabang olahraga Olimpiade, maka ini akan menjadi tonggak sejarah tidak hanya bagi olahraga Indonesia, tetapi juga bagi pelestarian budaya bangsa di kancah internasional.