Kuliner

Pudak Cap Kuda, Warisan Kuliner yang Tetap Lestari

Pudak Cap Kuda, Warisan Kuliner yang Tetap Lestari
Pudak Cap Kuda, Warisan Kuliner yang Tetap Lestari

JAKARTA - Di tengah hiruk pikuk Gresik sebagai kota industri, ada satu nama kuliner yang tetap berdiri kokoh sejak 1950: Pudak Cap Kuda. Lebih dari sekadar jajanan tradisional, pudak ini adalah simbol perjalanan panjang sebuah keluarga yang konsisten menjaga cita rasa dan warisan budaya kuliner daerah.

Kini, usaha yang dirintis oleh Nyonya Tjoe lebih dari tujuh dekade lalu diteruskan oleh generasi ketiga keluarganya. Di bawah pengelolaan mereka, Pudak Cap Kuda tidak hanya sekadar bertahan, tetapi juga terus dikenal sebagai pelopor pudak pertama di Indonesia.

Dari Gresik untuk Indonesia

Berlokasi di Jalan Aipda Karel Sasuit Tubun No. 21, Pulopancikan, Kecamatan Gresik, toko ini menjadi satu-satunya tempat untuk mendapatkan pudak otentik khas Cap Kuda. Tidak ada cabang lain, sehingga pembeli harus datang langsung ke lokasi atau melakukan pemesanan secara khusus.

Keberadaan pudak sendiri awalnya muncul karena Gresik, meski berkembang pesat sebagai pusat industri, tidak memiliki makanan khas yang cukup dikenal. Dari situlah muncul gagasan keluarga Tjoe untuk mengangkat pudak sebagai identitas kuliner kota pesisir ini. Kini, pudak telah melekat erat dengan nama Gresik, bahkan menjadi buah tangan wajib bagi para pelancong yang singgah.

Keunikan Kemasan dan Bahan

Salah satu ciri khas utama dari Pudak Cap Kuda adalah kemasannya. Jika makanan tradisional lain biasanya dibungkus daun pisang atau janur, pudak justru dikemas menggunakan daun pohon pinang. Daun ini khusus didatangkan dari Jember, lalu dijahit sedemikian rupa agar adonan pudak tidak tumpah. Proses pengemasan ini memberi keunikan tersendiri sekaligus memperkuat citra tradisional pudak di mata pembeli.

Tak hanya itu, kualitas rasa juga dijaga dengan cara-cara tradisional. Bahan utama berupa tepung beras digiling sendiri untuk memastikan tekstur dan kehalusan sesuai standar keluarga sejak dulu. Ditambah tanpa penggunaan bahan pengawet, pudak hanya bisa bertahan hingga tiga hari—fakta yang menegaskan kesegarannya.

Selain pudak, toko ini juga memproduksi Jenang Jubung, jajanan manis yang dibuat dengan cara serupa, tetap mengandalkan racikan rumahan.

Harga dan Keterjangkauan

Meski sudah melegenda, harga jajanan ini relatif terjangkau. Satu ikat pudak (isi 10 biji) dibanderol Rp50.000, sementara jenang jubung dijual seharga Rp35.000 per besek. Dengan kualitas yang terjaga dan nama besar yang melegenda, harga tersebut dianggap wajar bahkan murah oleh banyak pelanggan.

Kendala dalam Perjalanan Panjang

Namun, perjalanan menjaga warisan kuliner tentu tidak selalu mulus. Pemilik mengungkapkan bahwa ada masa-masa sulit, salah satunya ketika distribusi bahan baku, khususnya daun pinang untuk kemasan, terganggu akibat demonstrasi. Kondisi ini membuat stok kemasan menipis sehingga produksi harus dibatasi hanya untuk memenuhi pesanan yang sudah ada.

Kendala semacam ini menunjukkan betapa rentannya usaha tradisional yang masih sangat bergantung pada bahan baku alami. Meski demikian, komitmen untuk tidak mengganti bahan kemasan menjadi bukti nyata bahwa keluarga ini tetap setia pada tradisi dan kualitas.

Jam Operasional dan Proses Produksi

Pudak Cap Kuda buka setiap hari, mulai pukul 07.00 hingga 20.00 WIB. Proses memasak pun disesuaikan dengan waktu pengambilan pesanan, sehingga pelanggan selalu mendapatkan pudak dalam kondisi segar. Pola kerja ini telah menjadi tradisi yang konsisten dijaga selama puluhan tahun.

Lebih dari Sekadar Kuliner

Pudak Cap Kuda tidak hanya hadir sebagai jajanan manis, tetapi juga simbol warisan budaya yang menyatukan generasi. Dari dapur sederhana di tahun 1950, kini ia menjelma sebagai ikon kuliner Gresik yang tetap relevan di tengah gempuran modernisasi makanan.

Generasi ketiga yang kini mengelola usaha ini tidak hanya melanjutkan resep, tetapi juga menjaga filosofi keluarga: mempertahankan kualitas tanpa kompromi. Bagi mereka, pudak adalah representasi dari identitas dan kebanggaan kota Gresik.

Bertahan untuk Masa Depan

Seiring berkembangnya tren kuliner modern, tantangan Pudak Cap Kuda adalah bagaimana tetap menjaga relevansi tanpa kehilangan keaslian. Kehadiran media sosial membantu memperluas jangkauan, memperkenalkan pudak kepada generasi muda yang sebelumnya mungkin asing dengan jajanan ini.

Dengan sejarah panjang, kualitas terjaga, serta loyalitas pelanggan, Pudak Cap Kuda diyakini mampu terus bertahan di masa depan. Ia menjadi contoh nyata bahwa warisan kuliner tradisional bisa tetap hidup asalkan dijaga dengan konsistensi, cinta, dan integritas.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index