JAKARTA - Kebijakan harga pangan kembali menjadi sorotan publik, terutama menyangkut kebutuhan pokok seperti beras. Di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan, pemerintah melalui Perum Bulog menegaskan bahwa harga eceran tertinggi (HET) untuk beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) tidak akan mengalami kenaikan. Harga beras SPHP dipastikan tetap berada di level Rp12.500 per kilogram.
Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, menekankan bahwa keputusan ini diambil setelah melalui pembahasan dalam rapat koordinasi terbatas bersama Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan. Menurutnya, meskipun sempat ada usulan dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk menyesuaikan HET, pertimbangan utama pemerintah tetap berfokus pada kondisi daya beli masyarakat yang saat ini sedang melemah.
“Tetap HET-nya [beras SPHP] tetap Rp12.500 [per kilogram], nggak boleh dinaikkan,” ujar Rizal saat ditemui di Jakarta. Ia menambahkan, usulan awal Bapanas memang menginginkan adanya kenaikan harga standar, tetapi pemerintah memutuskan untuk tidak melakukannya demi menjaga kestabilan ekonomi masyarakat.
Pertimbangan Kondisi Ekonomi Masyarakat
Rizal menjelaskan bahwa masyarakat saat ini sudah cukup terbebani oleh situasi ekonomi. Karena itu, menahan kenaikan harga beras SPHP merupakan langkah bijak agar tidak menambah tekanan terhadap daya beli. “Karena masyarakat sudah susah sekarang. Nggak akan dinaikkan lagi gitu lho [HET beras SPHP], supaya masyarakat juga tenang,” ungkapnya.
Selain menjaga harga, Bulog juga berfokus pada penyaluran beras SPHP ke berbagai daerah. Hingga saat ini, realisasi penyaluran baru mencapai sekitar 19% dari target total yang ditetapkan sebesar 1,31 juta ton untuk periode Juli hingga Desember 2025.
Target Penyaluran dan Upaya Maksimal
Bulog memasang target penyaluran SPHP harian di kisaran 7.000 ton. Namun, saat ini rata-rata penyaluran baru berada di angka 6.000–6.500 ton per hari. Meskipun demikian, Rizal menyebut pihaknya siap untuk meningkatkan jumlah distribusi hingga 10.000 ton per hari melalui program Gerakan Pangan Murah (GPM) yang digelar secara serentak di berbagai wilayah.
“Insyaallah [rampung hingga akhir 2025]. Semaksimal mungkin kami optimalkan [penyaluran beras SPHP],” tegasnya. Pernyataan ini menegaskan komitmen Bulog dalam mengamankan pasokan beras sekaligus menjaga harga agar tetap terjangkau bagi masyarakat luas.
Penjelasan Badan Pangan Nasional
Sementara itu, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi juga menegaskan bahwa keputusan untuk mempertahankan HET beras SPHP di angka Rp12.500 per kilogram merupakan hasil rakortas bersama pemerintah. Ia mengakui sebenarnya ada alasan kuat untuk menyesuaikan harga, mengingat harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani telah mengalami kenaikan dari Rp6.000 menjadi Rp6.500 per kilogram.
Secara logika pasar, jika harga bahan baku naik, maka harga produk turunan juga sewajarnya mengikuti. Namun, pemerintah tetap memutuskan menahan harga beras SPHP agar masyarakat tidak terbebani. “Jadi tidak ada kenaikan harga beras Bulog,” kata Arief.
Bulog Beli Mahal, Jual Murah
Arief menambahkan, Bulog menjalankan peran strategis dengan membeli gabah dan beras dari petani dengan harga tinggi, tetapi tetap menjualnya ke masyarakat dengan harga terjangkau. Tujuannya adalah menjaga keseimbangan antara kepentingan petani dan kebutuhan konsumen.
“Karena pengin memberikan masyarakat harga bagus. Jadi Bulog itu belinya mahal jual murah jadinya,” tandasnya. Langkah ini memang tidak mudah, tetapi menjadi bagian dari komitmen pemerintah untuk menjaga stabilitas pangan nasional.
Implikasi Kebijakan
Keputusan mempertahankan harga beras SPHP pada level Rp12.500 per kilogram membawa beberapa implikasi penting. Pertama, masyarakat terutama golongan menengah ke bawah tetap bisa membeli beras dengan harga yang terjangkau, sehingga kebutuhan pokok tidak semakin membebani keuangan rumah tangga.
Kedua, kebijakan ini sekaligus menjadi sinyal bahwa pemerintah serius mengendalikan inflasi pangan. Dalam situasi ekonomi yang rentan, kestabilan harga beras sangat krusial karena beras merupakan komoditas yang berkontribusi besar terhadap indeks harga konsumen.
Ketiga, meski harga gabah mengalami kenaikan, petani tetap mendapat jaminan pasar melalui Bulog. Hal ini penting agar sektor pertanian tetap berjalan berkesinambungan, sementara konsumen tidak dirugikan dengan lonjakan harga.
Tantangan Penyaluran
Meski kebijakan harga sudah jelas, tantangan berikutnya adalah memastikan distribusi beras SPHP berjalan optimal. Realisasi penyaluran yang baru mencapai 19% menandakan masih ada pekerjaan besar yang harus diselesaikan Bulog. Jika target 1,31 juta ton ingin tercapai, maka Bulog harus meningkatkan kinerja distribusi, termasuk melalui jalur Gerakan Pangan Murah.
Peningkatan penyaluran ini bukan hanya soal kuantitas, tetapi juga soal pemerataan. Beras SPHP harus sampai ke seluruh lapisan masyarakat, termasuk daerah-daerah terpencil. Dengan begitu, manfaat harga stabil bisa dirasakan secara merata, tidak hanya terpusat di kota-kota besar.
Harapan ke Depan
Kebijakan pemerintah untuk mempertahankan HET beras SPHP di angka Rp12.500 per kilogram diharapkan dapat menenangkan masyarakat di tengah situasi ekonomi yang penuh tekanan. Selain itu, komitmen Bulog untuk mempercepat penyaluran beras SPHP juga menjadi faktor penting dalam memastikan keberhasilan program ini.
Ke depan, kolaborasi antara Bulog, Bapanas, dan berbagai kementerian terkait masih diperlukan untuk memastikan pasokan pangan nasional tetap aman. Stabilitas harga beras tidak hanya soal menjaga daya beli masyarakat, tetapi juga menyangkut ketahanan pangan nasional secara keseluruhan.