JAKARTA - Di tengah mahalnya tarif logistik yang selama ini menjadi masalah klasik di wilayah terluar Indonesia, Kabupaten Natuna kini digadang-gadang menjadi salah satu solusi. Pemerintah daerah bersama dengan dukungan pemerintah pusat menyiapkan langkah besar menjadikan Natuna sebagai hub logistik nasional sekaligus pintu gerbang ekspor-impor.
Bupati Natuna Cen Sui Lan menegaskan, meski populasi Natuna hanya sekitar 80.000 jiwa, daerah ini memiliki potensi strategis yang sangat besar jika dijadikan sebagai simpul distribusi. Ia menilai, Natuna tidak cukup menarik untuk dijadikan pangsa pasar impor bila hanya mengandalkan kebutuhan masyarakat lokal. Namun, bila posisinya dioptimalkan sebagai pusat distribusi barang menuju wilayah lain, seperti Kalimantan dan Sulawesi, maka nilainya akan jauh lebih besar.
“Vendor akan berpikir dua kali kalau hanya untuk penuhi kebutuhan lokal. Karena itu, Natuna bisa dijadikan sebagai hub logistik barang menuju wilayah lain seperti Kalimantan dan Sulawesi,” jelas Cen.
- Baca Juga Investor Muda Kuasai Pasar Modal
Menurutnya, pembukaan jalur logistik langsung menuju Natuna akan memotong rantai perjalanan yang selama ini terlalu panjang. Ia mencontohkan, jalur dari China ke Natuna sejatinya hanya sekitar 2.300 kilometer. Namun karena barang masih harus memutar ke Jakarta, Surabaya, lalu Batam, jaraknya bisa mencapai 10.000 kilometer. Kondisi inilah yang menyebabkan biaya logistik melonjak drastis dan berimbas pada mahalnya harga barang di Natuna.
“Dari China ke Natuna itu jaraknya 2.300 km. Tetapi jika harus memutar ke Jakarta, Surabaya, lalu Batam bisa mencapai 10.000 km. Ini yang membuat harga barang di Natuna melambung tinggi,” kata Cen menegaskan.
Potensi Ekspor dari Natuna
Selain sebagai tujuan impor, Natuna juga memiliki potensi besar dari sisi ekspor. Beberapa komoditas lokal seperti kelapa, pinang, pisang, hingga hasil pertanian lainnya dinilai sangat potensial untuk dipasarkan ke luar negeri. Pasar utama yang menjadi target adalah negara-negara tetangga, terutama China dan Singapura, yang memiliki permintaan tinggi terhadap produk tropis.
Dengan tersedianya jalur distribusi langsung, ekspor dari Natuna dapat dilakukan lebih efisien. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan pendapatan daerah, tetapi juga membuka peluang lapangan kerja baru serta memperluas pasar bagi petani lokal.
Dukungan Regulasi dan Infrastruktur
Guna merealisasikan rencana besar ini, dukungan regulasi dari instansi teknis sangat dibutuhkan. Cen mengungkapkan bahwa Bea Cukai, Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP), serta Balai Karantina Pertanian di Tanjungpinang telah memberikan sinyal positif. Mereka siap mempermudah proses perizinan maupun regulasi untuk memastikan kegiatan ekspor-impor berjalan lancar.
“Untuk saat ini, Bea Cukai, KSOP dan Balai Karantina Pertanian di Tanjungpinang mendukung rencana ini. Mereka akan permudah regulasi dan perizinan agar kegiatan ekspor dan impor lancar,” ujarnya.
Langkah berikutnya yang menjadi prioritas adalah pengoperasian penuh Pelabuhan Selat Lampa. Menurut Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad, pelabuhan tersebut merupakan kunci utama agar Natuna bisa benar-benar menjadi hub internasional.
Gerbang Internasional Baru
Ansar Ahmad menekankan, Natuna harus memiliki fasilitas pendukung yang lengkap untuk mengoperasikan pelabuhan bertaraf internasional. Hal ini meliputi layanan karantina, imigrasi, port authority, hingga bea cukai. Menurutnya, sebagian fasilitas sebenarnya sudah tersedia, tetapi masih perlu dilengkapi agar memenuhi standar internasional.
“Kalau bicara pelabuhan internasional, kita butuh dukungan bea cukai, port authority, karantina, dan imigrasi. Fasilitas itu sebenarnya sudah ada, tinggal kita lengkapi. Lebih cepat lebih baik,” ujar Ansar.
Ia menambahkan, peran pemerintah pusat menjadi sangat penting dalam mempercepat proses ini. Tanpa adanya dukungan afirmatif dari pusat, sulit bagi daerah perbatasan seperti Natuna untuk menjaga stabilitas harga barang maupun menekan laju inflasi.
“Daerah perbatasan seperti Natuna memang membutuhkan kebijakan afirmasi dari pemerintah pusat. Tanpa itu, sulit bagi kita menjamin ketersediaan kebutuhan pokok, dan tidak mudah menjaga fluktuasi inflasi,” tegas Ansar.
Strategis untuk Perekonomian Nasional
Dengan letaknya yang berada di jalur strategis antara Asia Tenggara dan Laut China Selatan, Natuna diyakini dapat menjadi simpul perdagangan baru yang menguntungkan Indonesia. Jika jalur logistik langsung terwujud, Indonesia tidak hanya akan menghemat biaya distribusi, tetapi juga memiliki daya tawar lebih kuat di pasar regional.
Keberadaan Natuna sebagai hub juga diprediksi akan meningkatkan arus perdagangan ke wilayah timur Indonesia. Daerah-daerah seperti Kalimantan dan Sulawesi akan lebih mudah mendapatkan akses barang dengan harga lebih terjangkau. Pada saat yang sama, hasil bumi dari wilayah-wilayah tersebut juga dapat dikirimkan melalui Natuna menuju pasar luar negeri.
Pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta seluruh pemangku kepentingan kini dihadapkan pada tantangan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan penyesuaian regulasi. Dengan dukungan yang tepat, Natuna bukan hanya sekadar wilayah terluar, melainkan bisa menjadi pusat logistik dan perdagangan internasional yang berkontribusi besar bagi perekonomian nasional.
Rencana menjadikan Natuna sebagai hub logistik sekaligus gerbang ekspor-impor bukan hanya soal menekan biaya distribusi. Lebih dari itu, kebijakan ini adalah bagian dari upaya meneguhkan kedaulatan ekonomi di wilayah perbatasan, memastikan harga kebutuhan pokok lebih stabil, serta membuka peluang baru bagi petani dan pelaku usaha lokal.