Batu Bara

Harga Batu Bara Rebound Tipis

Harga Batu Bara Rebound Tipis
Harga Batu Bara Rebound Tipis

JAKARTA - Pasar batu bara global mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan meskipun masih dibayangi tren pelemahan permintaan. Setelah mengalami penurunan selama enam hari berturut-turut, harga komoditas ini berhasil naik tipis di perdagangan terakhir. Penguatan yang terjadi memang belum signifikan, namun cukup untuk memberi sinyal bahwa pasar masih memiliki potensi rebound dalam jangka pendek.

Di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan mendatang, harga batu bara ditutup pada level US$ 111,7 per ton, atau menguat 0,09% dibandingkan sesi sebelumnya. Kenaikan ini sekaligus menghentikan tren penurunan yang telah menekan harga dalam sepekan terakhir, di mana akumulasi pelemahan mencapai 2,36%.

Bayang-Bayang Lesunya Permintaan Global

Meski ada kenaikan, pelaku pasar tetap mencermati risiko yang bisa menghambat pemulihan harga, terutama dari sisi permintaan. Ekspektasi melemahnya konsumsi batu bara global, khususnya dari China yang menjadi konsumen terbesar di dunia, masih menjadi sentimen negatif utama.

Bloomberg News melaporkan bahwa industri China kemungkinan mencatat perlambatan pada bulan Juli. Berdasarkan konsensus pasar yang melibatkan 33 ekonom, median proyeksi pertumbuhan produksi industri negara tersebut berada di angka 6% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan realisasi pertumbuhan pada Juni yang mencapai 6,8%.

Penjualan ritel di China pada periode yang sama juga diperkirakan hanya tumbuh 4,6% yoy, yang jika terealisasi akan menjadi pertumbuhan terlemah dalam lima bulan terakhir. Perlambatan di dua sektor ini memperkuat pandangan bahwa perekonomian Negeri Tirai Bambu masih belum sepenuhnya pulih, sehingga berdampak pada serapan energi, termasuk batu bara.

Implikasi Terhadap Harga Batu Bara

Ketika permintaan dari negara dengan konsumsi terbesar mengalami tekanan, pasar batu bara global biasanya merespons dengan pelemahan harga. Apalagi saat ini produksi batu bara di berbagai wilayah masih terbilang tinggi, sehingga menciptakan kelebihan pasokan. Kombinasi permintaan yang lesu dan pasokan melimpah memicu tekanan jual yang menyebabkan harga sulit naik signifikan.

Namun, penguatan tipis yang terjadi baru-baru ini menunjukkan adanya potensi perbaikan jangka pendek. Sentimen ini didukung oleh sejumlah indikator teknikal yang mengarah pada peluang kenaikan harga dalam waktu dekat.

Analisis Teknikal: Peluang Rebound Masih Terbuka

Berdasarkan analisis teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), harga batu bara saat ini masih berada di zona bullish. Hal ini terlihat dari posisi Relative Strength Index (RSI) yang berada di level 58. RSI di atas 50 umumnya menjadi sinyal bahwa aset sedang berada dalam tren penguatan.

Sementara itu, indikator Stochastic RSI menunjukkan angka 7, yang berarti berada jauh di bawah level 20 dan mengindikasikan kondisi sangat jenuh jual (oversold). Dalam kondisi seperti ini, biasanya harga memiliki peluang untuk mengalami kenaikan karena tekanan jual yang berlebihan mulai mereda.

Secara teknikal, target resisten terdekat berada di level US$ 112 per ton. Apabila harga mampu menembus level tersebut, potensi kenaikan lanjutan terbuka hingga ke kisaran US$ 114 per ton. Sebaliknya, jika terjadi pelemahan, level support terdekat ada di US$ 109 per ton, dan jika tertembus, harga berisiko jatuh lebih jauh ke kisaran US$ 104 per ton.

Faktor Fundamental Lain yang Perlu Dicermati

Selain kondisi permintaan global, harga batu bara juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kebijakan energi di berbagai negara, kondisi cuaca ekstrem yang dapat mengganggu produksi atau distribusi, serta pergeseran tren ke energi terbarukan. Saat ini, transisi energi bersih menjadi salah satu fokus banyak negara, yang secara bertahap dapat menekan konsumsi batu bara dalam jangka panjang.

Namun, dalam jangka pendek hingga menengah, batu bara masih menjadi sumber energi utama di sejumlah negara berkembang, termasuk China dan India. Selama kebutuhan industri dan pembangkit listrik masih tinggi, permintaan batu bara akan tetap menjadi faktor penentu pergerakan harga di pasar global.

Pasar Menunggu Data Ekonomi Baru

Para pelaku pasar kini menantikan data resmi terkait produksi industri dan penjualan ritel di China yang akan dirilis dalam waktu dekat. Data ini akan menjadi acuan penting untuk memproyeksikan permintaan batu bara di kuartal mendatang. Jika hasilnya lebih baik dari perkiraan, harga batu bara bisa mendapatkan dorongan positif.

Namun, apabila data mengonfirmasi perlambatan ekonomi, pasar harus siap menghadapi risiko tekanan lanjutan pada harga, meskipun indikator teknikal saat ini menunjukkan peluang rebound.

Harapan di Tengah Tekanan

Kenaikan tipis harga batu bara setelah enam hari tertekan memberikan secercah harapan bagi pelaku pasar. Meskipun fundamental permintaan global masih belum solid, peluang penguatan jangka pendek tetap terbuka, terutama jika faktor teknikal dan sentimen pasar mendukung.

Bagi investor dan pelaku industri, kondisi ini menuntut strategi yang lebih hati-hati. Mengikuti perkembangan data ekonomi China, memantau tren produksi global, serta membaca sinyal dari indikator teknikal menjadi kunci untuk mengambil keputusan yang tepat di tengah ketidakpastian pasar energi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index