Danantara

Investasi Danantara Dongkrak Saham PGEO dan GIAA

Investasi Danantara Dongkrak Saham PGEO dan GIAA
Investasi Danantara Dongkrak Saham PGEO dan GIAA

JAKARTA - Gelombang optimisme kembali terasa di pasar modal Indonesia setelah langkah strategis Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) mulai menunjukkan arah yang jelas. Tidak hanya menjadi pemain baru dalam lanskap investasi nasional, kehadiran Danantara telah berhasil memberikan sentimen positif terhadap sederet saham emiten pelat merah maupun perusahaan strategis lainnya.

Perhatian utama investor mengarah pada perusahaan yang tengah digandeng Danantara dalam sejumlah proyek berskala nasional. Berdasarkan pantauan pasar, setidaknya empat emiten telah mengalami lonjakan harga saham yang signifikan setelah rencana investasi Danantara diumumkan ke publik. Fenomena ini memperkuat posisi Danantara sebagai katalis baru dalam penguatan pasar modal, khususnya di sektor energi, pertambangan, penerbangan, dan industri kimia.

Salah satu penerima manfaat paling nyata dari langkah ini adalah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO). Emiten panas bumi ini menjadi sorotan setelah Danantara mengadakan pertemuan strategis dengan jajaran direksi PGEO untuk membahas pengembangan kapasitas energi hingga 3 gigawatt (GW).

CEO Danantara, Rosan Perkasa Roeslani, menegaskan komitmen tersebut melalui pernyataan terbuka yang dibagikannya di media sosial. "Ini merupakan langkah penting dalam mempercepat transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan," ujarnya.

Langkah lanjutan berupa penandatanganan Head of Agreement (HoA) dan Memorandum of Understanding (MoU) dengan PGEO menjadi sinyal kuat bahwa proyek ini akan segera masuk dalam tahap eksekusi investasi. Dampaknya terasa langsung di pasar, di mana harga saham PGEO yang awalnya berada di level Rp940 per lembar pada awal tahun, melonjak drastis hingga menyentuh angka Rp1.705 per lembar pada akhir Juli—kenaikan sebesar 82,35% year-to-date (YtD).

Tidak hanya dari sisi pasar, dukungan terhadap PGEO juga mengalir dari induk usahanya, PT Pertamina New & Renewable Energy. Perusahaan tersebut telah menjalin kerja sama strategis dengan Citicore Renewable Energy Corporation (CREC) asal Filipina, dengan nilai investasi mencapai US$120 juta melalui perjanjian share subscription. Melalui kerja sama ini, Pertamina NRE kini memegang 20% saham CREC, memperluas jejaring internasionalnya di sektor energi terbarukan.

Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir, membenarkan nilai investasi tersebut. “Kalau saya tidak salah, nilainya mendekati US$120 juta,” ujarnya saat menghadiri acara di Jakarta. Ia menambahkan, Danantara akan terus memperluas portofolio energi hijau sembari mendorong transfer teknologi serta pengetahuan yang dibutuhkan dalam pengembangan sektor tersebut.

Sektor energi bukan satu-satunya fokus Danantara. Perusahaan juga menunjukkan minat serius dalam pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik, salah satunya melalui keterlibatan di Proyek Dragon. Proyek ini merupakan konsorsium besar antara Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), dan Indonesia Battery Corporation (IBC). Dalam proyek ini, kepemilikan saham nasional baru mencakup 30 persen, dan Danantara tengah menyusun rencana untuk menambah porsi tersebut melalui penyetoran modal ke IBC lewat holding MIND ID.

Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria, mengungkapkan bahwa penyetoran modal tidak akan dilakukan secara langsung oleh Danantara. “Jadi ada yang memang dilakukan sendiri oleh perusahaan. Bagi itu berupa equity mereka sendiri, bisa juga dalam bentuk loan dan lain sebagainya. Tetapi untuk kasus ini tidak dari Danantara,” ujarnya.

Kehadiran Danantara di proyek ini berdampak besar terhadap saham ANTM yang menjadi salah satu pemasok utama nikel untuk IBC. Menurut Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji, keberadaan rantai pasok terintegrasi akan memperkuat kinerja fundamental ANTM dalam jangka panjang. “Asalkan produk baterai itu bisa terserap dengan baik oleh pasar,” kata Nafan.

Performa saham ANTM mencerminkan sentimen positif ini, dengan kenaikan harga mencapai 96,07% YtD. Dari harga awal Rp1.545 per lembar, kini saham ANTM telah menyentuh Rp2.990 per lembar di akhir Juli.

Tidak ketinggalan, sektor penerbangan pun turut menikmati suntikan dana dari Danantara. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) menerima pendanaan sebesar Rp6,65 triliun sebagai bagian dari restrukturisasi dan penyehatan keuangan jangka panjang. Dana ini diberikan dalam bentuk shareholder loan, dan menjadi bagian awal dari skema pembiayaan yang ditargetkan mencapai US$1 miliar.

Efeknya langsung terasa di pasar modal, dengan harga saham GIAA meningkat dari Rp54 menjadi Rp68 per lembar, atau naik 23,64% YtD. Ini menjadi sinyal kebangkitan bagi maskapai pelat merah yang sempat terpuruk sejak pandemi dan masa restrukturisasi pada 2022.

Langkah terbaru Danantara adalah kemitraan strategis bersama Indonesia Investment Authority (INA) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) dalam proyek pembangunan pabrik Chlor Alkali–Ethylene Dichloride (CA-EDC). Investasi gabungan sebesar US$800 juta atau Rp13 triliun ini ditujukan untuk memperkuat kapasitas produksi bahan kimia seperti soda kostik dan EDC, yang penting dalam industri pengolahan nikel, pemurnian alumina, serta air bersih.

Presiden Direktur Chandra Asri Group, Erwin Ciputra, menyatakan bahwa proyek ini merupakan tonggak penting bagi perusahaan. “Masuknya Danantara dan INA mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek pertumbuhan industri kimia nasional,” katanya.

Saham TPIA pun mendapat sentimen positif dari kerja sama ini. Dari posisi awal Rp7.175 per lembar, kini telah naik menjadi Rp9.275 per lembar, atau mengalami kenaikan 23,67% YtD.

Dengan langkah-langkah yang terstruktur dan fokus pada sektor strategis nasional, Danantara mulai memainkan peran signifikan sebagai katalis pemulihan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui pasar modal.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index