JAKARTA - Manchester United terus berbenah demi mencapai stabilitas permainan dan kekuatan maksimal di setiap lini menjelang musim baru. Salah satu langkah strategis yang mulai terlihat adalah dengan mengorbankan pemain muda untuk memberi jalan bagi wajah baru yang lebih dibutuhkan tim. Gelandang muda Toby Collyer menjadi nama pertama yang akan dipinjamkan demi membuka ruang untuk gelandang tambahan, langkah yang menandai dinamika persaingan di lini tengah Old Trafford.
Di tengah performa tim yang masih belum konsisten selama tur pramusim di Amerika Serikat, manajemen Setan Merah mulai menunjukkan tanda-tanda perombakan. Hasil yang fluktuatif, termasuk kemenangan tipis atas West Ham United dan hasil imbang kontra Leeds United, memunculkan kekhawatiran akan kurangnya kedalaman dan kekuatan fisik di sektor tengah. Hal ini diperparah dengan belum maksimalnya kontribusi dari rekrutan baru seperti Bryan Mbeumo yang belum sempat mencicipi menit bermain di bawah pelatih baru, Ruben Amorim.
Sinyal dari ruang manajemen mengindikasikan bahwa Collyer, meski menunjukkan hasrat kuat untuk bertahan dan membuktikan diri di skuad utama, akan segera dipinjamkan. Ini menjadi bentuk kompromi antara rencana jangka panjang pembinaan pemain muda dan tuntutan jangka pendek untuk mengisi kekosongan tenaga yang lebih siap pakai.
- Baca Juga Isak Jadi Pilar Baru Liverpool
Toby Collyer sendiri bukan tanpa potensi. Pemain berusia 21 tahun itu dikenal sebagai salah satu gelandang paling energik yang dimiliki United saat ini. Dalam skema 3-4-3 ala Amorim, karakter seperti Collyer justru menjadi vital, khususnya saat menghadapi transisi cepat lawan dan tekanan balik. Sayangnya, keputusan tak hanya dipengaruhi oleh kebutuhan taktik, tetapi juga oleh strategi rekrutmen pemain baru yang sedang disiapkan klub.
Dalam peta gelandang United, nama-nama seperti Manuel Ugarte, Casemiro, Kobbie Mainoo, dan Bruno Fernandes masih mendominasi. Namun, usia dan kecocokan gaya bermain jadi catatan tersendiri. Casemiro sudah memasuki usia 33 tahun, sementara Fernandes juga telah menginjak kepala tiga. Ugarte sendiri dinilai masih belum sepenuhnya konsisten, sedangkan Mainoo lebih cocok bermain sebagai gelandang box-to-box ketimbang peran bertahan murni yang dibutuhkan untuk mengawal pertahanan dari tengah.
Munculnya opsi peminjaman Collyer diyakini sebagai sinyal bahwa klub akan mendatangkan gelandang baru dengan karakteristik berbeda, yaitu pemain yang memiliki kekuatan fisik dan mobilitas tinggi, sesuatu yang sejauh ini belum bisa didapatkan dari para gelandang yang ada.
Dua nama yang kini ramai dibicarakan sebagai target utama adalah Ederson dari Atalanta BC dan Carlos Baleba dari Brighton & Hove Albion. Ederson, gelandang asal Brasil, dipuji karena ketangguhan fisiknya dan kerap disebut-sebut mirip dengan Declan Rice milik Arsenal. Namun, satu hal yang masih menjadi sorotan adalah kemampuannya menghadapi tekanan tinggi, yang kemungkinan akan menjadi tantangan berat di Liga Inggris yang dikenal intens dan cepat.
Sementara itu, Baleba merupakan profil yang sangat menarik. Pemain muda Brighton ini dikenal punya kemampuan atletik menonjol dan penguasaan bola yang baik. Ia disebut sebagai salah satu gelandang muda potensial di Premier League. Namun, negosiasi dengan Brighton diperkirakan tak akan mudah. Reputasi klub tersebut sebagai klub yang tangguh dalam bertransaksi menjadi batu sandungan tersendiri.
Langkah untuk mendatangkan gelandang tambahan menjadi bagian dari upaya menyempurnakan komposisi tim usai kedatangan dua nama besar pada musim panas ini, yakni Matheus Cunha dan Bryan Mbeumo. Keduanya diharapkan langsung memberi dampak nyata bagi lini depan. Keinginan manajemen adalah mendatangkan sosok yang setara secara kualitas dan pengalaman di lini tengah, terutama untuk menopang gaya bermain progresif yang diusung Amorim.
Kondisi ini tentu menjadi peringatan bagi para pemain muda seperti Collyer bahwa meski performa dan etos kerja mereka diapresiasi, persaingan di level tertinggi tetap keras dan tak mengenal kompromi. Masa peminjaman bisa jadi batu loncatan bagi karier Collyer untuk berkembang dan kembali ke United dengan pengalaman dan jam terbang lebih tinggi. Namun, bisa juga menjadi awal dari perpisahan permanen bila ia gagal menunjukkan progres signifikan di klub peminjam.
Dari sudut pandang taktik, United memang sangat membutuhkan sosok gelandang yang sanggup menjaga intensitas tinggi sepanjang pertandingan. Dalam sistem Ruben Amorim, yang mengandalkan fleksibilitas dan kecepatan transisi, memiliki pemain dengan kapasitas fisik optimal adalah suatu keharusan. Jika Collyer dipinjamkan tanpa pengganti yang sepadan atau lebih baik, bisa jadi justru merugikan struktur permainan tim.
Ekspektasi dari publik Old Trafford sangat tinggi, terlebih dengan tekanan untuk kembali bersaing di papan atas Liga Inggris dan tampil lebih kompetitif di ajang Eropa. Maka dari itu, keputusan meminjamkan Collyer perlu dibarengi dengan perekrutan yang benar-benar tepat, bukan hanya dari segi nama besar, tapi juga dari sisi fungsionalitas dalam skema tim.
Dengan bursa transfer yang masih berjalan dan banyak spekulasi bergulir, menarik untuk dinanti apakah Manchester United mampu merampungkan perekrutan gelandang baru dalam waktu dekat. Yang jelas, publik akan menilai keputusan ini bukan hanya dari nama yang datang, tetapi juga dari performa dan konsistensi yang mampu diberikan di lapangan dalam menjalani musim kompetisi 2025/2026 yang penuh tantangan.