Liga Indonesia

Erick Thohir Dorong Profesionalisme Agen di Liga Indonesia

Erick Thohir Dorong Profesionalisme Agen di Liga Indonesia
Erick Thohir Dorong Profesionalisme Agen di Liga Indonesia

JAKARTA - Komitmen Erick Thohir untuk memperbaiki tata kelola sepak bola nasional kembali ditegaskan lewat dorongannya terhadap profesionalisasi sektor yang selama ini luput dari perhatian serius: agen pemain dan perekrutan pemain asing. Menurut Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tersebut, dua hal ini adalah elemen fundamental untuk menciptakan liga yang kompetitif, profesional, dan mampu berdaya saing di kancah internasional.

Dalam konferensi pers di Jakarta, Erick menyampaikan bahwa pembenahan terhadap praktik agen pemain harus dimulai dari regulasi yang jelas dan tegas. Seluruh agen yang terlibat dalam kompetisi domestik wajib mengantongi lisensi dari FIFA. Langkah ini ditujukan untuk mencegah maraknya praktik agen ilegal yang kerap merugikan klub dan pemain.

"Pertama kita mensyaratkan agen-agen harus ada lisensi FIFA, tidak bodong-bodongan. Jangan sampai pangsa sepak bola kita jadi tempat orang cari makan dengan standar yang jelek," ujar Erick.

Pernyataan tersebut menggambarkan keinginan kuat PSSI untuk menempatkan integritas dan profesionalisme di garis depan. Menurut Erick, keberadaan agen tak resmi berpotensi merusak ekosistem perekrutan dan menciptakan ketimpangan dalam pengelolaan klub.

Langkah reformasi ini bukan sekadar wacana, melainkan bagian dari proses panjang menuju liga domestik yang lebih transparan dan sehat. Hal ini pun sejalan dengan transformasi menyeluruh yang kini diusung oleh PSSI bersama operator baru Liga Indonesia, yakni I.League.

Namun, bukan hanya aspek agen yang menjadi fokus utama. Erick juga menekankan pentingnya adanya standar objektif dalam perekrutan pemain asing. Ia menginginkan agar setiap pemain asing yang direkrut tidak hanya berperan sebagai pengisi kuota, tapi harus memberi dampak signifikan terhadap kualitas permainan dan daya saing klub.

"Saya juga ingin di 2027, standar pemain asing di liga ada hitungannya. Kalau di Inggris, Italia, ada. Kita juga mesti ada hitungannya supaya liga kita meningkat kualitasnya," tegas Erick.

Pernyataan tersebut mencerminkan niat PSSI untuk mengambil langkah konkret dalam menyelaraskan diri dengan praktik terbaik yang diterapkan di liga-liga top dunia. Erick menyadari bahwa standar kualitas pemain asing sangat menentukan kualitas liga secara keseluruhan.

Ia juga menyinggung soal perbedaan pendekatan antara PSSI dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dalam hal pengukuran kualitas kompetisi. Namun, menurutnya, ada berbagai indikator yang dapat digunakan sebagai tolok ukur perkembangan liga Indonesia, seperti distribusi gelar juara, jumlah penonton di stadion, hingga kinerja klub di kompetisi Asia.

"Kalau semua klub bisa bersaing dan punya daya saing di Asia, itu menunjukkan kualitas liga. Tapi kalau cuma satu tim yang juara terus, itu bisa jadi sinyal bahwa liganya belum kompetitif," jelas Erick.

Dalam kaitannya dengan pemain diaspora dan naturalisasi, Erick juga mencoba meluruskan persepsi bahwa bermain di Liga Indonesia merupakan kemunduran karier. Ia mencontohkan bahwa banyak pemain dari negara kuat seperti Jepang dan Korea Selatan, bermain di berbagai level liga Eropa dan Asia sebagai bagian dari strategi pengembangan karier mereka.

"Pemain ya pasti mereka tak hanya ingin bermain di Timnas, mereka ingin main profesional di klub yang memainkan dan membutuhkan mereka, di mana pun kesempatan itu ada," ucapnya.

Ia pun mengangkat contoh Jepang, yang saat ini berada di peringkat ke-17 FIFA. Para pemainnya tidak hanya bermain di Premier League atau Serie A, tetapi juga tersebar di kasta kedua liga Inggris, Bundesliga 2, bahkan liga-liga Eropa yang kurang populer.

"Itu tidak salah atau benar, karena mereka memang butuh penghidupan dan itu jadi pilihan mereka dalam berkarier. Jadi ketika para pemain Indonesia ada yang bisa main di Eropa, kita bersyukur, mereka bisa bersaing di level tinggi, meski tergantung liganya juga," tambahnya.

Sejak menjabat sebagai Ketua Umum PSSI, Erick Thohir dikenal konsisten mendorong reformasi sepak bola nasional. Dari pembangunan infrastruktur, pembinaan usia dini, hingga profesionalisasi manajemen klub, semuanya menjadi bagian dari agenda besar yang ia usung untuk mengubah wajah sepak bola Indonesia.

Kehadiran I.League sebagai operator baru turut memberikan angin segar terhadap pelaksanaan liga yang lebih profesional. Dalam pandangan Erick, pengelolaan liga tidak bisa dijalankan secara bisnis semata, melainkan harus menyeimbangkan aspek prestasi, transparansi, serta pengembangan jangka panjang.

"Kita tidak ingin sekadar bermain bola, kita ingin punya industri bola yang sehat, profesional, dan berprestasi. Itu butuh kerja keras semua pihak," tutupnya.

Dorongan terhadap regulasi agen pemain dan standar pemain asing ini hanyalah sebagian dari rangkaian panjang upaya untuk memperbaiki sepak bola Indonesia. Namun, langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa di bawah kepemimpinan Erick Thohir, PSSI tidak hanya bicara soal hasil pertandingan, melainkan sedang membangun fondasi industri olahraga yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index