Megaproyek

Arab Saudi Tinjau Ulang Megaproyek The Line

Arab Saudi Tinjau Ulang Megaproyek The Line
Arab Saudi Tinjau Ulang Megaproyek The Line

JAKARTA - Ambisi Arab Saudi untuk membangun masa depan lewat megaproyek kota pintar The Line kini memasuki babak baru. Pemerintah kerajaan melakukan tinjauan ulang terhadap proyek yang menjadi simbol transformasi ekonomi nonmigas ini. Di tengah berbagai tantangan fiskal, keputusan ini dinilai sebagai langkah realistis yang mencerminkan upaya Arab Saudi untuk tetap menjaga keseimbangan antara visi jangka panjang dan keberlanjutan anggaran negara.

The Line merupakan bagian dari proyek Neom, kawasan futuristik yang dibangun di gurun barat laut Arab Saudi. Konsepnya tak hanya ambisius, tetapi juga revolusioner: membangun kota tanpa emisi karbon sepanjang 105 mil (sekitar 169 kilometer), terdiri dari dua deretan gedung pencakar langit berlapis kaca setinggi lebih dari 1.600 kaki, dan dapat menampung hingga 9 juta penduduk. Kota ini dirancang tanpa jalanan dan kendaraan konvensional, digerakkan sepenuhnya oleh teknologi dan energi ramah lingkungan.

Namun, proyek yang diperkirakan menelan biaya hingga US$ 500 miliar atau sekitar Rp 8.150 triliun (kurs Rp 16.300 per dolar) ini tidak lepas dari sorotan. Lembaga Pengelola Dana Investasi Publik Arab Saudi kini menunjuk konsultan independen untuk meninjau secara strategis kelayakan teknis, model pembiayaan, dan dampak ekonomi dari proyek raksasa tersebut. Di satu sisi, langkah ini menunjukkan kehati-hatian dalam pengelolaan dana negara. Di sisi lain, hal ini menandakan bahwa proyek ambisius semacam The Line harus terus disesuaikan dengan dinamika ekonomi global dan kondisi fiskal domestik.

Tim Callen, peneliti tamu di Arab Gulf States Institute, menilai bahwa keputusan untuk melakukan evaluasi ini bukan hal mengejutkan. “Saya pikir ini semua adalah area yang sebelumnya dipertanyakan banyak orang, apakah teknologinya memang tersedia untuk mencapai apa yang ingin dicapai Neom? Apakah biaya pengembangannya terlalu tinggi?” ujarnya kepada CNBC dalam program Access Middle East.

Callen juga menyoroti faktor harga minyak yang menjadi penentu penting dalam neraca fiskal Arab Saudi. Jika harga minyak mentah bertahan di sekitar US$ 70 per barel seperti yang terjadi baru-baru ini maka ruang fiskal kerajaan menjadi terbatas dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya saat harga minyak mencapai US$ 100 per barel. Ini berpengaruh langsung terhadap kemampuan negara dalam membiayai proyek-proyek skala besar tanpa menimbulkan tekanan berlebihan pada anggaran.

Dalam konteks ini, pengkajian ulang terhadap The Line bukan berarti proyek akan dihentikan. Menurut Callen, besar kemungkinan Neom tetap akan dilanjutkan, hanya saja mungkin dalam skala yang lebih kecil atau durasi pengerjaan yang lebih panjang dari rencana awal. Langkah tersebut justru bisa membuat proyek lebih matang dan sesuai dengan perkembangan teknologi serta kondisi pasar global.

Pihak pengembang Neom sendiri menyebut tinjauan ini sebagai bagian dari praktik standar dalam proyek jangka panjang. Mereka tetap optimistis dengan prospek The Line sebagai ikon masa depan Arab Saudi. Di lokasi pembangunan yang terletak di padang pasir, konstruksi telah berlangsung intensif dengan kehadiran tiang pancang, derek besar, dan jalan-jalan baru yang membelah padang pasir sebagai cikal bakal sistem transportasi cepat kota masa depan.

Namun demikian, laporan dari sejumlah konsultan menunjukkan bahwa tinjauan ulang ini bisa berdampak langsung terhadap operasional di lapangan. Seorang konsultan yang bekerja untuk proyek ini, dengan syarat anonim, menyebutkan bahwa ada potensi pemangkasan karyawan di sejumlah sektor proyek Neom. “Mereka akhirnya mulai membuat keputusan yang sehat secara finansial,” katanya.

The Line bukan satu-satunya bagian dari kawasan Neom yang bersifat futuristik. Proyek ini merupakan manifestasi nyata dari Visi 2030 yang digagas Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan ekonomi Saudi yang tidak hanya bergantung pada sektor minyak, melainkan juga pada inovasi teknologi, pariwisata, dan industri hijau. Di balik ambisinya, proyek ini diharapkan mampu menarik talenta global, mendorong migrasi ke Arab Saudi, serta menciptakan lapangan kerja berkualitas bagi generasi muda.

Total biaya pengembangan Neom secara keseluruhan diperkirakan mencapai US$ 1,5 triliun. Angka yang sangat besar ini menunjukkan betapa seriusnya Arab Saudi dalam merancang transformasi jangka panjang. Namun seiring meningkatnya defisit anggaran dan harga minyak yang belum stabil, kerajaan tidak punya pilihan selain melakukan prioritisasi terhadap proyek-proyeknya.

Maka, keputusan untuk meninjau ulang The Line bisa dilihat sebagai bentuk kematangan strategi pembangunan. Alih-alih menunda kemajuan, langkah ini justru menjadi cermin dari adaptasi cerdas dalam menyikapi realita ekonomi. Bila sebelumnya Arab Saudi dikenal sebagai negara dengan kebijakan pengeluaran publik yang agresif, kini pendekatan berbasis keberlanjutan dan efektivitas biaya mulai mendominasi.

Dengan arah baru ini, The Line tetap memiliki peluang untuk menjadi proyek landmark yang mengubah wajah urbanisme dunia. Hanya saja, bentuk dan waktu pencapaiannya mungkin akan berbeda dari apa yang semula dibayangkan. Yang pasti, Arab Saudi masih teguh pada visinya, tetapi kini lebih bijak dalam cara mewujudkannya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index