JAKARTA - Mobilitas logistik dan penumpang di kawasan timur Indonesia terus menunjukkan peningkatan signifikan, salah satunya melalui penguatan layanan penyeberangan jarak jauh (Long Distance Ferry/LDF) yang dioperasikan oleh PT Jembatan Nusantara (JN), anak usaha PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). Lintasan laut antara Balikpapan, Kalimantan Timur, dan Parepare, Sulawesi Selatan, menjadi contoh konkret bagaimana layanan LDF tidak hanya mempercepat distribusi barang dan orang, tetapi juga menopang pemerataan ekonomi antarwilayah.
PT ASDP melihat potensi besar pada jalur penyeberangan ini. Selain memperpendek waktu distribusi logistik, kehadiran kapal LDF juga membuka peluang baru bagi pelaku usaha, masyarakat, serta pemerintah daerah untuk meningkatkan konektivitas dan efisiensi mobilitas. Rute ini kini menjadi salah satu jalur favorit dalam jaringan pelayaran LDF karena strategis dan vital dalam rantai pasok nasional.
Corporate Secretary ASDP, Shelvy Arifin, menegaskan pentingnya peran layanan LDF dalam mendukung pembangunan ekonomi yang merata. Ia menjelaskan bahwa inisiatif ini tidak sekadar menghadirkan layanan penyeberangan, tetapi merupakan bentuk upaya menyatukan Indonesia melalui transportasi laut yang terintegrasi dan andal.
“Layanan ini bukan semata soal penyeberangan, tetapi soal menyatukan Indonesia. Dengan moda kapal yang mampu mengangkut kendaraan logistik sekaligus penumpang, efisiensi distribusi menjadi lebih tinggi. Ini mempercepat mobilitas barang dan orang, serta mendukung pemerataan ekonomi di wilayah yang terhubung,” ujar Shelvy dalam keterangan tertulis.
Sepanjang tahun sebelumnya, performa operasional JN dalam melayani rute Balikpapan–Parepare menunjukkan tren yang sangat positif. JN mencatat telah melayani lebih dari 38 ribu penumpang dan lebih dari 10 ribu unit kendaraan yang terdiri dari kendaraan kecil hingga truk logistik. Angka ini menunjukkan bahwa jalur laut tersebut semakin diminati sebagai alternatif transportasi utama bagi masyarakat dan pelaku usaha di kedua wilayah.
Rincian kendaraan yang diangkut mencakup 1.431 unit kendaraan golongan II, 4.078 kendaraan pribadi, dan 4.615 unit truk logistik. Ini mencerminkan adanya peningkatan aktivitas logistik yang berlangsung stabil sepanjang tahun. Memasuki semester pertama tahun berjalan, angka tersebut terus mengalami kenaikan dengan layanan terhadap lebih dari 29 ribu penumpang dan 7.569 unit kendaraan. Komposisinya meliputi 1.338 kendaraan golongan II, 3.508 kendaraan golongan IV, serta 2.698 truk logistik.
Shelvy menilai lonjakan ini sebagai indikator kuat bahwa layanan LDF makin relevan dengan kebutuhan sektor logistik saat ini.
“Dari tren ini tercermin bahwa permintaan terhadap layanan LDF terus meningkat, seiring pentingnya konektivitas maritim bagi sektor logistik dan perdagangan nasional,” lanjutnya.
Layanan ini memanfaatkan dua armada utama, yakni KMP Swarna Bahtera dan KM Madani Nusantara. Dengan jarak tempuh sekitar 250 mil laut dan durasi pelayaran kurang lebih 22 jam, jadwal keberangkatan telah ditetapkan secara berkala dari masing-masing pelabuhan.
Keberangkatan dari Balikpapan dilakukan setiap Kamis dan Ahad menggunakan KMP Swarna Bahtera, serta Selasa dan Sabtu dengan KM Madani Nusantara. Sementara dari Parepare, pelayaran berlangsung setiap Rabu dan Sabtu oleh Swarna Bahtera, dan setiap Senin serta Jumat oleh Madani Nusantara. Jadwal ini tentunya bersifat fleksibel dan disesuaikan dengan kondisi cuaca serta kelancaran operasional di lapangan.
Tidak hanya pada rute Balikpapan–Parepare, ASDP juga memperluas jangkauan layanan LDF melalui rute strategis lainnya seperti Patimban–Pontianak dan Patimban–Banjarmasin. Kedua rute ini dilayani oleh KMP Ferrindo V yang memiliki kapasitas besar, mampu mengangkut hingga 145 unit kendaraan campuran.
Rute Patimban Pontianak memiliki jarak tempuh 420 mil laut dengan estimasi waktu pelayaran selama 38 jam. Sementara itu, Patimban–Banjarmasin menempuh 444 mil laut dengan waktu pelayaran sekitar 40 jam. Fokus utama layanan ini adalah pengangkutan kendaraan logistik dari Pulau Jawa menuju Kalimantan, yang menjadi jalur vital dalam rantai pasok antarwilayah.
Shelvy menekankan bahwa perluasan rute dan penguatan layanan LDF ini merupakan bagian dari transformasi strategis ASDP sebagai BUMN sektor transportasi laut.
“Layanan LDF adalah bentuk nyata transformasi peran ASDP dalam logistik maritim. Bukan sekadar penyeberangan, tapi solusi konektivitas nasional yang efisien dan strategis untuk mendukung distribusi logistik, ketahanan pasok, serta pertumbuhan ekonomi berbasis konektivitas laut,” tambahnya.
Lebih jauh, ASDP berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas layanan dan memperluas cakupan wilayah pelayaran. Ini termasuk peningkatan sinergi dengan stakeholder dari berbagai sektor, seperti pemerintah pusat dan daerah, pelaku industri logistik, serta komunitas maritim di daerah-daerah tujuan.
Dengan berbagai langkah yang telah dan akan dilakukan, ASDP berharap layanan LDF mampu menjadi bagian integral dari sistem logistik nasional. Di masa depan, keberadaan jalur laut yang efisien dan berkelanjutan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi daerah, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jaringan konektivitas maritim yang tangguh.