Kereta Api

Lokomotif Kereta Api Legendaris Kembali Mengaspal

Lokomotif Kereta Api Legendaris Kembali Mengaspal
Lokomotif Kereta Api Legendaris Kembali Mengaspal

JAKARTA - Transformasi teknologi kembali diwujudkan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero), yang mempersembahkan sebuah langkah revolusioner dalam dunia perkeretaapian nasional. Melalui penerapan reverse engineering, KAI berhasil menghidupkan kembali lokomotif legendaris yang selama ini menjadi bagian penting dalam sejarah angkutan kereta api Indonesia. Inovasi ini menjadi bukti nyata keseriusan KAI dalam memodernisasi sarana transportasi berbasis rel.

Dalam gelaran Jambore Indonesian Railways Cyclist Community (IRCC) di Balai Yasa Yogyakarta, KAI memperkenalkan hasil rekayasa ulang terhadap salah satu unit ikonik, yakni lokomotif CC 201 89 16. Unit ini bukan sekadar lokomotif biasa, tetapi telah mengabdi sejak dekade 1980-an dan menyimpan banyak cerita dalam perjalanan panjang perkeretaapian nasional.

Langkah ini bukan hanya restorasi biasa, melainkan transformasi menyeluruh dengan pendekatan teknologi canggih. Direktur Perencanaan Strategis dan Pengelolaan Sarana KAI, John Robertho, menjelaskan bahwa inovasi di sektor transportasi merupakan kebutuhan strategis yang tak bisa dielakkan. Seiring meningkatnya mobilitas masyarakat, sistem transportasi harus terus diperbarui agar dapat menjawab tantangan zaman.

“Keberhasilan program reverse engineering ini merupakan hasil dari inovasi Insan KAI di Balai Yasa Yogyakarta yang terus berinovasi dan bertransformasi. Melalui upaya ini, kami berharap dapat menghadirkan layanan kereta api yang lebih andal, efisien, dan tentunya aman bagi seluruh pelanggan,” ujar John.

Lokomotif yang sudah menua itu tidak dibiarkan tertinggal oleh zaman. Melalui proses rekayasa ulang, KAI mengganti berbagai sistem utama dengan teknologi terkini. Salah satu sorotan utama dari proses ini adalah integrasi sistem Medha Excitation Propulsion (MEP) berbasis mikroprosesor. Sistem ini menggantikan eksitasi konvensional elektro-mekanis yang telah usang.

Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, mengungkapkan bahwa teknologi MEP memberikan respons tenaga yang lebih cepat dan kontrol daya yang lebih presisi.

“MEP memberikan daya hingga 2.100 HP dengan sistem kontrol yang jauh lebih akurat,” ujar Anne. “Teknologi ini juga terbukti lebih efisien dalam memaksimalkan energi sehingga berdampak langsung pada penghematan bahan bakar dan biaya operasional.”

Selain itu, sistem lama seperti generator DC juga diganti dengan alternator modern yang mampu mempertahankan kestabilan tegangan meskipun terjadi perubahan kecepatan mesin. Pembaruan ini meningkatkan ketahanan operasional lokomotif, khususnya saat menghadapi medan berat dan beban besar.

Performa lokomotif juga kini bisa dipantau secara real-time. Teknologi MEP dilengkapi dengan TFT Display yang menampilkan parameter penting seperti tegangan, arus listrik, hingga tekanan udara dalam sistem pengereman. Hal ini mempermudah teknisi dalam melakukan diagnosis secara daring, mempercepat proses pemeliharaan, dan meminimalkan gangguan operasional.

Semua proses reverse engineering ini sepenuhnya dilakukan oleh tenaga ahli internal KAI di Balai Yasa Yogyakarta. Setelah melalui tahapan uji performa dan keselamatan, lokomotif hasil rekayasa ulang dinyatakan siap kembali melayani kebutuhan transportasi penumpang maupun barang.

Upaya ini tidak berhenti pada satu unit saja. Ke depannya, KAI akan memperluas penerapan teknologi MEP secara bertahap ke unit-unit lokomotif lain sebagai bagian dari strategi jangka panjang. Tujuannya adalah menurunkan biaya pemeliharaan serta meningkatkan produktivitas dan keandalan seluruh armada.

Di sisi lain, KAI juga memperkuat jajaran lokomotif baru dengan mendatangkan 54 unit lokomotif tipe CC 205 dari Progress Rail – Caterpillar Company, Amerika Serikat. Lokomotif-lokomotif ini dirancang khusus untuk mendukung distribusi logistik, termasuk batu bara, di wilayah Sumatera Selatan dan Lampung. Langkah ini sejalan dengan misi memperkuat konektivitas logistik nasional hingga 2029.

“Sebanyak 13 unit pertama lokomotif CC 205 telah tiba di Pelabuhan Panjang, Lampung, dan kini tengah menjalani uji performa sebelum mulai beroperasi,” ungkap Anne.

Kegiatan modernisasi ini menjadi bagian dari transformasi menyeluruh di tubuh KAI, yang tidak hanya menyoal layanan reguler, tapi juga aspek wisata berbasis kereta api. Salah satunya melalui layanan Kereta Panoramic yang makin digemari masyarakat.

Kereta Panoramic mencatat jumlah pelanggan sebanyak 48.822 orang, naik 34,38 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024. Data ini menjadi sinyal positif bahwa kereta api tak lagi dilihat hanya sebagai moda transportasi, tapi juga sebagai sarana pengalaman wisata yang menyenangkan.

“Melalui Kereta Panoramic, kami menghadirkan cara baru menikmati perjalanan. Penumpang tidak hanya berpindah tempat, tetapi juga menyaksikan keindahan lanskap Indonesia secara langsung,” tambah Anne.

Lintasan selatan yang dilalui Kereta Panoramic memang menyuguhkan panorama yang menakjubkan. Dari hamparan sawah, jajaran pegunungan hijau, jembatan panjang, hingga terowongan khas yang memberi nuansa tersendiri bagi perjalanan.

Dengan berbagai langkah inovatif ini, PT KAI menegaskan bahwa modernisasi bukan hanya tentang mengadopsi teknologi baru, tapi juga menghormati sejarah panjang kereta api Indonesia. Lokomotif legendaris yang dihidupkan kembali bukan sekadar simbol nostalgia, melainkan representasi masa depan transportasi Indonesia yang lebih maju, efisien, dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index