JAKARTA - Pembangunan infrastruktur transportasi perkotaan kembali menunjukkan progres signifikan. PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), salah satu BUMN konstruksi terkemuka, terus memacu pengerjaan proyek MRT Jakarta Fase 2A, khususnya pada Paket CP202. Proyek ini ditargetkan akan menghadirkan jaringan MRT bawah tanah dari kawasan Harmoni hingga Mangga Besar, yang mencakup wilayah padat seperti Sawah Besar.
Bukan hanya proyek transportasi biasa, pengerjaan proyek ini menandai babak baru dalam sejarah pembangunan perkeretaapian bawah tanah di Indonesia. Terowongan yang sedang digarap diklaim akan menjadi yang terdalam di tanah air, dengan kedalaman mencapai 27 meter di bawah permukaan tanah.
Dalam keterangan resmi, Corporate Secretary Adhi Karya, Rozi Sparta, mengungkapkan bahwa proyek CP202 mencakup pembangunan tiga stasiun bawah tanah serta dua terowongan penghubung. Seluruh konstruksi berada di jantung ibu kota dengan tingkat kepadatan lalu lintas yang sangat tinggi. Tak hanya itu, lokasi pengerjaan juga berada di sekitar kawasan cagar budaya, yang menambah tantangan tersendiri dari sisi teknis dan perencanaan.
“Pekerjaan kali ini meliputi pembangunan tiga stasiun bawah tanah dan dua terowongan penghubung dengan kedalaman hingga 27 meter,” jelas Rozi. Ia menambahkan, karakter tanah lunak serta sempitnya koridor kerja membuat pengerjaan proyek harus dilakukan dengan presisi tinggi dan metode mutakhir.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Adhi Karya menggunakan teknologi modern berupa mesin bor bawah tanah atau Tunnel Boring Machine (TBM) bertipe Earth Pressure Balance (EPB). Penggunaan TBM ini memungkinkan penggalian berlangsung stabil meski berada di bawah tanah lunak dan area yang padat bangunan.
TBM pertama telah diluncurkan dan ditugaskan untuk menggali lintasan sepanjang 1.180 meter, dimulai dari Stasiun Harmoni menuju Stasiun Mangga Besar. Progres penggalian berjalan dengan kecepatan sekitar 7,5 hingga 8 meter per hari. Sementara itu, TBM kedua dijadwalkan untuk mulai beroperasi dalam beberapa bulan mendatang dan akan melengkapi pekerjaan hingga pertengahan tahun berikutnya.
Tahapan pengerjaan proyek pun dibagi menjadi beberapa fase. Dimulai dari penggalian terowongan dari Harmoni ke Sawah Besar, kemudian dilanjutkan ke Mangga Besar. Seluruh proses ini ditargetkan rampung secara bertahap hingga mencapai titik penyambungan antarstasiun yang dirancang untuk memaksimalkan konektivitas transportasi massal di wilayah Jakarta Pusat.
Salah satu sorotan dari pembangunan fase ini adalah dirancangnya stasiun empat lantai bawah tanah pertama di Indonesia. Inovasi ini dilakukan demi mendukung operasional dua jalur MRT sekaligus di masa depan. Kehadiran stasiun multi-level ini diharapkan tidak hanya memudahkan perpindahan antarjalur bagi penumpang, namun juga menjadi tonggak pencapaian dalam arsitektur dan teknik sipil dalam negeri.
Proyek strategis ini dikerjakan oleh konsorsium Shimizu Adhi Karya Joint Venture (SAJV), di mana Adhi Karya berperan sebagai salah satu pelaksana utama. Konsorsium ini menggabungkan keahlian lokal dan internasional, sehingga diharapkan dapat menghasilkan konstruksi yang aman, efisien, dan tahan lama.
Adhi Karya menilai bahwa keberhasilan proyek ini akan memberikan kontribusi besar bagi pengembangan sistem transportasi massal di ibu kota. Selain memperluas jangkauan MRT Jakarta, pembangunan ini juga berperan dalam mendorong penggunaan moda transportasi ramah lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi.
Tak hanya itu, keberadaan proyek MRT Fase 2A juga membuka banyak peluang kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung, bagi tenaga kerja lokal. Mulai dari tenaga konstruksi, teknisi, hingga sektor pendukung seperti logistik dan penyedia alat berat turut terlibat dalam rantai pasok proyek ini.
Pembangunan MRT yang semakin kompleks seperti ini juga memperlihatkan kemajuan teknologi infrastruktur dalam negeri yang semakin matang. Adhi Karya dan mitranya menunjukkan bahwa proyek berskala tinggi dan berteknologi canggih kini bukan lagi hal yang hanya bisa dikerjakan oleh pemain asing, namun dapat dikuasai dan dikembangkan oleh tenaga kerja Indonesia.
Sebagai penutup, Rozi Sparta menekankan pentingnya sinergi antara semua pihak, termasuk dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat sekitar, agar proyek ini berjalan sesuai target. Ia menyampaikan harapan besar bahwa MRT Fase 2A akan menjadi simbol kemajuan dan komitmen terhadap pembangunan kota yang lebih modern dan berkelanjutan.
“Untuk menggali terowongan, digunakan mesin bor bawah tanah (Tunnel Boring Machine/TBM) dengan tipe Earth Pressure Balance (EPB) yang diluncurkan pada 9 Mei 2025,” ujarnya.
Dengan perencanaan yang matang, teknologi modern, dan manajemen risiko yang cermat, proyek MRT Jakarta Fase 2A diharapkan menjadi salah satu pencapaian monumental dalam sejarah transportasi perkotaan di Indonesia. Lebih dari sekadar pembangunan fisik, proyek ini menandai transformasi kota menuju sistem mobilitas masa depan yang efisien, aman, dan berkelas dunia.