JAKARTA - Kabupaten Berau terus mendorong sektor pariwisata sebagai salah satu penggerak ekonomi daerah. Salah satu destinasi yang tengah bersinar adalah kawasan Air Panas Pemapak di Bapinang. Sejak diperkenalkan ke publik pada 2023, tempat ini berkembang menjadi primadona baru wisata lokal. Keindahan alam berpadu dengan keunikan mata air panas membuat Air Panas Pemapak tak hanya diminati wisatawan lokal, tetapi juga menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Berau.
Pemerintah daerah, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau, mencatat adanya lonjakan pengunjung yang cukup signifikan dalam waktu singkat. Dampaknya terlihat langsung dari melonjaknya pendapatan retribusi wisata yang meningkat hingga 200 persen hanya dalam setahun. Fakta ini menunjukkan tingginya potensi Air Panas Pemapak sebagai destinasi unggulan yang mampu bersaing di kancah pariwisata regional.
Tak sekadar mengandalkan pesona alam, Pemkab Berau kini tengah serius memperkuat daya tarik destinasi ini dengan membangun berbagai fasilitas pendukung. Rencana pengembangan terus digodok, dengan mengacu pada masterplan pembangunan destinasi wisata tersebut. Salah satu langkah konkret adalah pengalokasian anggaran yang cukup besar tahun ini.
Staf Teknis Disbudpar Berau, Andi, yang mewakili Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata, Samsiah Nawir, menjelaskan bahwa progres pembangunan fisik saat ini baru mencapai sekitar 50 persen. Namun, upaya untuk menyelesaikannya terus digalakkan, termasuk dengan menyuntikkan anggaran sebesar Rp3,5 miliar tahun ini guna melanjutkan pembangunan infrastruktur dasar di kawasan wisata tersebut.
“Pembangunannya saat ini baru sekitar 50 persen. Tahun ini akan dilanjutkan dengan alokasi anggaran sekitar Rp3,5 miliar,” jelas Andi.
Beberapa fasilitas baru tengah dipersiapkan untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan. Di antaranya adalah jalur masuk dan keluar yang terpisah untuk mengurangi kepadatan, serta jalur tracking yang akan menghubungkan area utama dengan bagian belakang kawasan wisata yang masih alami. Selain itu, pembangunan kios suvenir juga masuk dalam rencana, yang akan dikelola oleh pelaku UMKM lokal sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi warga sekitar.
Aspek keamanan juga tak luput dari perhatian. Area mata air panas akan dilengkapi dengan sistem pengamanan yang lebih baik agar pengunjung dapat menikmati tempat ini tanpa kekhawatiran, mengingat lokasi sumber air panas memiliki kontur alam yang khas dan cukup sensitif.
Meski begitu, Disbudpar tidak menutup mata terhadap tantangan yang dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah kondisi sungai di sekitar lokasi, yang masih berlumpur dan membutuhkan pengerjaan besar. Penataan sungai dianggap penting untuk menunjang estetika kawasan serta menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan.
“Kondisi sungai masih berlumpur dan membutuhkan pengerjaan besar agar lebih layak dan menarik,” terang Andi.
Namun pembangunan fisik bukan satu-satunya kunci. Strategi yang ditempuh Pemkab Berau lebih bersifat kolaboratif. Disbudpar menekankan pentingnya keterlibatan semua pemangku kepentingan dalam pengembangan sektor pariwisata ini. Pemerintah kampung, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) menjadi mitra utama dalam proses pembangunan ini. Peran mereka tak hanya sebagai pelaksana teknis di lapangan, tetapi juga sebagai penghubung antara kebijakan pemerintah dengan kebutuhan masyarakat.
“Kami libatkan semua pihak untuk memastikan pembangunan sektor pariwisata berjalan optimal. Harapannya, komitmen pemerintah daerah terhadap pengembangan pariwisata bisa terus konsisten,” ujar Andi.
Pendekatan inklusif ini diyakini akan memperkuat rasa memiliki masyarakat terhadap kawasan wisata yang tengah dikembangkan. Dengan partisipasi aktif warga lokal, sektor pariwisata tak hanya berkembang dari sisi infrastruktur dan jumlah pengunjung, tetapi juga dari segi dampak ekonomi langsung ke masyarakat. Lapangan kerja baru akan terbuka, baik di sektor jasa wisata, kuliner, transportasi lokal, hingga kerajinan tangan dan suvenir.
Langkah-langkah pembangunan yang tengah digarap di Air Panas Pemapak juga diharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Berau. Seiring bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan, potensi penerimaan daerah dari sektor pariwisata akan terus tumbuh. Jika pengelolaan dilakukan secara berkelanjutan, Pemapak berpeluang menjadi ikon pariwisata Berau berikutnya setelah destinasi-destinasi unggulan lain seperti Labuan Cermin dan Pulau Derawan.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan mulai dari pengembangan fasilitas, penataan lingkungan, hingga pemberdayaan masyarakat kawasan wisata Air Panas Pemapak menunjukkan transformasi positif. Pemerintah daerah berharap, langkah strategis ini dapat memperkuat peran pariwisata sebagai pengungkit ekonomi lokal sekaligus memperluas citra Kabupaten Berau sebagai destinasi wisata alam yang berkelas dan berkelanjutan.