Transportasi

Komitmen Indonesia Tekan Emisi Transportasi Penerbangan

Komitmen Indonesia Tekan Emisi Transportasi Penerbangan
Komitmen Indonesia Tekan Emisi Transportasi Penerbangan

JAKARTA - Di tengah semakin meningkatnya urgensi perubahan iklim global, sektor transportasi udara di Indonesia kini menjadi perhatian utama dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK). Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan, khususnya Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud), mengambil langkah progresif dengan menyelenggarakan forum strategis nasional yang mempertemukan para pemangku kepentingan lintas sektor.

Pertemuan ini menjadi platform penting untuk membahas capaian, tantangan, hingga langkah ke depan dalam pengendalian emisi sektor transportasi udara. Dihadiri oleh perwakilan kementerian/lembaga, operator bandara, maskapai penerbangan, hingga mitra industri penerbangan lainnya, forum ini memotret bahwa komitmen Indonesia terhadap keberlanjutan di sektor transportasi tak hanya simbolik, tetapi juga operasional.

Transportasi Udara: Penopang Ekonomi Sekaligus Penyumbang Emisi

Transportasi udara memang berperan vital dalam mendukung konektivitas dan pertumbuhan ekonomi nasional. Namun di sisi lain, kontribusinya terhadap emisi GRK tak bisa diabaikan. Itulah mengapa sektor ini termasuk dalam prioritas kebijakan mitigasi perubahan iklim nasional.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Achmad Setiyo Prabowo, dalam pernyataannya mengakui pentingnya peran transportasi udara bagi perekonomian, namun menegaskan bahwa sektor ini juga berkontribusi terhadap emisi karbon yang signifikan. Oleh karena itu, langkah-langkah sistematis dan terukur harus terus dilakukan.

“Sebagai bagian dari komitmen Indonesia terhadap Paris Agreement dan target Net Zero Emission (NZE) pada 2060, kami terus mendorong pelaksanaan program dan kebijakan yang mendukung penurunan emisi di sektor penerbangan,” ujar Achmad.

Evaluasi Capaian dan Rumusan Aksi Mitigasi Baru

Salah satu agenda utama dalam forum ini adalah penyusunan Program Kerja Tim Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN GRK) untuk periode 2025–2027. Program ini akan menjadi pedoman strategis dalam pelaksanaan aksi mitigasi emisi GRK di sektor udara, dengan mengedepankan data yang akurat, pendekatan teknis, dan implementasi di lapangan.

Selain menyusun rencana, forum ini juga melakukan monitoring terhadap pelaksanaan program yang sudah berjalan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh terhadap hasil penghitungan emisi di sejumlah bandara nasional dan capaian penurunan emisi di sektor penerbangan.

Langkah ini penting untuk memastikan bahwa program-program yang telah dijalankan benar-benar efektif dan berdampak, sekaligus sebagai dasar untuk perbaikan dan penyesuaian strategi ke depan. Akurasi data menjadi fondasi penting dalam merumuskan kebijakan yang benar-benar solutif.

Inventarisasi Emisi dan Percepatan Penggunaan SAF

Tak kalah penting dari evaluasi adalah inventarisasi emisi GRK secara menyeluruh di seluruh subsektor transportasi udara. Data emisi yang valid akan mendukung pengambilan keputusan berbasis bukti (evidence-based policy), sehingga setiap program mitigasi bisa lebih tepat sasaran.

Salah satu teknologi yang banyak dibahas dalam forum ini adalah penggunaan Sustainable Aviation Fuel (SAF), yakni bahan bakar penerbangan yang lebih ramah lingkungan. SAF diharapkan menjadi solusi jangka menengah dan panjang dalam menurunkan emisi karbon dari pesawat terbang, yang selama ini masih bergantung pada bahan bakar fosil.

Pengembangan dan penggunaan SAF membutuhkan dukungan lintas sektor, baik dari sisi kebijakan, teknologi, maupun investasi. Indonesia mulai melakukan pendekatan multisektor guna memastikan bahwa transisi ke bahan bakar rendah karbon ini bisa berjalan cepat dan menyeluruh.

Dukungan pada Skema Internasional CORSIA

Di tataran global, Indonesia juga terus menunjukkan konsistensinya dalam mendukung skema Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA). Skema yang diinisiasi oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) ini bertujuan untuk menstabilkan emisi dari penerbangan internasional dengan berbagai mekanisme, termasuk efisiensi operasional dan offset karbon.

Kementerian Perhubungan melalui Ditjen Hubud menjabarkan berbagai langkah yang telah dilakukan untuk mendukung CORSIA. Di antaranya adalah peningkatan efisiensi energi pada operasional bandara dan penerbangan, mendorong penggunaan bahan bakar rendah karbon, serta penguatan sistem pelaporan emisi yang transparan dan akuntabel.

Langkah-langkah ini menjadi bagian integral dari strategi nasional dalam mengurangi emisi sektor transportasi dan sekaligus mendukung diplomasi lingkungan Indonesia di level internasional.

Kolaborasi sebagai Kunci Sukses

Achmad Setiyo Prabowo menegaskan bahwa agenda lingkungan hidup tidak bisa dikerjakan secara sektoral atau parsial. Kolaborasi multipihak adalah kunci utama. Forum ini, menurutnya, menjadi titik temu yang tepat untuk menyatukan arah dan strategi semua pelaku industri.

“Kegiatan ini diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi antar pemangku kepentingan dan mempercepat transformasi menuju transportasi udara yang lebih ramah lingkungan, berkelanjutan, dan berorientasi pada masa depan,” pungkas Achmad.

Menuju Penerbangan Hijau Indonesia

Ke depan, tantangan pengurangan emisi di sektor udara masih cukup besar. Namun dengan pendekatan terukur, koordinasi yang baik, serta dukungan dari industri dan masyarakat, sektor ini berpotensi menjadi pionir transformasi hijau di sektor transportasi nasional.

Kegiatan monitoring dan perencanaan yang dilakukan Ditjen Hubud membuktikan bahwa Indonesia tidak hanya berkomitmen secara politis terhadap perubahan iklim, tetapi juga mengambil langkah nyata di sektor-sektor penting seperti penerbangan.

Dengan berbagai inisiatif yang sedang dan akan dijalankan, Indonesia menegaskan dirinya sebagai negara yang aktif dan adaptif dalam menghadapi krisis iklim global tanpa melupakan pentingnya keberlanjutan pembangunan nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index