PRABOWO SUBIANTO

Diplomasi Ekonomi Prabowo Subianto di Eropa

Diplomasi Ekonomi Prabowo Subianto di Eropa
Diplomasi Ekonomi Prabowo Subianto di Eropa

JAKARTA - Alih-alih sekadar kunjungan kenegaraan, perjalanan resmi Presiden RI Prabowo Subianto ke markas besar Uni Eropa di Brussel menjadi langkah strategis dalam memperkuat posisi Indonesia di kancah perdagangan internasional. Momen ini bukan hanya simbol diplomasi, tetapi juga membawa pulang sederet komitmen penting yang dapat mempercepat transformasi ekonomi nasional.

Pertemuan Prabowo dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menjadi sorotan utama dalam lawatan ini. Selain menegaskan keseriusan Indonesia dalam menyelesaikan negosiasi perdagangan bebas dengan Uni Eropa, pertemuan tersebut juga membuka ruang untuk kolaborasi strategis yang lebih luas, baik dalam aspek perdagangan, investasi, maupun kebijakan global.

Terobosan dalam Negosiasi IEU–CEPA

Salah satu capaian terbesar dari kunjungan ini adalah percepatan penyelesaian perjanjian Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), sebuah kesepakatan perdagangan bebas yang telah digarap sejak satu dekade lalu dan kini memasuki putaran ke-19.

“Hari ini kami telah mencapai sebuah terobosan. Setelah 10 tahun negosiasi, kami menyepakati sebuah perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif, yang pada dasarnya adalah perjanjian perdagangan bebas. Kami telah mencapai banyak kesepakatan yang pada intinya saling mengakomodasi kepentingan ekonomi kedua pihak dan bersifat saling menguntungkan,” ujar Presiden Prabowo dalam konferensi pers bersama.

Kata-kata Prabowo menggambarkan momentum positif yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut. Sebagai negara berkembang dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia berharap CEPA dapat membuka akses pasar yang lebih luas dan memberikan kepastian hukum dalam perdagangan dengan negara-negara Uni Eropa.

Presiden Ursula von der Leyen juga menyampaikan optimisme serupa. Ia menegaskan bahwa kesamaan nilai demokrasi dan visi pembangunan antara Indonesia dan Uni Eropa menjadi fondasi kuat untuk menjalin kemitraan strategis ke depan.

Investasi dan Kerja Sama Masa Depan

Dari sisi ekonomi, von der Leyen mencatat bahwa total populasi gabungan Indonesia dan Uni Eropa mencapai 730 juta jiwa, mencerminkan potensi pasar yang besar. Indonesia dinilai sebagai mitra penting bagi Eropa, terutama sebagai pemasok utama sejumlah komoditas strategis.

Namun, ia juga menyoroti bahwa Indonesia masih berada di urutan kelima dalam penerimaan investasi langsung asing (FDI) dari Uni Eropa di kawasan ASEAN. Di bidang perdagangan, Indonesia menempati posisi mitra dagang terbesar kelima Uni Eropa di Asia Tenggara. Data ini menunjukkan bahwa meskipun potensinya besar, kerja sama Indonesia–UE masih dapat dikembangkan lebih lanjut.

Von der Leyen percaya bahwa dengan adanya CEPA, potensi ekonomi yang belum tergarap dapat dikembangkan menjadi peluang nyata, khususnya dalam sektor industri hijau, teknologi bersih, dan digitalisasi.

Isu Tarif Amerika dan Dampaknya pada Eropa

Dalam forum yang sama, Ursula von der Leyen juga menyinggung ketegangan dagang antara Uni Eropa dan Amerika Serikat. Ia mengkritisi rencana Presiden AS Donald Trump yang mengancam memberlakukan tarif baru hingga 30 persen terhadap produk Eropa.

Von der Leyen menegaskan bahwa Uni Eropa akan menunda tindakan balasan terhadap tarif baja dan aluminium yang dikenakan AS, sebagai bagian dari strategi negosiasi. “Amerika Serikat telah mengirimkan surat kepada kami berisi langkah-langkah yang akan berlaku kecuali ada solusi yang dinegosiasikan. Oleh karena itu, kami juga akan memperpanjang penangguhan tindakan balasan kami hingga awal Agustus,” ucapnya.

Meski memilih jalur diplomasi terlebih dahulu, Uni Eropa tetap bersiap melakukan tindakan balasan. Langkah-langkah tersebut termasuk mengenakan bea masuk terhadap barang-barang asal AS senilai 21 miliar euro sebagai respons atas tarif logam yang diberlakukan lebih dulu oleh Washington.

“Sejak awal, kami telah bekerja dan sekarang siap untuk merespons dengan tindakan balasan. Kami telah mempersiapkan diri untuk ini, dan kami dapat merespons dengan tindakan balasan jika diperlukan,” lanjutnya.

Relevansi Lawatan Prabowo dalam Konteks Global

Kunjungan Prabowo ke Eropa hadir dalam situasi global yang penuh dinamika. Ketegangan geopolitik, tekanan inflasi, dan ketidakpastian ekonomi global membuat kerja sama bilateral menjadi semakin krusial. Dalam konteks ini, posisi Indonesia sebagai negara berkembang yang stabil dan strategis menjadi daya tarik tersendiri bagi mitra-mitra dagang internasional, termasuk Uni Eropa.

Lebih dari itu, lawatan ini menunjukkan pendekatan Prabowo yang pragmatis dalam diplomasi ekonomi—mengutamakan kepentingan nasional, membuka dialog terbuka, dan mendorong hasil nyata dari kerja sama internasional.

Sebagai negara yang tengah menggenjot hilirisasi industri dan mengundang investasi asing, Indonesia membutuhkan kepastian pasar global. Dalam hal ini, kemitraan dengan Uni Eropa berperan penting tidak hanya dalam ekspor barang, tetapi juga dalam alih teknologi, penguatan UMKM, dan pembangunan berkelanjutan.

Melalui kunjungan ini, Indonesia tak hanya mempererat hubungan diplomatik dengan Uni Eropa, tetapi juga mengukuhkan posisinya dalam peta ekonomi global. Percepatan penyelesaian IEU–CEPA menjadi bukti bahwa diplomasi ekonomi Indonesia diarahkan untuk menjawab tantangan zaman, membuka peluang baru, dan menjaga keseimbangan dalam relasi antarnegara.

Langkah ini memperlihatkan bahwa kerja sama internasional bukan sekadar agenda simbolik, melainkan bagian penting dari strategi nasional untuk menuju Indonesia yang lebih maju, inklusif, dan berdaya saing di tingkat global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index