Kemenkes

Kemenkes Dorong Imunisasi di Sumut Lewat Kampanye Digital

Kemenkes Dorong Imunisasi di Sumut Lewat Kampanye Digital
Kemenkes Dorong Imunisasi di Sumut Lewat Kampanye Digital

JAKARTA  - Alih-alih hanya mengandalkan pendekatan konvensional, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menggandeng Global Health Strategies (GHS) untuk melakukan gebrakan baru dalam mendorong cakupan imunisasi. Langkah ini ditempuh dengan memanfaatkan kekuatan media sosial platform yang kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian masyarakat.

Sumatra Utara menjadi wilayah prioritas dari kolaborasi strategis ini. Tidak kurang dari 28 kabupaten/kota di provinsi tersebut dilibatkan dalam program peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, dengan dua puskesmas di Medan Puskesmas Helvetia dan Puskesmas Amplas ditetapkan sebagai proyek percontohan (pilot project). Di tempat inilah berbagai inisiatif kampanye imunisasi berbasis digital diuji coba dan dikembangkan lebih lanjut.

Dalam kegiatan pelatihan yang digelar di Medan, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Sumut, Novita Saragih, menyampaikan apresiasinya atas pendekatan segar yang dibawa oleh GHS. Menurutnya, kehadiran pelatihan dan konten digital yang telah disiapkan GHS menjadi pengalaman baru yang membuka wawasan para tenaga kesehatan di daerah.

“GHS ini membantu kami lewat pelatihan dan pembuatan konten yang sebelumnya sudah disiapkan. Ini betul-betul jadi warna baru buat kami,” ujar Novita.

Sementara itu, dari pihak GHS, Ganendra Awang Kristandya selaku Senior Director untuk Indonesia dan ASEAN, menyoroti pentingnya kampanye imunisasi disesuaikan dengan kebiasaan digital masyarakat. Fakta bahwa orang Indonesia menghabiskan lebih dari tujuh jam sehari di depan layar, menjadi alasan kuat mengapa media sosial harus dioptimalkan sebagai kanal utama penyebaran informasi imunisasi.

“Rata-rata orang Indonesia menatap layar selama lebih dari tujuh jam sehari. Jadi kenapa tidak kita isi layar itu dengan konten imunisasi yang akurat?” jelas Ganendra.

Sejak program dimulai, sebanyak 150 lebih konten digital bertema imunisasi telah disebarkan melalui akun resmi milik Dinas Kesehatan Medan dan kedua puskesmas percontohan. Cakupan distribusi konten ini pun melampaui ekspektasi: menjangkau lebih dari 8 juta akun.

Namun tidak hanya konten satu arah yang ditekankan. Program ini juga menyentuh sisi interaktif masyarakat lewat pembentukan WhatsApp Group Ibu Pandai, sebuah forum diskusi daring yang mempertemukan para ibu dengan tenaga medis. Dari grup ini, muncul data menarik: dari setiap tiga informasi yang dibagikan, setidaknya satu ibu menunjukkan ketertarikan baru untuk membawa anaknya imunisasi.

Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan yang diusung GHS bersama Kemenkes juga tidak dilakukan secara sembarangan. Program pelatihan mencakup aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik langsung (praktice), sehingga diharapkan peserta tidak hanya mengetahui teori, tapi juga mampu mengimplementasikannya dalam pendekatan kepada masyarakat.

Dr. dr. Anung Sugihantono, selaku Senior Advisor GHS, menekankan bahwa pesan imunisasi harus dikemas secara lokal dan kontekstual. Ia menyebut, perbedaan budaya antarwilayah menuntut strategi komunikasi yang tidak bisa disamaratakan.

"Di Medan beda dengan Langkat, di Bitung beda dengan Manado. Itulah kenapa pesan-pesan ini harus dikemas secara lokal,” katanya.

Tak hanya itu, pelatihan juga mendorong peserta untuk memilih platform media sosial yang paling relevan dengan karakteristik masyarakat di daerah masing-masing. Pilihan platform mencakup Facebook, WhatsApp, Instagram, dan X (dulu Twitter). Tujuannya adalah agar pesan yang disampaikan benar-benar menyasar kelompok target yang tepat dan efektif.

Kedepannya, Kemenkes bersama GHS juga akan meluncurkan alat ukur efektivitas kampanye media sosial. Langkah ini dianggap penting agar setiap kegiatan promosi kesehatan memiliki data pendukung yang menunjukkan keberhasilan atau kekurangannya.

“Kita harus bisa buktikan bahwa kampanye di medsos berdampak langsung pada peningkatan imunisasi. Kalau jalannya benar, hasilnya bisa diukur,” ujar Anung.

Kolaborasi ini menunjukkan bahwa dunia kesehatan publik tidak lagi bisa bergantung pada pendekatan tradisional semata. Ketika informasi menyesaki layar masyarakat setiap hari, maka penyebaran pesan kesehatan pun harus mampu bersaing dan hadir di ruang digital mereka.

Dengan memanfaatkan kekuatan media sosial dan konten lokal yang menyentuh sisi emosional masyarakat, pemerintah berharap dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap pentingnya vaksinasi. Ini menjadi bagian dari upaya jangka panjang untuk membangun masyarakat yang lebih sadar kesehatan, dimulai dari platform yang paling mereka akrabi gadget di tangan mereka sendiri.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index