Kendaraan

Banjir Deltamas Lumpuhkan Lalu Lintas dan Kendaraan

Banjir Deltamas Lumpuhkan Lalu Lintas dan Kendaraan
Banjir Deltamas Lumpuhkan Lalu Lintas dan Kendaraan

JAKARTA - Peristiwa banjir kembali menjadi catatan buruk dalam pengelolaan infrastruktur perkotaan di Kabupaten Bekasi. Genangan air yang menutupi perempatan lampu merah Kota Deltamas di Desa Hegarmukti, Kecamatan Cikarang Pusat, menyulitkan mobilitas warga dan menyebabkan puluhan kendaraan mogok. Di balik genangan air setinggi lutut orang dewasa ini, terungkap persoalan lama yang tak kunjung diselesaikan: buruknya sistem drainase.

Kawasan Deltamas yang dikenal sebagai area pengembangan terpadu dengan fasilitas modern, nyatanya tak luput dari masalah klasik yang mengganggu kenyamanan publik. Genangan yang melumpuhkan lalu lintas di kawasan tersebut menunjukkan betapa persoalan tata kelola air masih menjadi tantangan serius, bahkan di kawasan yang digadang-gadang sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di Bekasi.

“Hujan deras banget dari sore, sebelum Maghrib sampai malam. Pas lewat lampu merah Deltamas, air sudah tinggi tapi saya sudah tidak bisa putar balik,” keluh Aris, seorang pengemudi ojek daring yang menjadi salah satu korban banjir.

Puluhan kendaraan roda dua dan empat mengalami mogok setelah mencoba menerobos genangan air. Tingginya air yang mencapai 50 sentimeter menyebabkan mesin kendaraan mati secara mendadak, sementara lalu lintas macet total dalam radius ratusan meter dari titik genangan.

Saputra (49), pengendara mobil yang terjebak banjir, menyampaikan pengalamannya penuh kelelahan. Ia bersama saudaranya harus mendorong mobil mereka menjauh dari lokasi banjir karena mesin kendaraan tak kunjung menyala.

“Mau balik kanan sudah tidak bisa, mundur pun susah, tertahan deras air, tidak lama mesin langsung mati. Saya kebetulan berdua sama saudara, jadi dorong mobil malam-malam,” ujarnya.

Dampak Sistemik: Kemacetan dan Ketidaknyamanan Warga

Banjir yang menggenangi ruas jalan utama di kawasan Deltamas bukan sekadar persoalan genangan air. Ia memicu dampak berantai berupa kemacetan panjang, gangguan arus kendaraan, hingga risiko keselamatan pengguna jalan.

Seorang warga setempat, Muhammad Iqbal (36), mengingatkan pengendara untuk menghindari jalur tersebut bila hujan deras melanda. Ia menekankan pentingnya mencari jalur alternatif untuk menghindari risiko mogok dan kemacetan.

“Lebih baik memilih jalan alternatif, jangan lewat sini. Untung saya langsung rem dan masih bisa putar balik jadi nggak sampai mogok motor saya,” tuturnya.

Iqbal juga mengungkapkan bahwa banjir di perempatan traffic light Deltamas bukan kejadian baru. Bahkan, sebelumnya, genangan sempat menyebar hingga ke ruas Tol Jakarta-Cikampek. Menurutnya, akar masalah terletak pada drainase yang tidak mampu mengalirkan air dengan optimal saat hujan deras melanda.

“Dulu juga pernah (banjir). Malah sampai menggenangi ruas Tol Jakarta-Cikampek. Drainase enggak kuat menampung air,” tambahnya.

Minim Tanggapan Resmi, Publik Menanti Aksi Konkret

Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari Pemerintah Kabupaten Bekasi terkait penyebab banjir maupun langkah penanganan jangka pendek dan panjang. Hal ini menimbulkan pertanyaan publik mengenai sejauh mana komitmen otoritas lokal dalam menjaga kelayakan infrastruktur kawasan berkembang seperti Deltamas.

Kondisi ini diperparah dengan absennya pernyataan dari pihak pengelola kawasan Kota Deltamas. Sebagai pengembang kawasan yang terintegrasi dengan hunian, industri, dan komersial, pihak pengelola semestinya turut bertanggung jawab atas keberlangsungan lingkungan fisik di wilayah tersebut.

Di tengah perubahan iklim dan peningkatan intensitas curah hujan, penguatan sistem drainase menjadi keharusan mutlak. Kawasan seperti Deltamas yang menjadi pusat lalu lintas harian ribuan kendaraan tidak bisa terus-menerus menjadi korban perencanaan sistem drainase yang kurang matang.

Jalan Tengah: Solusi Struktural Dibutuhkan Segera

Masyarakat tentu tidak berharap kejadian serupa terus terulang. Dibutuhkan upaya kolaboratif antara pemerintah daerah, pengelola kawasan, dan masyarakat sipil untuk mengidentifikasi akar permasalahan dan menyusun langkah mitigasi yang terukur. Selain pembangunan atau perbaikan saluran drainase, edukasi warga soal keselamatan berkendara saat musim hujan juga tak kalah penting.

Sebagian warga berharap ada tindakan cepat dari pemerintah daerah dengan menurunkan tim teknis ke lapangan untuk mengevaluasi kapasitas saluran air di kawasan Deltamas. Selain itu, pemasangan sistem peringatan dini atau rambu evakuasi di titik-titik rawan banjir juga perlu dipertimbangkan, mengingat perempatan lampu merah Deltamas merupakan salah satu titik lalu lintas terpadat di Cikarang Pusat.

Di sisi lain, kepatuhan pengembang kawasan terhadap Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) dan rekomendasi tata ruang perlu ditinjau ulang. Apakah sistem drainase yang dibangun sudah sesuai dengan proyeksi aliran air hujan dalam situasi ekstrem?

Tanpa perbaikan signifikan, banjir yang terus terjadi akan berdampak pada reputasi kawasan sebagai pusat bisnis dan residensial modern. Kegagalan mengelola air berarti juga kegagalan memberikan rasa aman dan nyaman kepada warga serta investor.

Banjir Deltamas Cerminan Masalah yang Lebih Luas

Kejadian banjir di Deltamas tidak bisa dilihat sebagai insiden biasa. Ia menjadi cerminan dari tantangan infrastruktur perkotaan yang belum sepenuhnya tuntas. Dalam konteks Kabupaten Bekasi yang menjadi magnet pembangunan, pengelolaan air seharusnya menjadi prioritas utama.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index