UFC

UFC 318: Poirier Siap Tutup Karier dengan Duel Penuh Gaya dan Tekad

UFC 318: Poirier Siap Tutup Karier dengan Duel Penuh Gaya dan Tekad
UFC 318: Poirier Siap Tutup Karier dengan Duel Penuh Gaya dan Tekad

JAKARTA - Dustin “The Diamond” Poirier, sosok legendaris yang dikenal dengan gaya bertarung agresif dan penuh determinasi, bersiap mengukir babak terakhir dalam kariernya di UFC. Pada 20 Juli mendatang, pria berusia 36 tahun ini akan menghadapi ujian terbesar sekaligus momen perpisahan yang telah lama dinantikan: duel melawan Max Holloway dalam ajang UFC 318. Duel ini bukan sekadar perebutan sabuk BMF (Baddest Mother F*cker), tetapi juga menjadi pertandingan terakhir Poirier sebelum ia pensiun dari arena Mixed Martial Arts (MMA).

Poirier merupakan nama besar dalam dunia MMA. Sepanjang karier profesionalnya yang sudah menapaki 40 pertarungan, ia telah menorehkan catatan kemenangan yang luar biasa sekaligus menampilkan semangat pantang menyerah. Namun, perjalanan itu bukan tanpa tantangan. Salah satu momen yang paling dikenang adalah ketika Poirier menghadapi Khabib Nurmagomedov pada 2019. Dalam pertarungan tersebut, ia harus menyerah setelah dicekik dalam tiga ronde. Momen itu membekas sebagai pelajaran berharga dalam kariernya.

Kini, saat Poirier bersiap melangkah ke oktagon untuk yang terakhir kalinya, tekadnya sangat kuat. Ia ingin meninggalkan panggung ini dengan sebuah pertarungan yang tidak akan terlupakan oleh para penggemar UFC dan para penikmat MMA di seluruh dunia. “Saya ingin menikmati momen ini,” ujar Poirier dalam sebuah wawancara yang dilansir Juara.net dari Championat.com. “Saya ingin menjadi bagian dari momen tersebut... Ini akan menjadi kali terakhir saya merasakannya, merasakan ketegangan sebelum bertarung, sebelum masuk oktagon.”

Pernyataan itu menunjukkan betapa besar arti pertarungan ini baginya. Bagian emosional dari seorang atlet profesional yang selama bertahun-tahun menjalani disiplin keras dan pengorbanan besar kini mencapai puncaknya. Poirier sadar bahwa setelah pertarungan ini, ia tidak akan lagi merasakan sensasi yang sama—perasaan adrenalin, ketegangan, dan gairah saat berkompetisi di level tertinggi MMA.

Karena itulah, ia berjanji akan memberikan yang terbaik. “Ke depannya, pemandangan ini takkan saya lihat lagi,” kata Poirier dengan tegas. “Oleh karena itu, saya ingin menyuguhkan pertarungan yang seru. Saya ingin masuk ke oktagon dengan gaya... Mari kita buat duel ini jadi pertarungan terbaik tahun 2025.” Semangat tersebut tidak hanya sekadar kata-kata, melainkan sebuah komitmen yang akan diwujudkan melalui kerja keras dan kemampuan yang sudah lama diasah.

Dalam sepanjang kariernya, Poirier memang dikenal sebagai petarung yang sering menyuguhkan aksi penuh gairah dan menarik perhatian penonton. Hal ini tercermin dari catatan bonus “Fight of The Night” yang pernah diraihnya sebanyak 10 kali—jumlah yang cukup banyak dan menunjukkan konsistensi dalam menghadirkan pertarungan yang menghibur. Bahkan dalam pertarungan terakhirnya melawan Islam Makhachev, meskipun harus kalah, Poirier tetap berhasil memberikan tontonan yang intens dan penuh drama.

Duel melawan Max Holloway kali ini pun diprediksi akan menjadi pertarungan yang sangat menarik. Max Holloway sendiri merupakan salah satu petarung terbaik asal Amerika Serikat dengan gaya bertarung agresif yang sangat kompetitif. Pertarungan ini pun menjadi semakin bermakna, karena bukan hanya soal sabuk BMF, melainkan menjadi simbol perpisahan Poirier dengan dunia yang sudah membesarkan namanya.

Dalam menghadapi perpisahan ini, Poirier juga menegaskan bahwa ia tidak takut mengalami cedera atau luka. “Tak masalah andai saya harus keluar oktagon dengan beberapa luka jahit,” ujarnya dengan penuh keberanian. Sikap ini menunjukkan mental juara yang siap menerima risiko demi mengakhiri karier dengan cara yang membanggakan.

Momen pensiun bagi seorang atlet MMA bukanlah hal mudah. Setiap langkah menuju akhir karier penuh dengan dilema—antara menjaga kesehatan, meraih kemenangan, dan meninggalkan warisan yang berkesan. Bagi Poirier, pilihan untuk mengakhiri perjalanan di UFC dengan pertarungan yang spektakuler sekaligus emosional adalah keputusan yang sangat bermakna.

Melihat perjalanan karier Poirier, ia telah menunjukkan banyak hal yang membuatnya menjadi panutan bagi banyak petarung muda. Konsistensi, keberanian, serta kemampuan untuk bangkit dari kekalahan menjadi ciri khas yang melekat pada dirinya. Dari awal karier hingga pertarungan terakhir nanti, Poirier selalu berusaha menghadirkan yang terbaik di atas oktagon.

Selain itu, duel ini juga menjadi simbol bagaimana dunia MMA menghormati para atlet yang telah memberikan kontribusi besar. Pensiunnya Poirier menandai berakhirnya sebuah era bagi para penggemar UFC yang sudah lama mengikuti perjalanan “The Diamond.” Pertarungan melawan Holloway tidak hanya menjadi laga penutup, tapi juga perayaan atas dedikasi, kerja keras, dan semangat yang sudah ia berikan selama bertahun-tahun.

Pertarungan ini pun berpotensi menjadi salah satu pertandingan terbaik tahun ini, sebagaimana Poirier sendiri mengharapkannya. Dengan gaya bertarungnya yang dinamis dan penuh tekanan, serta motivasi untuk meninggalkan kesan mendalam, laga UFC 318 akan menjadi tontonan wajib bagi penggemar MMA di seluruh dunia.

Kisah Dustin Poirier mengajarkan bahwa dalam dunia olahraga, terutama MMA, ada lebih dari sekadar kemenangan dan kekalahan. Ada rasa cinta pada olahraga, semangat juang yang tak pernah padam, dan keberanian untuk menghadapi ketidakpastian masa depan. Duel melawan Max Holloway nanti adalah puncak dari perjalanan tersebut—momen di mana seorang pejuang sejati menutup babak dengan gaya dan tekad habis-habisan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index