Nasional

Kementan Dorong Inovasi dan Investasi Peternakan Nasional

Kementan Dorong Inovasi dan Investasi Peternakan Nasional
Kementan Dorong Inovasi dan Investasi Peternakan Nasional

JAKARTA - Potensi besar industri peternakan nasional kembali menjadi sorotan pada gelaran Indo Livestock 2025 yang berlangsung di Surabaya, Jawa Timur. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) menekankan pentingnya inovasi teknologi dan peningkatan investasi untuk memperkuat ketahanan pangan nasional serta mendorong daya saing sektor peternakan Indonesia di pasar global.

Direktur Hilirisasi Hasil Peternakan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Makmun, menegaskan bahwa tantangan utama yang masih dihadapi Indonesia terletak pada rendahnya produksi daging sapi dan susu dalam negeri. Menurutnya, angka impor daging sapi Indonesia saat ini masih tinggi dan pemenuhan kebutuhan susu nasional belum optimal.

“Indonesia masih mengimpor sekitar 400 ribu ton daging sapi per tahun, dan produksi susu dalam negeri baru mencukupi 21 persen dari total kebutuhan nasional sebesar 4,7 juta ton,” jelas Makmun.

Makmun memandang kondisi ini bukan hanya tantangan, tetapi sekaligus peluang besar yang harus dimanfaatkan pelaku industri. Ia mendorong kalangan swasta dan investor untuk mengambil bagian dalam pengembangan peternakan nasional, termasuk hilirisasi produk yang bernilai tambah. Investasi teknologi dinilai krusial dalam mengatasi berbagai masalah mendasar, seperti produktivitas ternak, efisiensi biaya pakan, hingga pengendalian penyakit hewan.

Kinerja Ekspor Produk Peternakan Mulai Tumbuh

Meski menghadapi tantangan dalam pemenuhan kebutuhan domestik, Makmun menyebutkan sektor peternakan Indonesia menunjukkan sinyal positif dari sisi kinerja ekspor. Ia mengungkapkan data terbaru yang menunjukkan adanya peningkatan volume ekspor produk peternakan pada 2024 dibanding tahun sebelumnya.

“Volume ekspor produk peternakan meningkat dari 470 ribu ton pada 2023 menjadi 489,7 ribu ton atau naik 4,16 persen di tahun 2024. Artinya, Indonesia tidak kekurangan sumber protein hewani,” ujarnya menegaskan optimisme.

Peningkatan ekspor tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keunggulan produk peternakan yang bisa dikembangkan lebih jauh untuk menembus pasar internasional. Namun, ia mengingatkan bahwa produktivitas di hulu harus terus diperkuat agar pemenuhan kebutuhan dalam negeri tidak terabaikan.

Forum Internasional Indo Livestock 2025, Ruang Kolaborasi Lintas Sektor

Sementara itu, Assistant Project Director PT Napindo Media Ashatama, Lisa Rusli, yang menjadi penyelenggara Indo Livestock 2025, menekankan pentingnya forum internasional ini sebagai ajang strategis untuk bertukar informasi, teknologi, dan peluang bisnis antara pelaku industri peternakan dari berbagai negara.

“Kami berharap Indo Livestock 2025 dapat mendorong kerja sama yang adil, berkelanjutan, saling membutuhkan, dan menguntungkan antar pelaku usaha,” kata Lisa.

Pameran dan forum internasional Indo Livestock 2025 digelar selama tiga hari, mulai 2 hingga 4 Juli 2025, dengan menghadirkan 300 peserta dari 15 negara. Acara ini juga diramaikan lima paviliun negara yaitu China, Korea Selatan, Taiwan, negara-negara Eropa, dan Denmark. Kehadiran banyak negara ini mencerminkan tingginya minat internasional terhadap pasar peternakan Indonesia.

Inovasi dan Peluang Kemitraan Jadi Sorotan

Indo Livestock 2025 bukan hanya menampilkan produk ternak, tetapi juga berbagai inovasi teknologi yang mendukung seluruh rantai industri peternakan. Mulai dari teknologi budidaya ternak, mesin pakan, sistem pengendalian kualitas, teknologi kesehatan hewan, hingga teknologi pengolahan produk susu turut diperkenalkan dalam pameran.

Selain itu, sektor lain yang terkait erat seperti perikanan dan pertanian juga hadir, menunjukkan bahwa penguatan peternakan tidak bisa dilepaskan dari sinergi lintas sektor. Hal ini sejalan dengan upaya Kementan untuk mewujudkan kemandirian pangan nasional yang berkelanjutan.

Dalam kesempatan berbeda, sejumlah pelaku usaha mengaku antusias dengan penyelenggaraan Indo Livestock 2025 karena menjadi momen untuk memperluas jejaring bisnis sekaligus mendapatkan informasi terbaru terkait teknologi industri peternakan.

Potensi Investasi Peternakan Masih Terbuka Lebar

Kementan menegaskan potensi investasi peternakan di Indonesia masih sangat terbuka lebar. Dengan kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat yang terus meningkat, kebutuhan akan produksi daging dan susu dalam negeri juga akan semakin besar. Oleh karena itu, inovasi teknologi seperti penerapan sistem peternakan presisi (precision farming), efisiensi manajemen pakan, hingga penerapan bioteknologi menjadi kunci untuk mendorong peningkatan produktivitas.

Pemerintah juga terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kepastian usaha dan mengundang investasi, termasuk melalui penyederhanaan regulasi, peningkatan infrastruktur pendukung, hingga fasilitasi kemitraan dengan pelaku UMKM dan peternak rakyat.

Kesimpulan: Sinergi Jadi Kunci Masa Depan Peternakan

Indo Livestock 2025 menjadi bukti nyata bahwa sektor peternakan Indonesia memiliki prospek cerah jika diiringi dengan investasi yang tepat dan penerapan inovasi teknologi. Kementan bersama para pemangku kepentingan menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor untuk memastikan ketahanan pangan nasional sekaligus memperkuat posisi produk peternakan Indonesia di pasar ekspor.

Potensi pasar domestik yang besar, peningkatan tren ekspor, serta dukungan forum internasional seperti Indo Livestock 2025 diharapkan mampu menjadi motor penggerak pertumbuhan peternakan Indonesia yang adil, berkelanjutan, dan berdaya saing global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index