JAKARTA - Awal bulan Juli 2025 tidak dimulai dengan sentimen yang menggembirakan bagi pasar saham domestik. Pada Rabu, 2 Juli 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka dengan pelemahan signifikan sebesar 18,94 poin atau setara 0,27 persen, turun ke posisi 6.896.
Pelemahan ini bukan hanya cerminan dari kondisi pasar domestik, melainkan juga dipengaruhi oleh koreksi yang terjadi di sejumlah bursa saham kawasan Asia. Sentimen regional yang kurang bergairah, dipadukan dengan tekanan dari sektor-sektor tertentu, menjadi penentu arah IHSG pagi ini.
Pengaruh Global dan Regional Menggerakkan IHSG
- Baca Juga Bisnis Rumahan Untung Besar, Modal Minim
Koreksi indeks saham di sejumlah negara Asia mencerminkan adanya ketidakpastian yang belum sepenuhnya mereda dari pasar global. Pasar saham Asia sendiri tengah berada dalam tekanan akibat kombinasi beberapa faktor, mulai dari kekhawatiran atas perlambatan ekonomi Tiongkok, penyesuaian suku bunga bank sentral di negara-negara besar, hingga tensi geopolitik yang belum surut.
Dampak dari kondisi global ini terlihat nyata dalam pergerakan IHSG. Bursa Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh ekosistem pasar modal global, terutama karena meningkatnya keterhubungan antara investor asing dan instrumen pasar lokal.
Sektor Material Dasar dan Konsumer Non Primer Jadi Penekan Terbesar
Dari sisi internal, sejumlah sektor menjadi penekan utama laju IHSG pada sesi pembukaan. Saham-saham di sektor material dasar, seperti pertambangan logam dan bahan baku industri, mencatat penurunan signifikan. Hal ini sejalan dengan tren koreksi harga komoditas global dalam beberapa hari terakhir.
Tak hanya itu, sektor konsumer non primer juga turut memberi beban. Saham-saham ritel, barang mewah, dan produk sekunder mengalami tekanan jual, menyusul penurunan daya beli masyarakat akibat inflasi yang masih tinggi. Hal ini diperkuat oleh laporan internal perusahaan yang menunjukkan adanya revisi target pertumbuhan penjualan di kuartal III.
Sektor keuangan—yang biasanya menjadi penopang utama IHSG—juga ikut melemah. Beberapa saham bank besar dan perusahaan pembiayaan mencatat koreksi ringan, seiring dengan ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter yang cenderung konservatif menjelang semester kedua.
Sektor properti dan teknologi turut masuk dalam daftar kontributor negatif. Kinerja saham emiten teknologi masih belum stabil akibat tekanan pada valuasi, sementara sektor properti masih bergelut dengan isu penurunan permintaan dan kenaikan biaya konstruksi.
Saham Infrastruktur dan Transportasi Menjadi Penahan Pelemahan
Di tengah koreksi mayoritas sektor, beberapa kelompok saham justru mencatat kenaikan. Sektor infrastruktur menunjukkan sinyal positif, didorong oleh kabar proyek strategis nasional dan rencana percepatan pembangunan sejumlah ruas jalan tol di luar Jawa.
Saham konsumer primer juga mengalami peningkatan tipis. Kelompok ini termasuk produsen makanan, minuman, dan kebutuhan rumah tangga dasar yang cenderung lebih tahan terhadap guncangan ekonomi.
Kenaikan lain terjadi di sektor kesehatan, yang masih mempertahankan minat beli investor karena sifatnya yang defensif. Saham rumah sakit, farmasi, dan alat kesehatan berhasil mencatat kinerja positif.
Sektor transportasi dan logistik juga bergerak menguat, seiring dengan meningkatnya aktivitas distribusi menjelang masa libur sekolah dan puncak musim wisata domestik. Lonjakan permintaan angkutan barang dan penumpang menjadi faktor pendukung saham di sektor ini.
Sektor industri manufaktur turut mencatat kenaikan terbatas. Beberapa emiten besar di subsektor manufaktur logam dan kimia dasar menunjukkan pemulihan permintaan ekspor, yang turut menyokong harga saham.
Investor Masih Cenderung Wait and See
Pelaku pasar tampaknya memilih sikap hati-hati pada awal bulan ini. Banyak investor menanti arah kebijakan suku bunga Bank Indonesia yang dijadwalkan akan diumumkan dalam waktu dekat. Spekulasi terkait apakah bank sentral akan mempertahankan suku bunga atau justru menyesuaikannya menjadi sentimen utama yang mempengaruhi aksi beli dan jual di pasar saham.
Selain itu, laporan keuangan kuartal kedua yang segera dirilis oleh perusahaan-perusahaan publik juga menjadi perhatian utama. Para investor mengamati dengan cermat apakah kinerja emiten mampu memenuhi ekspektasi atau justru mengecewakan.
Arus Modal Asing dan Tekanan Rupiah
Dari sisi aliran modal, investor asing masih tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) pada perdagangan pagi ini. Kondisi ini mencerminkan adanya aliran dana keluar dari pasar domestik ke aset yang dianggap lebih aman, terutama dolar Amerika Serikat. Hal ini turut memperlemah posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang utama.
Pelemahan rupiah juga memberikan tekanan tambahan pada emiten-emiten berbasis impor, khususnya yang memiliki utang dalam mata uang asing atau mengimpor bahan baku dari luar negeri.
Potensi Pemulihan Masih Terbuka
Meski IHSG dibuka melemah, analis pasar menyatakan bahwa tekanan ini belum tentu berlanjut sepanjang hari. Jika sentimen global membaik dan laporan data ekonomi dalam negeri menunjukkan sinyal pemulihan, indeks diperkirakan dapat berbalik arah menjelang penutupan.
Katalis positif yang ditunggu pasar meliputi rilis data inflasi nasional, penjualan ritel, dan neraca dagang yang diperkirakan masih mencatat surplus. Selain itu, pergerakan harga komoditas seperti batu bara dan minyak mentah juga diperkirakan akan turut menentukan arah pasar dalam beberapa hari ke depan.
Pembukaan IHSG di zona merah pada Rabu, 2 Juli 2025, menjadi refleksi dari tekanan global dan sektor-sektor domestik yang tengah mengalami koreksi. Meski demikian, optimisme tetap ada di sejumlah sektor yang bergerak naik, menciptakan peluang bagi investor yang memiliki strategi jangka menengah hingga panjang.
Perhatian terhadap dinamika global dan keputusan domestik, khususnya kebijakan fiskal dan moneter, akan menjadi penentu utama arah pasar saham Indonesia dalam beberapa pekan ke depan. Untuk saat ini, para pelaku pasar dihadapkan pada situasi yang menuntut kehati-hatian, ketelitian membaca tren, serta kesabaran menanti waktu yang tepat untuk masuk kembali ke pasar.