JAKARTA - Dukungan pasar domestik terhadap produk halal di Indonesia saat ini berada pada titik yang sangat potensial. Lebih dari 80 persen konsumen di dalam negeri telah memiliki kesadaran akan pentingnya produk yang memenuhi standar halal, menjadikan Indonesia sebagai pasar yang sangat strategis untuk pertumbuhan industri halal.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Investasi/Kepala BKPM sekaligus CEO Danantara Indonesia, Rosan P. Roeslani, dalam pidatonya saat membuka BSI International Expo 2025 yang digelar pada 26–29 Juni di Jakarta. Dalam kesempatan tersebut, Rosan menyoroti kesiapan pasar dalam negeri yang sudah sangat baik, namun tetap menggarisbawahi adanya tantangan fundamental yang masih perlu diatasi untuk mewujudkan ekosistem industri halal yang kokoh dan kompetitif secara global.
“Namun, tantangan tetap ada, mulai dari literasi halal yang masih rendah di kalangan pelaku usaha hingga belum optimalnya harmonisasi sertifikasi halal antarnegara,” ujar Rosan.
- Baca Juga Emas Antam Naik, Investasi Tetap Menarik
Peluang Pasar Besar di Dalam Negeri, Tapi Belum Tergarap Optimal
Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, seharusnya sektor industri halal dapat menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Bahkan, data yang disampaikan Rosan memperkuat fakta bahwa konsumen Indonesia kini telah mulai selektif dalam memilih produk berdasarkan aspek kehalalannya.
Namun, potensi besar ini masih menghadapi hambatan dari sisi pelaku usaha. Rendahnya literasi halal menjadi salah satu penyebab utama lambatnya pelaku industri, khususnya UMKM, dalam menyesuaikan produk mereka ke dalam standar halal. Hal ini diperparah oleh kompleksitas regulasi yang kadang belum tersampaikan secara menyeluruh, khususnya di daerah.
“Masih banyak pelaku UMKM yang belum memahami pentingnya sertifikasi halal sebagai nilai tambah dan kepercayaan konsumen. Di sinilah peran pemerintah dan lembaga terkait untuk meningkatkan sosialisasi dan pendampingan,” tambah Rosan.
Tantangan Lain: Harmonisasi Sertifikasi Antarnegara
Tak hanya dalam skala nasional, tantangan yang dihadapi industri halal Indonesia juga mencakup isu lintas batas. Sertifikasi halal antarnegara yang belum seragam sering kali menjadi hambatan dalam ekspor produk halal ke pasar internasional.
Indonesia, melalui Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), telah mengupayakan kerja sama dengan berbagai negara untuk mengakui sertifikasi halal satu sama lain. Namun hingga saat ini, harmonisasi standar halal global masih memerlukan proses negosiasi dan penyesuaian yang panjang.
“Ketika kita berbicara industri halal global, maka integrasi sistem sertifikasi sangat penting. Jika kita tidak bisa menyatukan standar, maka pelaku usaha akan kesulitan menembus pasar ekspor,” tegas Rosan.
Kolaborasi dengan Dunia Usaha dan Lembaga Keuangan
Dalam acara BSI International Expo 2025, terlihat jelas bahwa sinergi antara pelaku industri, perbankan syariah, dan pemerintah mulai menguat. Pameran yang digelar oleh PT Bank Syariah Indonesia (BSI) ini menjadi ajang strategis untuk menunjukkan bahwa ekosistem industri halal tidak berdiri sendiri, tetapi terhubung erat dengan sektor keuangan, perdagangan, teknologi, dan investasi.
Rosan menilai, peran lembaga keuangan syariah sangat penting dalam mendorong pembiayaan bagi sektor halal, khususnya untuk sektor UMKM. Ketersediaan skema pembiayaan yang sesuai prinsip syariah diharapkan menjadi motor percepatan lahirnya lebih banyak pelaku industri halal lokal.
“Bank syariah harus lebih aktif menjangkau pelaku usaha mikro dan kecil, sebab mereka adalah pondasi dari industri halal nasional kita,” ucap Rosan.
BSI International Expo 2025: Etalase Produk dan Solusi Halal
Acara BSI International Expo 2025 tak hanya menjadi ajang promosi produk-produk halal, tetapi juga menjadi tempat dialog antara regulator, pelaku usaha, investor, dan akademisi. Diikuti oleh ratusan peserta dari dalam dan luar negeri, pameran ini memperlihatkan antusiasme yang tinggi terhadap pengembangan ekosistem halal berbasis teknologi dan inovasi.
Berbagai sektor hadir mulai dari makanan dan minuman, kosmetik, farmasi, pariwisata halal, hingga fintech syariah. Kegiatan ini juga menghadirkan forum diskusi dan seminar tematik yang membahas tantangan dan peluang pengembangan industri halal ke depan.
Indonesia Harus Jadi Pemain Global di Industri Halal
Dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki tanggung jawab strategis untuk tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen dan eksportir produk halal. Rosan menyebutkan bahwa visi pemerintah sangat jelas: menjadikan Indonesia sebagai pusat halal dunia.
Namun, untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan kerja sama multisektor. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Perlu partisipasi aktif dari pelaku usaha, dunia pendidikan, lembaga keuangan, serta masyarakat luas.
“Kita harus memosisikan diri sebagai pusat halal dunia. Tapi itu tidak bisa dicapai jika kita tidak memperbaiki ekosistem di dalam negeri terlebih dahulu,” ujar Rosan menutup pernyataannya.
Menuju Era Industri Halal 4.0
Melihat dinamika saat ini, industri halal Indonesia mulai bergeser ke arah digitalisasi. Produk halal berbasis teknologi mulai muncul, mulai dari traceability produk, blockchain halal, hingga e-commerce halal. Tantangan ke depan bukan hanya soal sertifikasi atau literasi, tapi juga transformasi digital.
Pemerintah, lewat Kementerian Investasi dan lembaga terkait lainnya, telah menyiapkan berbagai program insentif bagi pelaku industri halal yang berinovasi di sektor teknologi. Harapannya, Indonesia tidak hanya mampu bersaing di pasar tradisional, tetapi juga merambah pasar halal digital dunia.
Optimisme terhadap industri halal nasional semakin menguat, terlebih dengan kesadaran konsumen domestik yang terus tumbuh. Namun demikian, pekerjaan rumah masih cukup banyak, mulai dari rendahnya literasi halal, belum harmonisnya sertifikasi antarnegara, hingga keterbatasan akses pembiayaan untuk pelaku usaha kecil.
Pidato Menteri Investasi Rosan Roeslani dalam pembukaan BSI International Expo 2025 menjadi pengingat bahwa kolaborasi, literasi, dan inovasi digital adalah kunci utama agar industri halal Indonesia tidak hanya menjadi raja di negeri sendiri, tapi juga pemimpin di pasar global.