DOKTER

Bahaya Tersembunyi Susu Berperisa: Ancaman Bagi Kesehatan Gigi Anak, Ini Kata Dokter

Bahaya Tersembunyi Susu Berperisa: Ancaman Bagi Kesehatan Gigi Anak, Ini Kata Dokter
Bahaya Tersembunyi Susu Berperisa: Ancaman Bagi Kesehatan Gigi Anak, Ini Kata Dokter

JAKARTA - Masyarakat luas, khususnya para orang tua, selama ini memandang produk susu kemasan berperisa sebagai solusi cepat dan praktis dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Dengan berbagai pilihan rasa seperti cokelat, stroberi, hingga vanila, minuman ini tak hanya digemari anak-anak karena rasanya yang lezat, tetapi juga dianggap sebagai pelengkap ideal untuk pertumbuhan.

Namun di balik kelezatan tersebut, tersembunyi risiko serius yang masih jarang disadari: kandungan gula berlebih dalam susu kemasan bisa menjadi ancaman nyata bagi kesehatan gigi anak. Kebiasaan mengonsumsi minuman ini secara rutin, apalagi tanpa pengawasan, dapat memperbesar potensi munculnya gangguan pada gigi, seperti gigi berlubang atau kerusakan email.

Isu ini disoroti oleh Bingah Fitri Melati, seorang dosen di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya). Dalam pernyataannya pada Senin, 30 Juni 2025, Bingah menyampaikan kekhawatiran atas tingginya kadar gula dalam susu berperisa yang beredar luas di pasaran saat ini.

“Gula dalam susu kemasan bisa menyumbang 30-50 persen dari rekomendasi asupan gula harian anak, yaitu sekitar 25 gram menurut Kementerian Kesehatan,” ujar Bingah dalam keterangan resminya.

Tingginya Konsumsi Gula: Bukan Hanya Masalah Obesitas

Selama ini, peringatan publik terkait konsumsi gula lebih banyak dikaitkan dengan isu obesitas, diabetes, atau penyakit metabolik. Namun, Bingah menekankan bahwa kesehatan mulut, khususnya gigi anak, juga menjadi salah satu sektor paling rentan terhadap dampak dari konsumsi gula yang berlebihan.

Sisa-sisa gula yang menempel pada gigi anak, apalagi jika tidak dibersihkan dengan baik, akan menjadi tempat berkembangnya bakteri penyebab plak. Plak ini akan memproduksi asam yang dapat merusak lapisan pelindung gigi atau email. Bila berlangsung terus-menerus, maka akan terbentuk lubang pada gigi, bahkan infeksi yang memerlukan perawatan medis.

“Konsumsi gula yang tidak disertai kebiasaan menjaga kebersihan mulut dapat mempercepat proses karies gigi. Ini sering kali tidak disadari oleh orang tua karena dampaknya tidak langsung terlihat,” lanjut Bingah.

Susu Kemasan dan Label yang Menyesatkan

Salah satu masalah lain yang diungkap adalah ketidakjelasan informasi pada label kemasan. Banyak produk susu dengan klaim “sehat untuk pertumbuhan anak” ternyata mengandung gula tambahan dalam jumlah yang tinggi. Tidak jarang, kandungan ini disamarkan dalam bentuk lain seperti sukrosa, glukosa, atau sirup jagung.

Meski secara teknis masih dalam batas aman menurut regulasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), namun jika dikonsumsi berulang kali dalam sehari dan ditambah dengan asupan manis dari makanan lain, maka total konsumsi gula anak akan melebihi anjuran harian yang sehat.

Kementerian Kesehatan RI menetapkan bahwa batas konsumsi gula anak adalah maksimal 25 gram per hari. Sayangnya, satu kotak susu kemasan ukuran 200 ml dengan rasa manis bisa mengandung hingga 12–15 gram gula. Jika dikonsumsi dua kali sehari, itu berarti sudah mencapai 60–120% dari batas harian yang dianjurkan.

Peran Orang Tua dalam Edukasi dan Pencegahan

Sebagai garda terdepan dalam menjaga kesehatan anak, peran orang tua sangat penting dalam hal pemilihan produk makanan dan minuman, serta edukasi gaya hidup sehat sejak dini.

Bingah menyarankan agar orang tua lebih cermat dalam membaca label kandungan gizi pada kemasan susu. Jika memungkinkan, pilihlah produk susu tanpa tambahan gula atau gunakan susu putih biasa sebagai alternatif. Selain itu, pastikan anak menyikat gigi minimal dua kali sehari dan melakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi, minimal setiap enam bulan.

“Orang tua harus menjadi teladan. Jika sejak kecil anak dibiasakan dengan rasa manis berlebihan, maka akan sulit menghentikan kebiasaan itu saat mereka tumbuh remaja,” ujar Bingah lagi.

Solusi dan Langkah Mitigasi

Untuk mengurangi risiko kerusakan gigi akibat konsumsi susu kemasan, berikut beberapa rekomendasi yang bisa dilakukan oleh orang tua:

Pilih produk susu rendah gula
Banyak produsen kini mulai menyediakan varian tanpa tambahan gula atau yang menggunakan pemanis alami dalam jumlah kecil.

Batasi konsumsi susu manis maksimal sekali sehari
Jika anak terbiasa minum dua kotak susu manis per hari, cobalah ganti salah satunya dengan air putih, susu putih tanpa gula, atau jus buah segar tanpa tambahan gula.

Biasakan menyikat gigi setelah mengonsumsi minuman manis
Terutama sebelum tidur, agar sisa gula tidak menempel sepanjang malam.

Ajari anak tentang makanan sehat dan dampaknya pada tubuh
Anak yang sadar akan manfaat makanan sehat akan lebih mudah diarahkan untuk memilih makanan yang benar.

Jadwalkan kunjungan ke dokter gigi secara rutin
Deteksi dini terhadap lubang gigi atau plak bisa mencegah kerusakan yang lebih parah.

Mengubah Kebiasaan untuk Masa Depan Anak yang Lebih Sehat

Konsumsi susu berperisa memang menyenangkan dan praktis, namun jika tidak disertai dengan kontrol dan pengawasan, bisa menjadi bumerang bagi kesehatan anak. Fakta bahwa banyak produk mengandung gula dalam jumlah tinggi harus menjadi sinyal bagi para orang tua untuk lebih bijak dan aktif dalam memilih konsumsi keluarga.

Seperti diungkapkan oleh Bingah Fitri Melati, kelezatan susu kemasan tidak boleh mengaburkan fakta bahwa kesehatan gigi anak bisa jadi taruhannya. Edukasi, kebiasaan sehat, dan pengawasan konsumsi gula adalah kunci utama untuk memastikan tumbuh kembang anak tetap optimal — tanpa harus mengorbankan kesehatan mulut dan giginya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index