JAKARTA - Di era industri 4.0, dunia agribisnis tak hanya bicara soal produksi pertanian atau distribusi hasil panen. Lebih dari itu, kemampuan komunikasi dan keterampilan menyampaikan informasi secara efektif, khususnya dalam bentuk narasi positif atau good news writing, menjadi bagian yang tak kalah vital. Menyadari pentingnya hal ini, Program Studi (Prodi) Agribisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengambil langkah strategis dengan menyelenggarakan kuliah tamu bertajuk “Good News Writing” pada Sabtu, 28 Juni 2025.
Acara ini menghadirkan akademisi sekaligus praktisi komunikasi dari Universitas Widya Mataram, Puji Qomariyah, yang membagikan wawasan dan pengalaman terkait pentingnya menulis berita baik (good news) dalam konteks pembangunan pertanian dan pertumbuhan industri agribisnis di Indonesia.
Transformasi Agribisnis Tak Lepas dari Peran Komunikasi Efektif
Agribisnis di abad ke-21 tak lagi sekadar berkutat pada lahan dan panen. Sektor ini kini terhubung erat dengan digitalisasi, perubahan perilaku konsumen, serta pentingnya persepsi publik. Di sinilah peran komunikasi menjadi sangat penting.
Dalam kuliah tamu tersebut, Puji Qomariyah menegaskan bahwa kemampuan menyusun narasi yang inspiratif dan positif adalah bagian penting dari kompetensi mahasiswa, khususnya dalam menyampaikan keberhasilan di sektor pertanian.
“Kemampuan menyampaikan berita baik tentang pertanian tidak hanya mampu membentuk persepsi positif masyarakat, tapi juga dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap sektor agribisnis,” ujar Puji.
Ia juga menjelaskan bahwa di tengah dominasi berita negatif atau problematik yang sering mendominasi media, membangun narasi yang optimistis dan berbasis data faktual menjadi tantangan sekaligus peluang. Apalagi, sektor agribisnis seringkali kurang terekspos dalam pemberitaan arus utama, padahal kontribusinya terhadap perekonomian nasional sangat signifikan.
Mendorong Mahasiswa Agribisnis Jadi Komunikator Handal
Kegiatan ini bukan sekadar forum satu arah, tetapi juga menjadi ruang interaktif bagi mahasiswa untuk berdiskusi, berbagi ide, dan mencoba langsung praktik penulisan berita positif. Para peserta diajak untuk mengeksplorasi bagaimana menulis kisah-kisah sukses dari petani lokal, inovasi dalam pertanian berkelanjutan, hingga strategi branding produk agribisnis dengan pendekatan humanis.
Dosen Agribisnis UMY yang turut hadir dalam kegiatan ini menambahkan, bahwa pembekalan keterampilan komunikasi—terutama dalam bentuk penulisan—merupakan bagian dari kurikulum yang bertujuan membentuk lulusan yang siap bersaing dan berkontribusi secara nyata di lapangan.
“Kami ingin mahasiswa tidak hanya menguasai aspek teknis dan manajerial pertanian, tapi juga mampu menyampaikan pesan, hasil penelitian, maupun program pemberdayaan masyarakat dalam bentuk tulisan yang menarik dan positif,” jelas salah satu dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Agribisnis di UMY.
Dampak Jangka Panjang: Literasi Publik dan Branding Pertanian
Salah satu manfaat terbesar dari kemampuan menulis berita baik dalam konteks agribisnis adalah peningkatan literasi masyarakat terhadap sektor pertanian. Dalam banyak kasus, minimnya apresiasi terhadap profesi petani atau kegiatan agribisnis berakar pada ketidaktahuan publik akan pentingnya sektor ini. Dengan narasi yang tepat, mahasiswa dapat berperan sebagai agen perubahan persepsi publik.
Contohnya, mahasiswa dapat membuat profil petani inspiratif di daerah terpencil yang berhasil membangun kemandirian ekonomi melalui pertanian organik, atau menulis kisah inovasi anak muda dalam mengelola agrowisata berbasis komunitas. Narasi-narasi seperti ini, jika dikelola dengan baik, mampu menjadi bahan kampanye yang mengubah stigma negatif menjadi kebanggaan nasional.
Menjawab Tantangan Global Melalui Komunikasi Lokal
Kehadiran forum semacam ini juga menjadi bentuk respons terhadap tantangan global dalam bidang pertanian dan pangan. Di tengah ancaman perubahan iklim, degradasi lahan, dan fluktuasi harga pangan dunia, sektor agribisnis dituntut semakin adaptif dan komunikatif. Penyampaian informasi secara efektif menjadi bagian dari strategi manajemen risiko dan peningkatan daya saing.
“Menulis berita positif bukan berarti menutupi fakta, tetapi bagaimana menyampaikan kebenaran secara membangun, dengan fokus pada solusi, harapan, dan potensi,” terang Puji Qomariyah dalam sesi tanya jawab bersama mahasiswa.
Menurutnya, keterampilan ini akan sangat berguna, apalagi jika mahasiswa nanti bekerja di sektor publik, swasta, atau LSM yang terlibat dalam pembangunan pertanian berkelanjutan.
Kegiatan Akademik yang Mendorong Integrasi Antardisiplin
Kuliah tamu "Good News Writing" ini bukan kegiatan terisolasi, melainkan bagian dari rangkaian program penguatan soft skill mahasiswa agribisnis. Prodi Agribisnis UMY juga mendorong kolaborasi dengan prodi lain seperti Ilmu Komunikasi, Hubungan Internasional, bahkan Teknik Informatika, guna membekali mahasiswa dengan kemampuan komunikasi digital lintas media.
Tak hanya untuk keperluan akademik, mahasiswa juga diharapkan mampu menjadi kontributor konten yang kredibel dan berdampak di media sosial, blog, maupun kanal informasi digital lain yang kini menjadi sumber utama informasi masyarakat.
Komunikasi yang Mengakar, Agribisnis yang Menguat
Inisiatif yang diambil oleh Prodi Agribisnis UMY lewat kuliah tamu ini menunjukkan bahwa pendidikan agribisnis di Indonesia tengah bergerak maju. Tidak lagi hanya berfokus pada aspek teknis atau ekonomi semata, tetapi juga pada aspek komunikasi dan narasi yang memanusiakan proses.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya belajar bagaimana menulis berita positif, tetapi juga memahami pentingnya menjadi penghubung antara dunia agrikultur dan masyarakat luas. Karena dalam dunia yang dipenuhi informasi, siapa yang mampu menyampaikan cerita dengan baiklah yang akan membentuk opini, menggerakkan aksi, dan menciptakan perubahan nyata.