INSPIRATIF

Sensasi Melukis Realis Tokoh Tokoh Inspiratif Jadi Ladang Cuan Seniman Muda asal Blitar Ini

Sensasi Melukis Realis Tokoh Tokoh Inspiratif Jadi Ladang Cuan Seniman Muda asal Blitar Ini
Sensasi Melukis Realis Tokoh Tokoh Inspiratif Jadi Ladang Cuan Seniman Muda asal Blitar Ini

JAKARTA - Dalam dunia seni rupa, aliran realis kerap menjadi tantangan tersendiri bagi para pelukis karena membutuhkan ketelitian, ketekunan, dan kepekaan artistik tingkat tinggi. Namun, bagi Charis Romadhon, pemuda asal Kelurahan Tlumpu, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, melukis realis bukan hanya tentang menghadirkan karya seni yang mirip dengan kenyataan, tetapi juga jalan hidup dan sumber penghasilan utama.

Di usia muda, Charis telah berhasil menembus pasar seni dengan karya-karya lukisan realis yang detail dan bernilai tinggi. Bahkan, salah satu karya lukisannya pernah terjual dengan harga yang mencapai jutaan rupiah, sebuah pencapaian luar biasa bagi seniman daerah yang menekuni seni secara otodidak.

Melukis Sejak Dini, Tumbuh Bersama Kanvas dan Kuas

Charis mengisahkan bahwa kecintaannya pada dunia melukis sudah tumbuh sejak kecil. Seiring waktu, ketertarikannya terhadap aliran realis kian menguat. Gaya ini menuntut ketepatan proporsi, pencahayaan, tekstur, serta ekspresi, yang semuanya berhasil ia kuasai melalui latihan dan eksplorasi yang konsisten.

“Melukis realis bukan sekadar menyalin objek, tapi bagaimana menyampaikan kehidupan dari sesuatu yang diam. Saya merasa hidup ketika sedang melukis,” ungkap Charis Romadhon dalam salah satu kesempatan wawancara.

Dalam proses kreatifnya, Charis mengandalkan referensi visual langsung maupun foto, tergantung kebutuhan lukisan yang akan dibuat. Namun yang paling menonjol adalah kemampuannya menangkap nuansa emosional dari objek yang ia lukis, menjadikan karya-karyanya tidak hanya mirip secara visual, tapi juga ‘hidup’ secara emosional.

Dari Hobi Menjadi Sumber Penghasilan

Masa pandemi yang sempat membuat berbagai sektor ekonomi lesu, justru menjadi titik balik bagi Charis. Saat sebagian besar orang mengalami kesulitan ekonomi, Charis melihat peluang dari keterampilannya. Ia mulai serius memasarkan lukisan-lukisannya secara daring melalui media sosial dan komunitas seni. Dari situlah, pesanan mulai berdatangan, terutama untuk lukisan potret dan lukisan tematik dengan gaya realis.

“Awalnya saya hanya iseng unggah karya ke media sosial. Tidak disangka, ada yang tertarik dan memesan. Dari situ saya sadar bahwa melukis bisa jadi peluang untuk mendapatkan penghasilan,” jelasnya.

Charis menyebut bahwa dalam satu bulan, ia bisa mengerjakan beberapa pesanan lukisan, tergantung tingkat kesulitan dan ukuran kanvas. Untuk sebuah lukisan berukuran sedang dengan detail tinggi, proses pengerjaan bisa memakan waktu hingga dua minggu. Namun, harga jualnya pun sepadan — berkisar dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah per karya, tergantung kompleksitas dan permintaan klien.

Dukungan Keluarga dan Komunitas Jadi Modal Penting

Charis mengakui, dukungan dari keluarga sangat berperan dalam perjalanannya sebagai seniman. Orang tuanya memberi kebebasan baginya untuk menekuni seni sejak dini, dan bahkan menyediakan ruang di rumah untuk dijadikan studio mini tempat ia berkarya.

Selain itu, keterlibatannya dalam komunitas seni rupa lokal di Blitar turut memperluas jejaring dan kesempatan. Ia aktif mengikuti berbagai pameran seni tingkat daerah dan beberapa kali turut serta dalam lomba lukis yang mempertemukannya dengan seniman dari berbagai kota.

“Bergabung dengan komunitas itu penting karena saya jadi bisa bertukar ilmu, menambah relasi, bahkan belajar tren pasar seni saat ini,” ujar Charis.

Seni Realis di Era Digital: Bertahan dengan Ciri Khas

Di tengah arus digitalisasi dan tren seni kontemporer yang kian berkembang, aliran realis sering dianggap tradisional. Namun, Charis justru melihat hal itu sebagai keunggulan. Ketika banyak seniman berpindah ke media digital atau gaya abstrak dan pop art, Charis tetap bertahan dengan gaya realisnya yang kental dengan nilai klasik.

Menurutnya, permintaan terhadap lukisan realis justru tetap tinggi, terutama dari kalangan kolektor seni dan masyarakat yang ingin mengabadikan momen atau potret orang tersayang dalam bentuk lukisan.

“Realis itu abadi. Meski dunia berubah, orang akan tetap menghargai karya yang menunjukkan keterampilan teknis dan kedalaman emosi,” katanya dengan yakin.

Harapan dan Langkah Ke Depan

Charis tidak berhenti hanya pada keberhasilan menjual karya. Ia memiliki cita-cita untuk membangun ruang seni sendiri yang bisa menjadi tempat belajar bagi anak-anak muda yang tertarik pada seni lukis, khususnya aliran realis. Ia berharap bisa menularkan semangat dan keterampilannya kepada generasi muda agar seni lukis terus tumbuh di daerahnya.

“Saya ingin anak-anak di kampung ini tahu bahwa dari melukis pun kita bisa hidup layak, bahkan sukses, asalkan ditekuni dengan sungguh-sungguh,” ucap Charis.

Ia juga mulai menjajaki kemungkinan memperluas pasar karyanya ke luar negeri melalui platform daring internasional yang mewadahi seniman global. Dengan semangat dan konsistensinya, tidak menutup kemungkinan Charis Romadhon akan menjadi salah satu nama besar dalam seni lukis realis dari Indonesia di masa depan.

Kisah Charis Romadhon menjadi inspirasi bahwa seni, ketika ditekuni dengan sepenuh hati, bukan hanya sarana ekspresi, tetapi juga peluang nyata untuk meraih penghidupan dan pengakuan. Melalui ketekunan dan keahliannya dalam aliran realis, Charis membuktikan bahwa pemuda daerah pun bisa bersinar di panggung seni nasional, bahkan berpotensi mendunia. Di tengah gempuran budaya instan dan tren digital, Charis memilih untuk tetap setia pada kuas, kanvas, dan ketekunan — tiga elemen yang telah mengubah hidupnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index