KEMENKES

Kemenkes maksimalkan kampanye imunisasi di media sosial

Kemenkes maksimalkan kampanye imunisasi di media sosial
Kemenkes maksimalkan kampanye imunisasi di media sosial

JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia berkolaborasi dengan Global Health Strategies (GHS) serta Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat mengambil langkah strategis untuk memperkuat kampanye imunisasi di wilayah Kalbar. Upaya ini dilakukan melalui pemanfaatan media sosial, literasi digital, serta pelibatan aktif tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan setempat, demi meningkatkan kesadaran dan cakupan imunisasi yang masih menjadi tantangan di beberapa daerah.

Latar Belakang dan Urgensi Kampanye Imunisasi

Imunisasi merupakan salah satu pilar utama dalam menjaga kesehatan masyarakat, terutama untuk mencegah penyakit menular yang dapat dicegah dengan vaksin. Namun, cakupan imunisasi di beberapa wilayah, termasuk di Kalimantan Barat, masih belum optimal. Hal ini dipengaruhi oleh beragam faktor, mulai dari akses layanan kesehatan, hingga keberadaan hoaks dan informasi keliru yang tersebar di masyarakat melalui berbagai platform digital.

“Kami menyadari bahwa keberhasilan program imunisasi tidak hanya bergantung pada ketersediaan vaksin, tapi juga pada bagaimana masyarakat menerima dan memahami pentingnya imunisasi itu sendiri,” ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Dr. Siti Nadia Tarmizi, dalam salah satu kesempatan diskusi kesehatan di Pontianak. “Maka dari itu, pendekatan yang kami lakukan harus menyentuh masyarakat secara langsung dan memanfaatkan kanal komunikasi yang efektif, termasuk media sosial dan peran tokoh masyarakat,” tambahnya.

Sinergi Kemenkes, GHS, dan Dinkes Kalbar

Dalam rangka mempercepat dan memperluas jangkauan kampanye imunisasi, Kemenkes menggandeng Global Health Strategies (GHS) — organisasi internasional yang berfokus pada pengembangan strategi kesehatan global — serta Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Kolaborasi ini bertujuan untuk mengembangkan pendekatan komunikasi yang modern, adaptif, dan responsif terhadap tantangan era digital.

GHS berperan dalam memberikan dukungan teknis dan strategis untuk memperkuat literasi digital serta merancang konten edukasi yang mudah dipahami dan menarik bagi masyarakat luas, terutama kalangan milenial dan generasi Z yang aktif di media sosial.

Sementara itu, Dinas Kesehatan Kalimantan Barat bertugas mengimplementasikan program secara langsung di lapangan dan memobilisasi jaringan tenaga kesehatan serta tokoh masyarakat sebagai agen perubahan.

“Dengan dukungan GHS, kami bisa memanfaatkan berbagai platform digital seperti Instagram, TikTok, hingga WhatsApp untuk menyebarkan informasi vaksin yang benar dan terpercaya,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, dr. Hendra Wijaya. “Pelibatan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tenaga kesehatan di desa-desa menjadi kunci keberhasilan sosialisasi ini, karena mereka dipercaya oleh warga sekitar,” tambahnya.

Media Sosial dan Literasi Digital Sebagai Pilar Kampanye

Era digital yang semakin maju memberikan peluang sekaligus tantangan dalam kampanye kesehatan. Informasi yang beredar bisa sangat cepat tersebar, tapi tidak semua informasi tersebut akurat. Oleh karena itu, pemanfaatan media sosial dengan pendekatan literasi digital menjadi sangat penting untuk menangkal hoaks vaksin dan memberikan edukasi yang berbasis bukti ilmiah.

“Kami fokus untuk membekali tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat dengan kemampuan literasi digital sehingga mereka bisa menjadi sumber informasi yang kredibel di lingkungan mereka,” jelas perwakilan GHS, Maria Sanchez, saat memberikan pelatihan di Pontianak. “Selain itu, kami juga mengembangkan konten video, infografis, dan cerita sukses yang relatable agar masyarakat semakin mudah memahami manfaat imunisasi.”

Pendekatan ini diharapkan dapat memperbaiki persepsi masyarakat terhadap vaksin, meningkatkan kepercayaan publik, dan mendorong angka partisipasi dalam program imunisasi, khususnya imunisasi dasar dan lanjutan untuk anak-anak.

Pelibatan Tokoh Masyarakat dan Tenaga Kesehatan

Pelibatan tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan dalam kampanye imunisasi bukan hanya sebagai penyampai pesan, tetapi juga sebagai teladan dan motivator. Dalam banyak kasus, masyarakat di daerah lebih percaya kepada figur yang dikenal dan dihormati di lingkungannya daripada sumber informasi yang dianggap asing.

Dr. Siti Nadia menegaskan, “Kami ingin memastikan pesan vaksinasi sampai ke semua lapisan masyarakat dengan cara yang paling efektif dan dapat diterima, terutama oleh mereka yang memiliki keraguan. Peran tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan sangat penting dalam membangun kepercayaan tersebut.”

Di Kalimantan Barat, sejumlah tokoh agama, pemuka adat, hingga kepala desa telah dilibatkan secara aktif untuk membantu mensosialisasikan program imunisasi. Dengan pendekatan budaya dan kearifan lokal, pesan kesehatan dapat diterima dengan lebih baik tanpa menimbulkan resistensi.

Target dan Harapan Program

Kampanye imunisasi yang semakin kuat ini menargetkan peningkatan cakupan imunisasi dasar di Kalimantan Barat hingga mencapai minimal 95 persen pada akhir tahun 2025. Angka tersebut sesuai dengan standar yang ditetapkan World Health Organization (WHO) untuk menciptakan herd immunity dan mencegah wabah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.

“Kami optimistis, dengan sinergi antar lembaga dan strategi komunikasi yang tepat sasaran, kita bisa meningkatkan capaian imunisasi di Kalbar secara signifikan,” ungkap dr. Hendra Wijaya. “Ini bukan hanya soal angka, tapi menyangkut kualitas hidup masyarakat dan masa depan generasi berikutnya.”

Tantangan dan Upaya Mengatasinya

Walaupun upaya sudah berjalan, masih ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi, antara lain keterbatasan infrastruktur kesehatan di daerah terpencil, kesenjangan literasi digital antar kelompok masyarakat, serta masih adanya stigma negatif terhadap vaksin yang berkembang di kalangan tertentu.

Untuk mengatasi hal ini, Kemenkes dan GHS mengembangkan program pendampingan dan pelatihan berkelanjutan untuk tenaga kesehatan serta memperkuat akses layanan imunisasi dengan mobilisasi posyandu keliling dan klinik vaksinasi bergerak. Program juga menyesuaikan pendekatan komunikasi agar lebih inklusif dan sensitif terhadap budaya lokal.

Penguatan kampanye imunisasi di Kalimantan Barat oleh Kementerian Kesehatan, Global Health Strategies, dan Dinas Kesehatan Provinsi merupakan langkah strategis yang mengombinasikan teknologi digital dan kearifan lokal. Dengan memanfaatkan media sosial, literasi digital, serta peran aktif tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan, diharapkan angka cakupan imunisasi dapat meningkat secara signifikan, yang pada akhirnya menjaga kesehatan masyarakat dan mengurangi risiko penyakit menular.

Dr. Siti Nadia menutup dengan harapan, “Imunisasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga seluruh elemen masyarakat. Dengan gotong royong dan informasi yang tepat, kita bisa menciptakan generasi yang lebih sehat dan kuat.”

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index