JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Kamis, 26 Juni 2025, diproyeksikan bergerak fluktuatif dalam kisaran level support di angka 6.730 hingga resistance 7.000, menurut analisis teknikal dari BRI Danareksa Sekuritas. Sinyal pelemahan indeks kemarin membuka peluang pengujian support lebih lanjut, di tengah tekanan eksternal dan sentimen global yang masih membayangi pergerakan pasar domestik.
“Pelemahan indeks hari sebelumnya telah mengisi gap up dan membuka ruang bagi indeks untuk menguji area support selanjutnya di level 6.730,” tulis riset harian BRI Danareksa Sekuritas.
Sentimen Global Masih Membayangi
Kondisi pasar saham global menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi pergerakan IHSG hari ini. Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup bervariasi pada perdagangan semalam: indeks Dow Jones melemah 0,25%, S&P 500 mencatat penurunan tipis, sedangkan Nasdaq menguat 0,31%. Sementara itu, bursa saham Eropa secara umum bergerak melemah, sejalan dengan ketidakpastian pasar menyusul perkembangan konflik geopolitik di Timur Tengah dan prospek kebijakan moneter Amerika Serikat.
Selain faktor eksternal tersebut, harga komoditas dunia dan arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) juga menjadi perhatian utama investor.
“Pasar masih mencermati arah suku bunga The Fed dan fluktuasi harga komoditas global, khususnya minyak mentah, yang menjadi katalis bagi saham-saham berbasis sumber daya alam,” ujar analis pasar dari BRI Danareksa.
IHSG Terkoreksi, Saham Big Caps Dilepas Asing
Pada penutupan perdagangan Rabu, 25 Juni 2025, IHSG mengalami koreksi sebesar 37,03 poin atau 0,54%, menutup perdagangan di level 6.832. Penurunan ini juga diikuti oleh aksi jual bersih (net sell) investor asing yang mencapai Rp931,09 miliar.
Tiga saham yang paling banyak dijual asing adalah:
BBCA (Bank Central Asia): Rp503,71 miliar
BMRI (Bank Mandiri): Rp358,30 miliar
PGEO (Pertamina Geothermal Energy): Rp58,37 miliar
Sektor Saham Melemah, Hanya Beberapa Bertahan
Koreksi IHSG kemarin dipicu oleh penurunan mayoritas sektor saham, terutama sektor-sektor besar yang menjadi penopang indeks. Penurunan signifikan tercatat pada:
Sektor Material Dasar: -2,03%
Energi: -1,77%
Properti dan Real Estat: -1,33%
Consumer Primer: -1,14%
Keuangan: -0,11%
Di sisi lain, beberapa sektor mampu mencatatkan penguatan, yakni:
Transportasi
Teknologi
Kesehatan
Consumer Non Primer
Infrastruktur
Saham BRPT dan SSIA Direkomendasikan Beli
Di tengah volatilitas pasar, BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan dua saham yang dinilai memiliki prospek teknikal menjanjikan dan potensi rebound dalam waktu dekat. Kedua saham tersebut adalah:
BRPT (PT Barito Pacific Tbk)
Target harga: Rp1.630–Rp1.740
SSIA (PT Surya Semesta Internusa Tbk)
Target harga: Rp1.615–Rp1.670
“Secara teknikal, BRPT dan SSIA menunjukkan potensi penguatan dari level saat ini. Posisi harga keduanya berada dalam area akumulasi dan menarik untuk dicermati,” tulis BRI Danareksa dalam risetnya.
Sebaliknya, saham-saham MDKA (Merdeka Copper Gold) dan INDY (Indika Energy) direkomendasikan jual karena potensi tekanan lanjutan secara teknikal dan fundamental.
Saham ARA Jadi Sorotan
Meski IHSG secara umum melemah, sejumlah saham justru mencatatkan penguatan signifikan hingga menyentuh batas atas auto rejection (ARA). Empat saham yang menonjol di antaranya:
PT Mitra Pack Tbk (PTMP): +34,33% ke Rp90
PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT): +25% ke Rp5.600
PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM): +25% ke Rp1.075
PT Master Print Tbk (PTMR): +24,67% ke Rp374
Lonjakan harga ini dipicu oleh sentimen positif dari aksi akumulasi investor ritel, di tengah kecenderungan pelaku pasar beralih ke saham-saham lapis kedua dengan volatilitas tinggi.
Potensi Pergerakan IHSG Hari Ini
Untuk perdagangan Kamis, 26 Juni 2025, IHSG diperkirakan masih akan bergerak dalam rentang 6.730–7.000. Penguatan baru bisa terjadi jika indeks berhasil bertahan di atas support 6.730 dan ditopang oleh sentimen global positif serta meredanya tekanan jual dari investor asing.
“Investor disarankan selektif memilih saham dengan prospek jangka menengah yang baik, serta memanfaatkan momentum koreksi sebagai peluang beli terbatas,” ujar analis senior BRI Danareksa.
Strategi Investasi: Defensive tapi Selektif
Melihat kondisi makro dan teknikal saat ini, investor disarankan mengedepankan strategi defensive buying, terutama di saham dengan fundamental kuat, valuasi menarik, serta sektor-sektor yang tahan banting terhadap sentimen global.
Sektor-sektor seperti kesehatan, infrastruktur, transportasi, dan teknologi masih dinilai memiliki peluang menarik dalam jangka menengah, sementara sektor berbasis komoditas perlu dicermati dengan hati-hati mengingat ketergantungan pada harga global.