JAKARTA – Optimisme terhadap pertumbuhan pembiayaan kendaraan listrik di Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar dan dukungan insentif dari pemerintah. Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) meyakini bahwa sepanjang 2025, pembiayaan kendaraan listrik oleh industri multifinance akan menunjukkan tren pertumbuhan positif.
Ketua Umum APPI, Suwandi Wiratno, mengatakan bahwa keyakinan tersebut didorong oleh meningkatnya penjualan kendaraan listrik secara nasional, di samping berbagai stimulus yang diberikan pemerintah untuk mempercepat transisi ke kendaraan ramah lingkungan.
"Pastinya pembiayaan kendaraan listrik tahun ini akan lebih meningkat dibandingkan tahun 2024. Penjualan kendaraan listrik secara market share tumbuh terus," ujar Suwandi.
Tren Penjualan dan Pembiayaan Kendaraan Listrik Naik Signifikan
Berdasarkan data APPI, sepanjang tahun 2024 pembiayaan kendaraan listrik yang disalurkan oleh perusahaan pembiayaan (multifinance) tercatat mencapai Rp16,63 triliun, atau sekitar 3,31% dari total piutang pembiayaan industri multifinance nasional.
Sementara itu, dalam kurun waktu Januari hingga April 2025, nilai pembiayaan kendaraan listrik yang telah disalurkan industri multifinance telah mencapai Rp17,71 triliun, atau berkontribusi sekitar 3,34% dari total pembiayaan yang disalurkan.
Angka tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan positif dalam periode yang relatif singkat, menandakan bahwa minat masyarakat untuk memiliki kendaraan listrik semakin kuat.
Namun, meskipun pertumbuhan tersebut menggembirakan, Suwandi memandang bahwa kontribusi pembiayaan kendaraan listrik terhadap total portofolio pembiayaan industri masih belum akan melesat secara signifikan dalam waktu dekat. Porsinya diprediksi akan tetap berada di kisaran 3% dari total portofolio pembiayaan multifinance nasional.
"Memang ada pertumbuhan, tapi kalau dilihat secara keseluruhan portofolio, porsi pembiayaan kendaraan listrik ini masih sekitar 3 persen. Tidak semua perusahaan multifinance menawarkan produk pembiayaan kendaraan listrik," jelas Suwandi.
Pembiayaan Masih Terkonsentrasi di Kota Besar
Lebih lanjut, Suwandi menjelaskan bahwa salah satu alasan mengapa pertumbuhan pembiayaan kendaraan listrik belum melesat adalah karena distribusi pasarnya yang masih terkonsentrasi di wilayah perkotaan besar, seperti Jakarta dan sekitarnya.
"Pasarnya masih terbatas. Sampai hari ini, kebanyakan kendaraan listrik baru laku di kota-kota besar seperti Jakarta. Daerah lain belum sepenuhnya berkembang untuk kendaraan listrik," ujarnya.
Keterbatasan infrastruktur pendukung, seperti stasiun pengisian daya listrik (charging station), menjadi salah satu faktor yang membuat penetrasi kendaraan listrik di luar kota besar masih lambat. Namun, Suwandi tetap optimistis bahwa ke depan akan ada perubahan, terutama dengan dukungan regulasi pemerintah dan pertumbuhan kesadaran masyarakat terhadap kendaraan ramah lingkungan.
Perubahan Tren Pembelian Kendaraan Listrik: Dari Tunai ke Kredit
Salah satu indikator positif lainnya terkait perkembangan pembiayaan kendaraan listrik adalah perubahan pola pembelian konsumen. Suwandi menuturkan bahwa pada awal-awal kendaraan listrik mulai dijual di Indonesia, sekitar 70% pembeli memilih membeli secara tunai. Namun kini, tren tersebut mulai berubah.
"Kalau dulu, sekitar 70 persen orang beli kendaraan listrik itu tunai. Sekarang, tren pembelian secara kredit sudah naik sekitar 50% sampai 60%. Orang mulai melihat peluang untuk memiliki kendaraan listrik secara bertahap lewat pembiayaan," ungkap Suwandi.
Perubahan perilaku konsumen ini menunjukkan bahwa industri multifinance memiliki peran yang semakin besar dalam mendukung percepatan ekosistem kendaraan listrik nasional. Konsumen mulai menyadari bahwa membeli kendaraan listrik secara kredit memberikan akses lebih mudah untuk memiliki kendaraan yang lebih ramah lingkungan.
Insentif Pemerintah Jadi Katalis Pertumbuhan
Selain dorongan dari sisi permintaan, stimulus dari pemerintah juga menjadi pendorong utama pertumbuhan pembiayaan kendaraan listrik. Insentif berupa subsidi harga kendaraan listrik terus diberikan pemerintah untuk meningkatkan penetrasi pasar kendaraan listrik di Indonesia.
Meskipun kondisi ekonomi global dan domestik saat ini menghadapi tantangan, Suwandi menyebutkan bahwa daya beli segmen pasar kendaraan listrik relatif stabil. Hal ini disebabkan mayoritas konsumen kendaraan listrik berasal dari kalangan menengah atas, yang secara finansial lebih tahan terhadap gejolak perekonomian.
"Rasanya, pelemahan ekonomi tidak akan terlalu berpengaruh terhadap pasar kendaraan listrik. Kebanyakan pembeli kendaraan listrik itu berasal dari kalangan menengah atas. Kalau pun ada penurunan daya beli, kemungkinan itu terjadi di segmen menengah ke bawah," jelas Suwandi.
Penjualan Kendaraan Listrik Meningkat Tajam
Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan kendaraan listrik di Indonesia (termasuk kendaraan hybrid) juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. Dalam periode Januari hingga April 2025, penjualan kendaraan listrik secara wholesales mencapai 42.505 unit.
Jika dilihat secara bulanan, jumlah penjualan kendaraan listrik meningkat dari 6.763 unit pada Januari 2025 menjadi 11.941 unit pada April 2025. Hal ini menjadi bukti konkret bahwa kendaraan listrik semakin diminati oleh masyarakat Indonesia.
Meskipun demikian, Suwandi menegaskan bahwa APPI belum menetapkan target khusus untuk pembiayaan kendaraan listrik pada tahun ini. Ia menilai lebih baik melihat perkembangan secara alami, sesuai tren yang terjadi di pasar.
"Kami tidak punya target khusus. Kita lihat saja pertumbuhannya bagaimana. Penjualan kendaraan listrik belum mencapai 100.000 unit secara total, tapi sudah ada peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan periode sebelumnya," kata Suwandi.
Tantangan dan Harapan Industri Multifinance
Meski menunjukkan pertumbuhan yang positif, industri multifinance masih menghadapi sejumlah tantangan dalam memperluas portofolio pembiayaan kendaraan listrik. Selain keterbatasan pasar, tantangan lainnya adalah kesiapan internal perusahaan pembiayaan dalam menyesuaikan produk dan layanan dengan karakteristik kendaraan listrik.
Beberapa multifinance belum sepenuhnya memiliki produk khusus untuk kendaraan listrik, sehingga butuh waktu untuk melakukan inovasi layanan agar dapat bersaing di segmen ini. Selain itu, edukasi kepada konsumen mengenai manfaat pembiayaan kendaraan listrik juga menjadi faktor penting yang perlu terus ditingkatkan oleh pelaku industri.
Ke depan, Suwandi berharap adanya kolaborasi yang lebih intensif antara pemerintah, industri otomotif, serta sektor pembiayaan agar pertumbuhan kendaraan listrik dapat terus didorong secara berkelanjutan.
"Kami berharap dukungan dari semua pihak terus ditingkatkan, baik dari sisi regulasi, insentif, maupun pengembangan infrastruktur pendukung seperti charging station. Dengan begitu, pembiayaan kendaraan listrik akan terus tumbuh sejalan dengan target pemerintah untuk mempercepat adopsi kendaraan ramah lingkungan," pungkasnya.
Dengan semua indikator positif tersebut, industri multifinance optimistis bahwa pembiayaan kendaraan listrik akan menjadi salah satu motor pertumbuhan pembiayaan otomotif dalam beberapa tahun ke depan, seiring dengan komitmen Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.