Emas

Harga Emas Dunia Terjun Bebas Usai Cetak Rekor: Tekanan Dolar AS dan Isu Perdagangan Global Jadi Pemicu

Harga Emas Dunia Terjun Bebas Usai Cetak Rekor: Tekanan Dolar AS dan Isu Perdagangan Global Jadi Pemicu
Harga Emas Dunia Terjun Bebas Usai Cetak Rekor: Tekanan Dolar AS dan Isu Perdagangan Global Jadi Pemicu

JAKARTA - Harga emas dunia mengalami koreksi tajam setelah sempat menyentuh rekor tertingginya dalam hampir empat pekan terakhir. Penurunan ini dipicu oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya ketegangan geopolitik, terutama terkait hubungan dagang antara AS dan Tiongkok.

Di pasar spot, harga emas turun 0,8% menjadi USD 3.352,45 per ounce setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak awal Mei. Sementara itu, emas berjangka AS mengalami penurunan sebesar 0,6% ke level USD 3.350,60 per ounce. Koreksi ini menjadi sorotan pelaku pasar yang sebelumnya optimistis terhadap reli harga logam mulia tersebut.

Analis menyebut, penguatan dolar AS yang mencapai 0,5% dari posisi terendah bulanan turut menekan harga emas. Dolar yang lebih kuat membuat emas menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, sehingga menurunkan permintaan.

“Kita tengah memasuki periode yang dikenal sebagai masa lesu musim panas, jadi ada ekspektasi bahwa pasar emas bisa mengalami sedikit kelesuan atau konsolidasi menyamping,” ungkap David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures.

Ketegangan Perdagangan Jadi Faktor Penggerak Utama

Pasar global saat ini tengah mencermati potensi panggilan telepon antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Hal ini muncul setelah pernyataan Trump yang menuding Tiongkok tidak menepati kesepakatan untuk mencabut tarif impor, yang memperkeruh situasi perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia.

Selain itu, Komisi Eropa juga merespons dengan mendorong pengurangan tarif AS, meskipun Trump sebelumnya sempat mengusulkan penggandaan tarif terhadap baja dan aluminium. Ketidakpastian tersebut membuat investor waspada dan cenderung mengalihkan investasinya ke aset yang lebih aman.

Investor juga menunggu rilis data penggajian non-pertanian AS serta pernyataan dari sejumlah pejabat Federal Reserve untuk mendapatkan petunjuk arah kebijakan suku bunga AS ke depan.

“Saya yakin Fed siap untuk mulai memangkas suku bunga lagi, tetapi kemungkinan besar tidak sampai September. Itu adalah faktor lain yang mungkin membebani dolar dan mendukung emas,” tambah David Meger.

Profit Taking dan Prediksi Konsolidasi

Dari dalam negeri, pengamat komoditas dan mata uang Lukman Leong menyebut bahwa pelemahan harga emas yang terjadi saat ini juga disebabkan oleh aksi ambil untung oleh para investor usai lonjakan harga signifikan sehari sebelumnya.

“Investor cenderung melakukan aksi profit taking sembari mengantisipasi apakah kenaikan tarif pada baja dan aluminium akan tetap diterapkan atau kembali ditunda seperti sebelumnya,” ujar Lukman saat dihubungi.

Menurutnya, tekanan terhadap harga emas masih akan berlanjut dalam waktu dekat, namun pergerakannya diperkirakan terbatas dan cenderung berkonsolidasi. Ia memproyeksikan harga emas bergerak di kisaran USD 3.330 hingga USD 3.380 per ounce dalam jangka pendek.

"Potensi masih bisa turun, namun terbatas dan cenderung berkonsolidasi. Apabila tidak ada penundaan tarif, harga emas bisa melanjutkan kenaikan. Namun jika ditunda, maka harga emas kemungkinan besar kembali melemah,” jelasnya.

Emas Masih Jadi Primadona Saat Ketidakpastian Global

Meskipun saat ini mengalami penurunan, emas masih menjadi pilihan utama sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian global. Selama tahun ini, logam mulia tersebut telah mencatatkan kenaikan sekitar 28%, didorong oleh berbagai faktor termasuk inflasi global, konflik geopolitik, dan ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank sentral.

Menurut Brian Lan, Direktur Pelaksana GoldSilver di Singapura, korelasi terbalik antara emas dan dolar masih sangat terlihat dalam pergerakan saat ini.

“Dolar sedikit pulih dan emas turun sehingga berkorelasi terbalik pada saat ini,” jelas Brian Lan.

Ia juga menambahkan bahwa walaupun terjadi sedikit pelemahan posisi investor dalam emas, minat terhadap logam mulia tetap tinggi mengingat ketegangan perdagangan yang belum mereda.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index