Minyak

Harga Minyak Dunia Menguat, Pasar Energi Tanggapi Positif Arah Kebijakan Global dan Stabilitas Pasokan

Harga Minyak Dunia Menguat, Pasar Energi Tanggapi Positif Arah Kebijakan Global dan Stabilitas Pasokan
Harga Minyak Dunia Menguat, Pasar Energi Tanggapi Positif Arah Kebijakan Global dan Stabilitas Pasokan

JAKARTA — Harga minyak dunia melonjak tajam di tengah memanasnya ketegangan geopolitik global dan meningkatnya ketidakpastian terkait negosiasi nuklir antara Amerika Serikat dan Iran. Perang yang terus bereskalasi antara Rusia dan Ukraina, serta potensi kegagalan kesepakatan nuklir Iran, mendorong para pelaku pasar untuk kembali mencermati risiko pasokan energi global.

Mengutip laporan CNBC, harga minyak global mencatat kenaikan hampir 3 persen di awal pekan. Kenaikan ini didorong oleh sejumlah faktor utama, termasuk kebijakan pasokan dari OPEC+, penolakan Iran terhadap usulan AS terkait program nuklirnya, serta pelemahan dolar AS yang memperkuat nilai komoditas seperti minyak.

Harga minyak Brent dilaporkan naik sebesar USD 1 atau 1,55 persen dan ditutup di level USD 65,63 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik sebesar 89 sen atau 1,42 persen, ditutup pada angka USD 63,41 per barel.

OPEC+ Pertahankan Kebijakan Produksi

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+), tetap mempertahankan kebijakan peningkatan produksi sebesar 411.000 barel per hari untuk bulan Juli mendatang. Angka ini tidak berubah dari bulan sebelumnya, dan dianggap lebih rendah dari kekhawatiran pasar yang memprediksi kemungkinan lonjakan produksi lebih tinggi.

Keputusan ini memberikan sentimen positif bagi harga minyak. Pasalnya, pasar menilai bahwa produksi yang terkendali bisa menghindari kelebihan pasokan, apalagi di tengah ketidakpastian permintaan akibat dinamika ekonomi global.

“Premi risiko telah kembali memengaruhi harga minyak menyusul serangan mendalam Ukraina terhadap Rusia selama akhir pekan,” kata Harry Tchilinguirian.

Ia menambahkan, “Namun yang lebih penting lagi untuk jumlah barel, ada tarik-menarik antara AS dan Iran mengenai pengayaan uranium.”

Konflik Ukraina-Rusia Memanas

Situasi di medan perang antara Rusia dan Ukraina juga turut memperkeruh pasar. Akhir pekan lalu, salah satu serangan drone terbesar terjadi dalam konflik tersebut, termasuk ledakan pada sebuah jembatan jalan raya di Rusia serta serangan terhadap pesawat pengebom berkemampuan nuklir di Siberia. Lonjakan eskalasi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik berkepanjangan bisa mengganggu rantai pasok energi global.

Iran Siap Tolak Proposal AS

Sementara itu, dari kawasan Timur Tengah, Iran disebut-sebut siap menolak usulan terbaru Amerika Serikat terkait kesepakatan nuklir. Menurut pernyataan seorang diplomat Iran, tawaran tersebut gagal memenuhi kepentingan nasional Teheran dan tidak cukup melunakkan posisi AS terkait pengayaan uranium.

Jika negosiasi nuklir antara kedua negara kembali gagal, maka potensi perpanjangan sanksi terhadap sektor minyak Iran akan semakin tinggi. Hal ini tentu akan berdampak pada pengurangan pasokan minyak global, mendorong harga ke level yang lebih tinggi.

Pelemahan Dolar AS dan Ancaman Produksi

Pelemahan dolar AS juga memberikan tekanan tambahan terhadap harga minyak. Indeks dolar tercatat mendekati level terendah dalam enam minggu terakhir karena investor mulai mencermati kembali arah kebijakan ekonomi AS yang diwarnai ketidakpastian tarif dan inflasi.

“Harga minyak mentah terus meningkat, didukung oleh melemahnya dolar,” ujar Priyanka Sachdeva, analis pasar senior di Phillip Nova. Ia menambahkan bahwa pelemahan dolar membuat harga minyak lebih murah bagi negara-negara dengan mata uang lain, sehingga permintaan relatif meningkat.

Di sisi lain, gangguan pasokan juga muncul dari Kanada. Kebakaran hutan besar-besaran di Alberta telah memengaruhi produksi minyak pasir sebesar lebih dari 344.000 barel per hari — sekitar 7 persen dari total produksi minyak mentah nasional Kanada. Situasi ini semakin menambah tekanan terhadap pasokan global.

Laporan Persediaan Jadi Penentu Selanjutnya

Pasar kini menanti laporan terbaru mengenai persediaan minyak mentah Amerika Serikat. Jika laporan tersebut menunjukkan penurunan stok yang signifikan, maka harga minyak diprediksi akan kembali mengalami kenaikan dalam beberapa hari ke depan.

Kenaikan harga minyak ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar energi terhadap dinamika geopolitik dan faktor fundamental pasokan-permintaan. Ketidakpastian yang terus berlangsung di Ukraina, Iran, serta potensi bencana alam seperti kebakaran hutan di Kanada, menjadi pendorong utama lonjakan harga minyak dalam jangka pendek.

Dengan situasi global yang masih sangat dinamis, para analis memperkirakan volatilitas harga minyak akan terus tinggi dalam beberapa minggu ke depan. Hal ini menjadi sinyal kuat bagi pemerintah dan pelaku industri untuk lebih waspada dalam mengelola risiko energi dan menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index