Emas

Nasib Harga Emas Pekan Ini Ditentukan oleh Keputusan The Fed: Prospek yang Tak Pasti

Nasib Harga Emas Pekan Ini Ditentukan oleh Keputusan The Fed: Prospek yang Tak Pasti
Nasib Harga Emas Pekan Ini Ditentukan oleh Keputusan The Fed: Prospek yang Tak Pasti

JAKARTA - Harga emas dunia terus mengalami penurunan yang signifikan, melanjutkan tren bearish yang telah terjadi selama empat hari berturut-turut. Penurunan harga emas ini dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari kabar positif terkait negosiasi tarif antara China dan Amerika Serikat (AS) hingga kenaikan imbal hasil obligasi AS 10 tahun yang semakin menarik minat investor. Pada pekan ini, nasib harga emas akan sangat bergantung pada keputusan yang akan diambil oleh The Federal Reserve (The Fed), bank sentral AS yang dijadwalkan menggelar rapat untuk menentukan kebijakan suku bunga.

Harga Emas Terus Merosot, Dipengaruhi Berita Positif Global

Pada perdagangan hari Senin (5/5/2025), harga emas dunia di pasar spot tercatat menguat sedikit sebesar 0,05% ke level US$3.241,26 per troy ons. Meskipun ada sedikit pemulihan pada perdagangan pagi, harga emas tetap berada dalam tren penurunan yang cukup dalam. Pada perdagangan sebelumnya, Jumat (2/5/2025), harga emas dunia mengalami pelemahan sebesar 0,01% dan berakhir di posisi US$3.240,08 per troy ons. Dengan demikian, harga emas telah mengalami penurunan selama empat hari berturut-turut.

Penurunan harga emas yang terjadi pada pekan ini berhubungan dengan sejumlah faktor eksternal yang turut memengaruhi pasar global. Salah satu faktor utama yang menekan harga emas adalah sinyal positif dari negosiasi antara AS dan China terkait masalah tarif perdagangan. Kementerian Perdagangan China mengungkapkan bahwa AS telah berulang kali menunjukkan kesediaannya untuk bernegosiasi mengenai tarif, dan pintu Beijing terbuka untuk pembicaraan lebih lanjut. Mengingat ketegangan perdagangan yang sebelumnya memicu kekhawatiran global, adanya perkembangan positif ini membawa dampak langsung terhadap penurunan harga emas.

Selain itu, melonjaknya imbal hasil obligasi AS 10 tahun juga turut memberikan tekanan pada harga emas. Pada perdagangan terakhir, imbal hasil obligasi AS tercatat naik selama tiga hari berturut-turut, mencapai level 4,31%. Dengan suku bunga yang lebih tinggi, investor cenderung beralih ke instrumen investasi yang lebih menguntungkan seperti obligasi, meninggalkan emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Emas Tertekan oleh Data Pekerjaan AS yang Solid

Sementara itu, laporan data pekerjaan AS juga berkontribusi terhadap penurunan harga emas. Data terbaru menunjukkan bahwa lapangan pekerjaan nonpertanian AS meningkat sebanyak 177.000 pekerjaan pada bulan lalu, melebihi perkiraan yang diprediksi oleh survei Reuters yang memperkirakan kenaikan hanya sebesar 130.000 pekerjaan. Kuatnya laporan pekerjaan ini memberi sinyal bahwa ekonomi AS tetap berjalan dengan baik, yang pada gilirannya memperkuat ekspektasi pasar terhadap potensi kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Meskipun laporan tersebut menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja yang cukup solid, beberapa analis menilai bahwa dampak kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump belum sepenuhnya tercermin pada data ketenagakerjaan. Oleh karena itu, meskipun pasar tenaga kerja menunjukkan tanda-tanda pemulihan, ketidakpastian global masih membayangi prospek ekonomi AS dan mempengaruhi sentimen pasar terhadap aset safe haven seperti emas.

Daniel Pavilonis: Potensi Harga Emas Tertinggi Sudah Terlewati?

Menurut Daniel Pavilonis, seorang ahli strategi pasar senior di RJO Futures, harga emas yang mencapai level US$3.500 per troy ons mungkin sudah berada di titik tertingginya untuk sementara waktu. "Harga emas di US$3.500 per troy ons mungkin menjadi harga tertinggi untuk sementara waktu, terutama jika beberapa kesepakatan perdagangan mulai terwujud dan beberapa risiko mulai muncul dari euforia negatif yang telah kita lihat sejak pembicaraan tarif," ujar Pavilonis dalam wawancaranya dengan Reuters.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa meskipun ketegangan perdagangan antara AS dan China masih bisa memicu volatilitas di pasar global, perkembangan terbaru yang menunjukkan adanya potensi kesepakatan bisa mengurangi ketidakpastian yang sebelumnya mendorong investor untuk membeli emas sebagai aset safe haven.

Imbal Hasil Obligasi AS yang Meningkat Tekan Emas Lebih Lanjut

Selain perkembangan ketegangan perdagangan, imbal hasil obligasi AS 10 tahun yang terus meningkat juga memberikan tekanan lebih lanjut pada harga emas. Dengan imbal hasil obligasi yang lebih tinggi, emas menjadi kurang menarik dibandingkan instrumen investasi lainnya yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.

Fawad Razaqzada, seorang analis pasar di City Index dan FOREX.com, memperkirakan bahwa harga emas bisa kembali melemah lebih jauh, bahkan berpotensi menembus level support utama di dekat US$3.200 per troy ons. “Dengan melemahnya permintaan terhadap aset safe haven, harga emas berpotensi terus tertekan dan menembus level support minggu ini di sekitar US$3.200,” jelas Fawad.

The Fed Menjadi Penentu Harga Emas Pekan Ini

Pekan ini, nasib harga emas akan sangat bergantung pada keputusan yang diambil oleh The Fed terkait suku bunga. Pada Kamis (8/5/2025), The Fed dijadwalkan untuk menggelar rapat untuk memutuskan kebijakan suku bunga mereka. Federal Open Market Committee (FOMC) diperkirakan tidak akan memangkas suku bunga kali ini dan mempertahankan level suku bunga di kisaran 4,25-4,50%.

Namun, Wall Street dan pasar global akan sangat mencermati setiap pernyataan yang dikeluarkan oleh FOMC, terutama terkait dengan pandangan The Fed terhadap ketegangan perdagangan antara AS dan China, serta dampaknya terhadap kebijakan moneter selanjutnya. Jika The Fed mengisyaratkan adanya pemangkasan suku bunga, maka hal ini bisa memberikan dampak positif bagi harga emas. Pemangkasan suku bunga biasanya akan menyebabkan pelemahan dolar AS dan menurunkan imbal hasil obligasi AS, yang pada gilirannya akan meningkatkan permintaan emas.

Dolar yang Melemah dan Emas yang Menguat

Pemangkasan suku bunga oleh The Fed bisa menguntungkan bagi harga emas. Dengan dolar AS yang melemah, emas yang diperdagangkan dalam dolar menjadi lebih terjangkau bagi investor internasional, meningkatkan permintaan terhadap logam mulia ini. Selain itu, penurunan imbal hasil obligasi AS juga akan membuat emas menjadi lebih menarik, mengingat emas tidak memberikan imbal hasil.

Seperti yang disampaikan oleh Pavilonis, “Pemangkasan suku bunga oleh The Fed akan memberikan sentimen positif bagi emas. Dolar yang lebih lemah dan turunnya imbal hasil obligasi AS akan meningkatkan permintaan terhadap emas, yang selama ini dipandang sebagai aset safe haven.”

Harapan Pasar Terhadap Kebijakan The Fed

Secara keseluruhan, keputusan The Fed pekan ini menjadi faktor penentu bagi harga emas. Jika The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga atau memberikan sinyal pemangkasan suku bunga, harga emas berpotensi menguat. Namun, jika The Fed memilih untuk mempertahankan kebijakan moneter yang ketat, tekanan terhadap harga emas kemungkinan besar akan terus berlanjut.

Dengan begitu, para pelaku pasar dan investor emas kini berada dalam posisi yang sangat menantikan keputusan dari The Fed. "Berdoalah moga baik-baik saja," seperti yang sering disarankan dalam kondisi ketidakpastian ini, karena kebijakan The Fed pekan ini bisa menjadi titik balik yang sangat menentukan arah pergerakan harga emas selanjutnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index