Sahid Hotels Bidik Korporasi dan Komunitas

Rabu, 30 Juli 2025 | 13:40:57 WIB
Sahid Hotels Bidik Korporasi dan Komunitas

JAKARTA - Dalam menghadapi tantangan perlambatan ekonomi yang memengaruhi kinerja industri perhotelan nasional, PT Hotel Sahid Jaya International Tbk (SHID) memilih untuk tidak berdiam diri. Perusahaan pengelola jaringan Sahid Hotels & Resorts itu mengambil langkah strategis dengan mengubah fokus pasar secara signifikan. Jika sebelumnya mengandalkan segmen pemerintah dan kegiatan MICE, kini mereka beralih ke segmen korporasi, komunitas, dan pasar ritel.

Langkah ini bukan tanpa alasan. Tekanan terhadap daya beli masyarakat dan pemangkasan belanja perjalanan dinas oleh instansi pemerintah telah berdampak besar pada tingkat pemesanan kamar dan kegiatan konferensi di berbagai hotel, termasuk milik Sahid. Kondisi ini terasa cukup berat terutama di paruh pertama tahun berjalan, yang dipenuhi dengan pembatalan dari klien pemerintah.

Hariyadi Sukamdani, President Director Sahid Hotels & Resorts, menyatakan bahwa semester pertama memang menjadi periode penuh tantangan. Pembatalan dari instansi pemerintah terjadi secara masif, sehingga memengaruhi performa okupansi dan pendapatan. Namun, ia tetap menyimpan harapan terhadap perbaikan kinerja di semester kedua.

“Semester I itu banyak sekali cancellation dari pemerintah. Di semester II ini insya Allah mulai ada peningkatan, meskipun tidak signifikan. Tapi kami tutup dengan kontribusi dari segmen korporasi dan komunitas yang cukup lumayan,” ujar Hariyadi.

Untuk mengatasi tekanan tersebut, manajemen SHID memutuskan melakukan reposisi pasar. Komposisi yang sebelumnya berat di sektor pemerintah kini bergeser drastis. Jika pada tahun sebelumnya segmen pemerintah dan MICE menyumbang hingga 72,5% dari total pasar, maka tahun ini porsinya dikurangi secara signifikan menjadi hanya 35,8%.

Sebagai gantinya, SHID mendorong pertumbuhan di segmen lain. Pasar ritel dinaikkan menjadi penyumbang utama dengan kontribusi 41,6%, meningkat tajam dari posisi tahun lalu yang hanya 16,6%. Segmen korporasi pun naik signifikan dari 9,4% menjadi 20,4%, sementara kontribusi agen perjalanan juga tumbuh meski tipis menjadi 2,2%.

Pendekatan ini mencerminkan fleksibilitas SHID dalam menanggapi dinamika pasar. Perusahaan tidak hanya menyesuaikan strategi penjualan, tapi juga menggencarkan berbagai aktivitas berbasis event. Langkah ini dianggap mampu menarik minat pasar baru dan menambah trafik pengunjung di hotel-hotel mereka.

“Tahun ini kami akan adakan dua konser, salah satunya tribute Glenn Fredly dengan teknologi hologram dan juga konser Beatles dari JBLUG,” kata Hariyadi.

Meskipun laporan keuangan semester pertama belum dirilis, Hariyadi mengakui bahwa secara umum kinerja perusahaan menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan terjadi baik dari sisi pendapatan maupun okupansi. Namun, penurunan tersebut dianggap masih dalam batas wajar.

“Penurunan ada, tapi tidak terlalu dalam. Okupansi otomatis turun dibanding tahun lalu, tapi di semester II ini sudah mulai membaik,” jelasnya.

Fokus manajemen saat ini tidak hanya pada peningkatan kinerja jangka pendek, tetapi juga pada perbaikan kualitas layanan. Oleh karena itu, SHID belum berencana membuka hotel baru dalam waktu dekat. Investasi diarahkan pada peningkatan fasilitas yang ada, khususnya renovasi kamar di salah satu properti utama.

“Capex terbesar tahun ini masih untuk renovasi kamar. Total nilainya saya harus cek lagi, tapi secara umum fokus kami memang di penyelesaian proyek renovasi,” terang Hariyadi.

Sepanjang tahun sebelumnya, SHID mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang cukup solid sebesar 17,18% secara tahunan menjadi Rp155,9 miliar. Pendapatan ini ditopang oleh kontribusi dari lini bisnis food and beverage sebesar 61% dan kamar sebesar 32%. Kinerja Grand Sahid Jaya juga membaik dengan rata-rata tarif kamar naik 3,6% dan tingkat hunian meningkat 2,12% secara tahunan.

Dengan perubahan strategi yang telah diterapkan, SHID menargetkan pertumbuhan pendapatan yang tetap positif. Perusahaan optimistis bisa mencatatkan pendapatan sekitar Rp160 miliar tahun ini, atau naik tipis dari capaian tahun lalu.

Langkah-langkah strategis yang diambil Sahid Hotels menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya reaktif, tapi juga proaktif dalam menjawab perubahan peta pasar. Alih-alih terpaku pada pasar konvensional seperti pemerintah dan MICE, SHID membuka ruang untuk kolaborasi dengan komunitas, segmen ritel, dan korporasi. Pendekatan ini dinilai mampu memberikan daya tahan bisnis yang lebih kuat, apalagi dalam kondisi ketidakpastian ekonomi.

Meski tekanan ekonomi belum sepenuhnya mereda, keberanian untuk beradaptasi dan mencari peluang di luar jalur utama menjadi kunci bagi SHID dalam mempertahankan relevansi dan keberlanjutan bisnis. Dengan langkah yang semakin inklusif dan adaptif, jaringan hotel legendaris ini menunjukkan bahwa inovasi tak selalu berarti ekspansi besar-besaran, melainkan bisa hadir lewat penyesuaian cerdas terhadap kebutuhan pasar yang terus berubah.

Terkini

Empat Shio Beruntung Sebelum Agustus

Kamis, 31 Juli 2025 | 15:57:05 WIB

Wisata Jawa Timur Ala Dunia

Kamis, 31 Juli 2025 | 16:03:26 WIB

Bocoran Harga iPhone 17 Series

Kamis, 31 Juli 2025 | 16:05:53 WIB

Oppo A38: Smartphone Tahan Lama

Kamis, 31 Juli 2025 | 16:08:22 WIB