Gudeg Terus Berinovasi, Kuliner Yogyakarta Ini Makin Dikenal Dunia

Sabtu, 19 Juli 2025 | 07:48:51 WIB
Gudeg Terus Berinovasi, Kuliner Yogyakarta Ini Makin Dikenal Dunia

JAKARTA - Upaya pelestarian kuliner khas Yogyakarta tak hanya berhenti pada menjaga rasa dan tradisi, tetapi juga merambah pada inovasi produk dan promosi lintas negara. Gudeg, makanan khas yang terbuat dari nangka muda, kini tak hanya dikenal oleh masyarakat lokal tetapi juga makin populer di berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, dan Jepang.

Menurut Chandra S Kusuma, Ketua Asosiasi Pengusaha Gudeg (ASPEG) Yogyakarta, gudeg disukai oleh wisatawan mancanegara karena cita rasanya yang khas dan tidak asing bagi lidah sebagian bangsa lain. “Para pembeli dari negara Jepang biasanya suka karena kuliner negara mereka juga ada yang manis,” ungkap Chandra dalam perbincangan bersama RRI Pro 1 Yogyakarta.

Popularitas gudeg di luar negeri ini tak lepas dari komitmen para pelaku usaha kuliner dalam mengenalkan makanan khas ini ke panggung yang lebih luas. Tak hanya hadir dalam bentuk tradisional, gudeg kini juga tersedia dalam kemasan kaleng dan vacuum, sehingga lebih tahan lama dan praktis dijadikan oleh-oleh.

“Gudeg kaleng dan gudeg vacuum menjadi salah satu oleh-oleh yang diburu,” ujar Chandra. Bentuk kemasan ini menjadi solusi agar wisatawan bisa membawa pulang gudeg ke negara asal mereka tanpa khawatir basi atau kehilangan rasa aslinya.

Upaya promosi tak hanya dilakukan melalui distribusi produk ke luar kota atau negeri, tetapi juga melalui acara berskala besar yang melibatkan ribuan porsi gudeg. Salah satunya adalah Festival Kuliner Gula Kelapa Gudeg Sejuta Rasa yang digelar di Alun-alun Selatan Yogyakarta pada 5 Juli 2025.

Sekretaris ASPEG Yogyakarta, Abdullah Fauzan, menjelaskan bahwa dalam festival tersebut, pihaknya berhasil memecahkan rekor MURI dengan menyajikan 5.007 porsi gudeg. “Acara ini juga bertujuan untuk mempromosikan gudeg sebagai kuliner khas Yogyakarta dan memperkenalkan varian baru, yaitu gudeg koroner yang terbuat dari jantung pisang, sebagai pilihan yang lebih sehat,” terangnya.

Gudeg koroner menjadi simbol dari langkah adaptif para pelaku kuliner terhadap tren gaya hidup sehat yang kini makin digemari masyarakat. Dengan bahan dasar jantung pisang, varian ini diharapkan dapat menjangkau segmen konsumen yang lebih luas, termasuk mereka yang ingin mengurangi konsumsi kolesterol tinggi.

Dalam kesempatan yang sama, Nur Sriwidiyat, Bendahara 2 ASPEG, turut mengajak pengusaha gudeg dari berbagai daerah di sekitar Yogyakarta untuk bergabung dalam asosiasi. Menurutnya, keanggotaan terbuka tidak hanya untuk pelaku usaha dari DIY, tapi juga dari berbagai wilayah di Jawa Tengah seperti Muntilan, Semarang, dan Tegal.

“Tidak hanya dari Yogyakarta saja, dari Jawa Tengah seperti Muntilan, Semarang, Tegal juga kami siap menerima anggota baru dan gratis,” jelas Nur.

Dengan bergabungnya lebih banyak pengusaha ke dalam ASPEG, diharapkan kolaborasi dan pertukaran ide semakin memperkuat daya saing gudeg sebagai salah satu ikon kuliner Nusantara. Keanggotaan yang inklusif ini juga mendorong pemerataan promosi dan inovasi di luar wilayah Yogyakarta.

Melalui acara “Ngobrol Komunitas” yang disiarkan oleh RRI Pro 1 Yogyakarta, Chandra menegaskan harapannya agar gudeg terus menjadi simbol kebanggaan masyarakat Yogyakarta. Ia percaya bahwa lewat inovasi dan sinergi antar pelaku usaha, gudeg akan tetap relevan dan diterima lintas generasi dan budaya.

Bahkan, dengan semakin banyaknya wisatawan asing yang berkunjung ke Yogyakarta dan mencicipi gudeg, makanan ini perlahan mendapat tempat sebagai kuliner yang unik di mata dunia. Tak sedikit wisatawan yang merasa rindu dan mencari gudeg saat kembali ke negara asal mereka.

Cita rasa manis gurih, ditambah sentuhan santan dan rempah khas, menjadikan gudeg tak mudah dilupakan. Ini yang menjadikan misi ASPEG tak hanya menjaga kualitas, tapi juga terus mengeksplorasi bentuk penyajian dan varian yang tetap mempertahankan akar budaya.

Dalam konteks industri pariwisata dan ekonomi kreatif, gudeg tidak sekadar makanan, tetapi bagian dari identitas kultural Yogyakarta. Melalui event-event promosi dan pengemasan modern, gudeg memiliki potensi besar untuk bersaing di pasar global, sebagaimana disampaikan para pengurus ASPEG.

Ke depan, langkah-langkah seperti pelatihan usaha, dukungan UMKM kuliner, serta keterlibatan pemerintah daerah dapat memperkuat ekosistem gudeg sebagai komoditas unggulan khas Yogyakarta. Dari sajian meja makan hingga festival berskala nasional, gudeg terus membuktikan dirinya sebagai ikon rasa dan tradisi yang tak lekang oleh waktu.

Terkini

HP OPPO Rp2 Jutaan Spek Mumpuni

Sabtu, 19 Juli 2025 | 12:24:21 WIB

5 Alasan Pilih Samsung Galaxy S FE Sekarang Juga

Sabtu, 19 Juli 2025 | 12:26:39 WIB

HP OPPO Rp2 Jutaan, Speknya Ngebut

Sabtu, 19 Juli 2025 | 12:29:31 WIB

Harga HP Xiaomi Juli 2025 Terbaru

Sabtu, 19 Juli 2025 | 12:32:38 WIB

Peran Pendidikan bagi Masa Depan

Sabtu, 19 Juli 2025 | 12:35:41 WIB