Pasar Modal dan Digitalisasi Dorong Pertumbuhan Keuangan Sulampua

Kamis, 17 Juli 2025 | 09:35:12 WIB
Pasar Modal dan Digitalisasi Dorong Pertumbuhan Keuangan Sulampua

JAKARTA - Kemajuan sektor jasa keuangan di kawasan Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara (Sulampua) bukan hanya mencerminkan stabilitas ekonomi regional, tetapi juga menjadi bukti semakin kuatnya transformasi digital dan literasi finansial masyarakat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat fenomena ini sebagai momentum penting untuk memperluas inklusi keuangan melalui berbagai inovasi layanan digital yang menjangkau semua kalangan.

Dalam laporan terbarunya, OJK menyampaikan bahwa sektor perbankan dan pasar modal di Sulampua mencatat pertumbuhan positif. Penyaluran kredit perbankan tumbuh sebesar 5,02 persen secara tahunan, mencapai nilai Rp434,77 triliun. Angka ini menandai geliat pembiayaan yang kembali bergerak setelah sempat mengalami tekanan dalam beberapa tahun terakhir.

Yang menarik, sebagian besar kredit yang tersalurkan berasal dari sektor konsumtif, yaitu sebesar Rp224,16 triliun atau sekitar 51,65 persen dari total kredit. Kepala OJK Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, Moch. Muchlasin, menyatakan bahwa kondisi ini mencerminkan adanya optimisme dari sektor perbankan dalam mendukung aktivitas ekonomi masyarakat, terutama di sektor konsumsi rumah tangga.

Lebih lanjut, rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 127,33 persen menjadi penanda aktifnya fungsi intermediasi perbankan di wilayah ini. Meskipun tergolong tinggi, rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) masih terjaga di angka aman, yakni 2,65 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ekspansi kredit tetap berada dalam batas risiko yang terkelola dengan baik.

Tak hanya perbankan, sektor pasar modal juga memperlihatkan tren pertumbuhan signifikan. Perkembangan jumlah investor di wilayah Sulampua terlihat jelas dari data Single Investor Identification (SID) yang mencapai 1.039.219 SID, mengalami lonjakan sebesar 20,22 persen secara tahunan. Kendati reksa dana masih menjadi pilihan utama, peningkatan paling mencolok justru datang dari investor saham yang naik hingga 28,40 persen.

Total nilai transaksi saham sepanjang tahun berjalan tercatat mencapai Rp22,47 triliun. Lonjakan ini memperlihatkan bahwa masyarakat Sulampua mulai memiliki keberanian dan minat yang lebih besar dalam berinvestasi langsung di pasar modal, terutama melalui platform digital yang makin mudah diakses.

Kinerja sektor keuangan non-bank (IKNB) pun turut menyumbang warna cerah pada dinamika ekonomi Sulampua. Total pembiayaan dari lembaga pembiayaan dan jasa keuangan lainnya mencapai Rp52,374 triliun, tumbuh sebesar 7,47 persen secara tahunan. Angka ini mengindikasikan bahwa sektor IKNB masih mampu menopang kebutuhan masyarakat akan pembiayaan alternatif di luar perbankan.

Salah satu pendorong utama pertumbuhan sektor IKNB berasal dari pergadaian, yang mencatatkan pertumbuhan signifikan dengan total pinjaman mencapai Rp19,114 triliun atau naik 30,20 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih melihat pergadaian sebagai solusi keuangan mikro yang cepat dan fleksibel.

Namun, tak semua lini mencatat kinerja positif. Perusahaan modal ventura justru mengalami kontraksi sebesar 7,02 persen. Meski demikian, fenomena ini tertutupi oleh ledakan kinerja sektor fintech peer-to-peer (P2P) lending. Outstanding pembiayaan di sektor ini mencapai Rp5,454 triliun, meningkat tajam hingga 57,58 persen secara tahunan.

Pertumbuhan P2P lending menjadi cerminan betapa masyarakat kini mulai terbiasa dengan layanan keuangan berbasis teknologi. Apalagi dengan akses yang relatif mudah, proses yang cepat, dan pilihan yang variatif, P2P lending makin menjadi alternatif utama pembiayaan terutama bagi pelaku UMKM.

Muchlasin menyampaikan bahwa secara umum, stabilitas sektor jasa keuangan di Sulampua tetap terjaga dengan baik. Bahkan, dengan terus meningkatnya adopsi teknologi dan literasi keuangan, potensi pertumbuhan di wilayah ini dinilai masih sangat besar. Ia menegaskan pentingnya seluruh pelaku industri jasa keuangan untuk tidak hanya fokus pada pertumbuhan bisnis, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat melalui edukasi keuangan.

“Kami mendorong pelaku industri, untuk terus memperkuat inovasi dan literasi keuangan, agar masyarakat makin mudah mengakses layanan keuangan yang aman, terjangkau, dan berkelanjutan,” ujar Muchlasin.

Transformasi digital menjadi salah satu aspek yang ditekankan OJK dalam memperkuat sistem keuangan yang inklusif. Dengan layanan berbasis teknologi, masyarakat di pelosok sekalipun kini bisa menikmati akses ke produk perbankan, pasar modal, hingga pembiayaan non-bank secara cepat dan efisien.

Dengan sinergi antara regulasi, literasi, dan inovasi, sektor jasa keuangan di Sulampua diharapkan bisa terus tumbuh dan berkontribusi lebih besar terhadap pemulihan dan penguatan ekonomi nasional. Momentum positif ini perlu dijaga melalui kebijakan yang inklusif dan berbasis data, serta pengawasan yang ketat untuk menjaga kepercayaan publik terhadap sistem keuangan nasional.

Terkini

Penyeberangan Tigaras Simanindo Kembali Beroperasi

Kamis, 17 Juli 2025 | 08:54:01 WIB

Manfaat Madu untuk Kecantikan Kulit

Kamis, 17 Juli 2025 | 14:01:32 WIB

10 Destinasi Wisata Ramah Muslim

Kamis, 17 Juli 2025 | 14:04:30 WIB

Dominasi BYD di Pasar EV Kian Kuat

Kamis, 17 Juli 2025 | 14:11:14 WIB