JAKARTA - Menghadapi salah satu raksasa basket Asia dalam laga perdana FIBA Women’s Asia Cup 2025 Division A bukanlah misi mudah bagi Timnas Basket Putri Indonesia. Bertemu langsung dengan tim unggulan seperti China membuka mata skuad Merah Putih akan tingginya tantangan yang dihadapi di level elite.
Dalam pertandingan yang digelar di Shenzhen Sports Center, Timnas Putri Indonesia harus mengakui dominasi sang tuan rumah. Walau menunjukkan semangat juang dan beberapa momen perlawanan, hasil akhir menunjukkan jurang perbedaan yang masih lebar. China menutup laga dengan kemenangan 110-59 atas Indonesia.
Kimberley Pierre-Louis menjadi satu dari sedikit sorotan positif dalam skuad Indonesia. Pemain naturalisasi berdarah Kanada ini menyumbang 16 poin dan 6 rebound kontribusi terbesar dari seluruh pemain Merah Putih pada laga tersebut. Kimberley pula yang membuka perolehan poin Indonesia lewat tembakan dua angka, yang sempat menyamakan semangat tim di awal laga.
Namun, keunggulan fisik, strategi matang, dan akurasi tinggi dari para pemain China membuat mereka cepat mengambil kendali permainan. Xu Han menjadi pembuka skor bagi China lewat tembakan tiga angka, sebelum rekan-rekannya mulai melesat jauh dalam akumulasi poin.
Faizzatus Shoimah sempat menambah poin lewat lemparan tiga angka dan menyamakan semangat permainan menjadi 5-15 pada menit ke-5:39. Namun, kuarter pertama ditutup dengan keunggulan China 28-8.
Di kuarter kedua, Indonesia berusaha memperbaiki permainan. Namun, upaya tersebut belum cukup signifikan menyaingi ketajaman lawan. Tambahan 12 angka dari skuad Indonesia tak bisa menandingi 21 poin tambahan dari China. Skor di akhir kuarter kedua menunjukkan 49-20 untuk tuan rumah.
Memasuki kuarter ketiga, semangat juang Indonesia tetap menyala. Agustin Gradita Retong dkk. berusaha lebih agresif di lapangan. Mereka mampu menyumbangkan 19 poin. Sayangnya, China makin mengukuhkan dominasi dengan 37 angka tambahan. Kedudukan menjelang kuarter akhir adalah 86-39.
Kuarter terakhir jadi momen bagi para pemain Indonesia menunjukkan daya juang, meski hasil akhir tetap di luar jangkauan. Dewa Ayu Made Sriartha Kusuma membuka skor, disusul jump shot dari Agustin Gradita Retong dan Bella Hasan. Namun, China tak mengendurkan intensitas serangan hingga peluit akhir berbunyi.
Dari sisi China, tiga pemain tampil sebagai penyumbang poin terbanyak Ziyu Zhang, Xinyu Luo, dan Liwei Yang masing-masing mencetak 13 poin. Sementara itu, selain Kimberley, Indonesia juga mendapat dukungan dari empat pemain lain yang masing-masing menyumbang enam poin: Agustin Gradita Retong, Priscilla Annabel Karen, Faizzatus Shoimah, dan Clarita Antonio.
Pelatih kepala Timnas Putri Indonesia, Andrie Ekayana, secara terbuka mengakui kehebatan lawan. Dalam komentarnya usai pertandingan, ia menilai bahwa tim China tampil solid dan hampir tanpa cela.
“China team yang hebat, mainnya solid, akurasinya juga tinggi. Defense mereka bagus, secara level memang mereka jauh di atas kita,” ungkap Andrie, yang akrab disapa Coach Yayan.
Bila mengacu pada peringkat FIBA, perbedaan level ini terlihat jelas. China saat ini berada di peringkat 4 dunia dan kedua di Asia. Sebaliknya, Indonesia masih berada di posisi 57 dunia atau peringkat ke-9 di kawasan Asia. Gap ini menjadi cerminan realita kompetisi yang dihadapi Indonesia di level atas.
Meski kalah secara angka, skuad Indonesia tidak kehilangan semangat. Justru, hasil ini menjadi bahan evaluasi penting menjelang laga berikutnya melawan Selandia Baru. Coach Yayan menegaskan bahwa jeda satu hari akan dimanfaatkan untuk memperbaiki aspek penting dalam permainan.
“Kita mau merapihkan masalah transisi dari offense ke defense untuk pertandingan selanjutnya. Hari ini kita latihan untuk persiapan besok,” ucapnya.
Perbaikan terutama difokuskan pada transisi permainan, yang menjadi titik lemah saat melawan China. Coach Yayan melihat bahwa tim belum sepenuhnya sinkron dalam menjaga pola saat beralih dari menyerang ke bertahan.
Laga melawan Selandia Baru dijadwalkan berlangsung di tempat yang sama, Shenzhen Sports Center, dengan tip off pukul 12.30 WIB. Pertandingan ini menjadi krusial bagi Timnas Indonesia, tidak hanya sebagai upaya bangkit setelah kekalahan, tetapi juga untuk menunjukkan perkembangan tim menghadapi persaingan di Division A.
Selandia Baru, meskipun bukan tim unggulan sekelas China, tetap bukan lawan yang bisa diremehkan. Dengan fisik yang solid dan pengalaman di ajang internasional, mereka bisa menjadi tantangan yang berbeda bagi Indonesia.
Tantangan besar di depan, namun optimisme tetap dijaga. Para pemain muda Indonesia, termasuk deretan nama baru, terus menunjukkan bahwa mereka layak berada di panggung tertinggi Asia. Pertandingan berikutnya menjadi kesempatan besar untuk menunjukkan kapasitas dan mentalitas bertanding mereka.
Dengan terus membawa semangat juang dan evaluasi yang matang, Indonesia berharap bisa tampil lebih kompetitif dan mempersembahkan performa yang membanggakan di hadapan publik Asia.