Kemenkes Imbau Waspada Penyakit Musim Peralihan

Rabu, 09 Juli 2025 | 14:48:47 WIB
Kemenkes Imbau Waspada Penyakit Musim Peralihan

JAKARTA - Memasuki masa peralihan musim, masyarakat diminta lebih waspada terhadap peningkatan risiko penyakit yang dapat menyebar dengan cepat. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengingatkan, kondisi cuaca yang tidak menentu—perpaduan antara suhu tinggi dan curah hujan yang masih sering turun menjadi pemicu berkembangnya sejumlah penyakit, khususnya Demam Berdarah Dengue (DBD).

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, menyampaikan imbauan agar masyarakat meningkatkan kesadaran terhadap bahaya penyakit yang biasa muncul saat masa transisi ini. Ia menekankan pentingnya tindakan pencegahan sedini mungkin.

“Kalau DBD, imbauannya agar masyarakat melakukan 3M Plus, seperti menguras dan menyikat tempat penampungan air seperti bak mandi dan drum. Kemudian menutup rapat-rapat tempat penyimpanan air,” ujar Aji.

Cuaca Ekstrem Dorong Perkembangbiakan Nyamuk

Kemenkes menjelaskan bahwa meningkatnya suhu diikuti dengan frekuensi hujan yang tinggi menciptakan lingkungan ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak. Genangan air menjadi tempat sempurna bagi larva nyamuk tumbuh, dan ini meningkatkan risiko penyebaran DBD di lingkungan padat penduduk.

Namun, DBD bukan satu-satunya ancaman. Dalam situasi cuaca peralihan, terutama ketika terjadi genangan air akibat hujan deras atau banjir, penyakit lain juga mengintai, seperti diare, penyakit kulit, leptospirosis, hingga hanta virus yang dibawa oleh vektor tikus.

Menurut Aji, saat wilayah terdampak banjir atau terdapat genangan air, masyarakat juga perlu mewaspadai potensi penyebaran penyakit berbasis air dan yang ditularkan melalui hewan pengerat.

Langkah Pencegahan DBD dan Penyakit Lainnya

Pemerintah terus mengedukasi masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan secara mandiri. Program 3M Plus—menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas—masih menjadi strategi utama yang direkomendasikan untuk mencegah penyebaran DBD.

Selain itu, tindakan tambahan juga dianjurkan. Misalnya, penggunaan kelambu saat tidur, pemakaian lotion anti nyamuk, penaburan bubuk abate di penampungan air, serta pemberantasan sarang nyamuk di sekitar rumah.

“Ditambah menggunakan kelambu atau lotion anti nyamuk, menggunakan larvasida, menabur bubuk abate, dan upaya lainnya,” tambah Aji.

Untuk penyakit yang ditularkan melalui vektor tikus seperti leptospirosis, masyarakat diminta lebih berhati-hati saat berkegiatan di luar rumah, khususnya di area yang tergenang air. Langkah pencegahan seperti memakai alas kaki tertutup, sarung tangan, dan masker perlu diperhatikan, terutama oleh mereka yang tinggal di kawasan rawan banjir atau yang sering beraktivitas di lingkungan tersebut.

“Cegah atau basmi tikus agar tidak masuk ke rumah dan gunakan alat pelindung diri seperti masker, alas kaki tertutup, sarung tangan saat aktivitas di genangan air,” imbau Aji.

Peran PHBS dalam Memutus Mata Rantai Penyakit

Selain pencegahan langsung terhadap vektor penyakit, Kemenkes menegaskan pentingnya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kebiasaan sederhana seperti mencuci tangan dan kaki setelah beraktivitas di luar rumah, menjaga kebersihan tempat tinggal, serta mengelola sampah dengan benar, menjadi fondasi dalam mencegah penyebaran berbagai penyakit infeksius.

PHBS juga termasuk dalam langkah mitigasi jangka panjang yang perlu dibudayakan di tengah masyarakat. Upaya ini tidak hanya membantu mengurangi risiko DBD, tetapi juga melindungi warga dari paparan penyakit menular lainnya yang bisa berkembang saat musim tidak menentu.

“Yang tidak kalah penting yakni selalu menerapkan PHBS atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat seperti mencuci tangan dan kaki dengan sabun setelah aktivitas serta menjaga kebersihan lingkungan,” ucap Aji.

Kenali Gejala, Segera Lakukan Pemeriksaan

Aji juga mengingatkan agar masyarakat tidak mengabaikan gejala awal penyakit. Misalnya, pada DBD, gejala awal sering kali meliputi demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, serta munculnya bintik-bintik merah di kulit. Sedangkan leptospirosis ditandai dengan gejala seperti demam mendadak, nyeri otot, mata merah, dan mual.

Bila gejala seperti itu muncul, masyarakat disarankan untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat agar dapat segera ditangani dan tidak menimbulkan komplikasi serius.

“Segera ke dokter atau fasilitas layanan kesehatan lain yang terdekat jika ada keluhan gejala penyakit tersebut,” katanya.

Peran Masyarakat dalam Pencegahan

Kemenkes percaya bahwa upaya pencegahan akan jauh lebih efektif apabila dilakukan secara gotong royong. Masyarakat diharapkan berperan aktif, baik dalam menjaga kebersihan lingkungan, menerapkan PHBS, hingga ikut serta dalam kegiatan kerja bakti di lingkungannya.

Momen musim peralihan ini, menurut Kemenkes, harus menjadi momentum bagi semua pihak untuk bersinergi dalam mencegah lonjakan kasus penyakit. Edukasi, kesadaran kolektif, serta kedisiplinan masyarakat menjadi kunci utama dalam menjaga kesehatan bersama.

Terkini