Kenaikan Impor India Dorong Harga Batu Bara Global Bergerak Naik

Rabu, 09 Juli 2025 | 09:23:48 WIB
Kenaikan Impor India Dorong Harga Batu Bara Global Bergerak Naik

JAKARTA - Kondisi pasar batu bara global kembali menunjukkan penguatan, didorong oleh peningkatan permintaan dari salah satu negara konsumen terbesar dunia: India. Dalam laporan terbaru, harga batu bara tercatat mengalami lonjakan tipis hingga moderat di sejumlah kontrak berjangka, seiring kenaikan signifikan volume impor batu bara kokas oleh India sepanjang kuartal I-2025.

India mencatatkan kenaikan impor batu bara kokas (coking coal) sebesar 6% pada periode April–Juni 2025. Volume impor mencapai 16,5 juta ton, meningkat dari 15,5 juta ton pada kuartal yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini tidak hanya menjadi indikator lonjakan permintaan, tetapi juga berdampak langsung terhadap kenaikan harga komoditas batu bara dunia.

Pergerakan Harga Batu Bara

Lonjakan permintaan dari India memberi dorongan pada harga batu bara Newcastle. Untuk kontrak Juli 2025, harga naik tipis sebesar US$ 0,1 menjadi US$ 109,6 per ton. Sedangkan untuk kontrak Agustus, kenaikan tercatat lebih signifikan, yakni sebesar US$ 1,85 hingga mencapai US$ 111,6 per ton. Kontrak September bahkan mengalami lonjakan terbesar, sebesar US$ 2,15 hingga menyentuh level US$ 112,75 per ton.

Hal serupa juga terjadi pada harga batu bara di pasar Rotterdam. Untuk kontrak Juli 2025, harga meningkat US$ 0,95 menjadi US$ 107,15 per ton. Kontrak Agustus naik US$ 1,8 menjadi US$ 107,2, sedangkan kontrak September turut terkerek US$ 1,7 ke posisi US$ 107,25 per ton.

Pergerakan harga ini menandakan bahwa tren penguatan harga batu bara masih berlangsung, meskipun sempat dilanda fluktuasi akibat berbagai sentimen global, termasuk kondisi cuaca ekstrem dan dinamika geopolitik yang mempengaruhi pasokan dan permintaan energi.

India Jadi Pemicu Utama

Kenaikan impor India dalam periode kuartal pertama tahun fiskal 2025–2026 menjadi salah satu faktor utama penguatan pasar. Dikutip dari BigMint, lonjakan impor tersebut didorong oleh peningkatan kiriman dari dua negara eksportir utama, yakni Australia dan Rusia. Selain itu, faktor musim hujan di India juga mendorong para produsen baja untuk memperkuat stok batu bara sebagai langkah antisipasi pasokan.

Australia tetap menjadi eksportir terbesar ke India, dengan volume pengiriman mencapai 8,6 juta ton. Angka ini relatif stabil dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, Rusia mencatat pertumbuhan signifikan dalam ekspor ke India, yakni naik 43% menjadi 3 juta ton dari sebelumnya 2,1 juta ton.

Peningkatan ini mencerminkan strategi diversifikasi pasokan yang dijalankan India, sekaligus upaya memanfaatkan opsi harga yang lebih kompetitif dari pasar Rusia. Para pelaku industri di India juga melihat potensi penghematan dari kombinasi pengadaan dua sumber tersebut di tengah ketatnya pasokan global.

Data Impor Juni dan Kontribusi Pelaku Industri

Impor batu bara India pada bulan Juni sendiri mencapai angka 6 juta ton, meningkat 11% dibandingkan Mei yang tercatat sebesar 5,4 juta ton. Dalam rincian data bulanan, pengiriman dari Australia mendominasi, dengan peningkatan 44% secara bulanan menjadi 3,6 juta ton.

Salah satu pemain utama dalam lonjakan ini adalah perusahaan baja JSW Steel. Perusahaan ini tercatat sebagai importir terbesar dengan total volume mencapai 3,7 juta ton sepanjang kuartal pertama tahun fiskal 2025–2026. Volume tersebut meningkat 19% dari periode sama tahun lalu sebesar 3,1 juta ton.

Kebijakan pemerintah India yang memperpanjang kuota impor kokas Low Ash Metallurgical (LAM) hingga Desember 2025 juga menjadi sentimen positif bagi pelaku industri, serta mendukung iklim impor batu bara ke negara tersebut. Kebijakan ini bertujuan untuk melindungi produsen baja lokal dari tekanan harga bahan baku dan menjaga stabilitas produksi di tengah ancaman volatilitas global.

Pergerakan Harga Coking Coal Australia dan China

Tak hanya batu bara termal, harga coking coal asal Australia (PHCC) juga tercatat naik signifikan. Dalam sepekan terakhir, harga naik sebesar US$ 9 per ton menjadi US$ 183 per ton Free On Board (FOB). Kenaikan ini terjadi di tengah penguatan permintaan dari pasar India dan sejumlah negara Asia lainnya.

Namun, dinamika yang berbeda justru terlihat di pasar China. Harga kokas di negara tersebut cenderung stagnan, dipengaruhi lemahnya margin industri baja dan rendahnya tingkat utilisasi pabrik. Hal ini menjadi penyeimbang terhadap tren global, meskipun pengaruh China tetap signifikan dalam membentuk harga batu bara secara keseluruhan.

Prospek Pasar Batu Bara ke Depan

Meski saat ini harga menunjukkan tren penguatan, analis menilai pasar batu bara global masih akan mengalami fluktuasi hingga akhir tahun. Hal ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk:

Perkembangan permintaan dari negara-negara berkembang

Stabilitas geopolitik dan pengaruh sanksi internasional

Ketahanan pasokan dari negara-negara eksportir utama

Perubahan kebijakan energi, terutama transisi ke energi hijau

Dalam konteks Indonesia sebagai salah satu eksportir batu bara terbesar dunia, dinamika ini membuka peluang sekaligus tantangan. Di satu sisi, penguatan harga bisa mendongkrak pendapatan ekspor nasional. Namun di sisi lain, stabilitas pasokan dalam negeri dan harga bagi industri domestik tetap harus dijaga.

Dengan pertumbuhan impor India yang berkelanjutan dan respons positif pasar terhadap permintaan yang meningkat, sektor batu bara tampaknya akan tetap menarik perhatian investor dan pelaku industri energi global. Namun, kehati-hatian tetap diperlukan, mengingat pasar komoditas selalu rentan terhadap gejolak yang datang dari berbagai arah.

Terkini