JAKARTA - Di balik gemuruh lapangan basket Porprov IX Jawa Timur 2025, terselip cerita inspiratif dari seorang pelajar muda bernama Maulana Asditian Raesa. Siswa SMA Muhammadiyah 1 Taman (Smamita), Sidoarjo ini tidak hanya berhasil mempersembahkan medali perunggu untuk daerahnya, tetapi juga memperlihatkan tekad dan dedikasi luar biasa dalam mewakili sekolah dan kabupaten di ajang kompetitif tingkat provinsi.
Perjalanan Panjang Menuju Panggung Porprov
Maulana tak langsung melompat ke level provinsi tanpa bekal. Perjalanannya dimulai dari lapangan-lapangan sekolah dan sesi latihan yang penuh keringat dan disiplin. Dari sana, bakatnya terpantau oleh pelatih dan klub, yang kemudian membawanya menjadi bagian dari tim basket putra Kabupaten Sidoarjo.
“Alhamdulillah, saya merasa bersyukur dan bangga menjadi siswa SMA Muhammadiyah 1 Taman. Bisa tampil di ajang Porprov IX 2025 untuk mewakili Sidoarjo bukan hal mudah, semua butuh latihan keras dan proses yang panjang,” kata Maulana penuh semangat.
Didukung penuh oleh Smamita dalam hal fasilitas, motivasi, dan pembinaan, Maulana memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia. Dukungan sekolah menjadi pondasi kuat yang membawanya hingga titik ini.
Tantangan di Babak Semifinal
Pada babak semifinal, Maulana dan timnya menghadapi tantangan besar melawan tuan rumah, Kabupaten Malang. Harapan awal yang tinggi sempat terhambat oleh kondisi yang tidak sepenuhnya ideal.
“Target awal sebenarnya lebih tinggi, tapi ada beberapa kendala di luar dugaan. Beberapa pemain mengalami cedera, jadi chemistry antarpemain sedikit terganggu. Meski begitu, kami tetap bersyukur bisa membawa pulang medali perunggu,” tuturnya.
Namun demikian, perjuangan tim tidaklah sia-sia. Mereka menunjukkan semangat pantang menyerah sejak fase awal kompetisi hingga laga penentuan.
“Kompetisi ini menjadi pengalaman besar bagi saya. Rasanya berbeda dengan ajang antar sekolah. Di Porprov, kami benar-benar bermain secara ‘fight’. Ketika peluit dibunyikan, semua pemain memberikan yang terbaik hingga akhir pertandingan,” ujarnya mengisahkan pengalaman penuh tekanan di lapangan.
Disiplin Latihan Sejak Awal Tahun
Untuk menghadapi ajang sebesar Porprov, Maulana dan tim Kabupaten Sidoarjo telah mempersiapkan diri sejak Januari 2025. Latihan rutin menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari, dengan tujuan yang sama: membawa pulang medali dan mengharumkan nama daerah.
“Target kami dari awal adalah pulang membawa medali, supaya semua perjuangan tidak sia-sia. Apa yang kami lakukan terbayarkan dengan hasil yang ada. Tidak ada penyesalan sedikit pun,” ujarnya dengan penuh rasa syukur.
Setiap detik yang dilalui di lapangan latihan dibayar lunas dengan keberhasilan menyabet medali perunggu. Meski bukan emas, pencapaian ini tetap berarti besar bagi karier basket Maulana dan tim.
Apresiasi untuk Para Pembimbing dan Pendukung
Keberhasilan ini tentu tidak lahir dari usaha sendiri. Maulana menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membimbing dan mendukungnya sepanjang perjalanan, terutama dari lingkungan sekolah dan pelatih.
“Terima kasih kepada coach dan SMA Muhammadiyah 1 Taman yang sudah mendukung dan membimbing saya sejak awal hingga akhir. Karena mereka, saya berkesempatan mengikuti pemusatan latihan Perbasi Sidoarjo,” ucap Maulana.
Ia juga mengakui peran Francisca Harroviantiene, pemilik klub basket Estrella, sebagai sosok yang turut mengembangkan bakat dan menambah jam terbangnya di kompetisi basket luar sekolah.
Tak lupa, Maulana menghaturkan rasa terima kasih kepada pelatih tim Kabupaten Sidoarjo, yaitu:
Coach Abdul Rusdi SE (Pelatih Kepala),
Coach Gyomahar SPd (Asisten Pelatih 1), dan
Coach Ruli SPd (Asisten Pelatih 2),
yang telah membentuk dirinya menjadi pemain yang disiplin dan bermental juara.
“Terima kasih atas semua bimbingan yang telah diberikan. Saya, mewakili tim basket Kabupaten Sidoarjo, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penuh perjuangan kami,” pungkasnya.
Mimpi yang Terus Bergulir
Maulana, yang memiliki tinggi badan sekitar 187 cm dan berat 88 kg, menunjukkan bahwa potensi besar bisa lahir dari level sekolah asal. Apa yang dimulainya dari Smamita kini membawanya ke jalur atlet berprestasi di tingkat provinsi. Bagi banyak siswa lain, kisahnya bisa menjadi contoh nyata bahwa kerja keras, dukungan lingkungan, dan semangat pantang menyerah dapat menghasilkan sesuatu yang membanggakan.
Kesuksesan Maulana di Porprov bukanlah akhir perjalanan. Ini adalah pijakan awal untuk panggung yang lebih tinggi. Dengan dedikasi yang sudah terbukti, bukan tidak mungkin ia akan melangkah lebih jauh — baik di ajang nasional, bahkan internasional — membawa nama Sidoarjo dan Smamita lebih harum lagi.