JAKARTA - Dahulu, konsep kesuksesan dalam hal keuangan seringkali dikaitkan dengan angka: berapa banyak uang di rekening, berapa jumlah properti yang dimiliki, atau seberapa tinggi penghasilan bulanan. Namun seiring berjalannya waktu, muncul kesadaran baru yang menggeser fokus tersebut. Di era modern saat ini, semakin banyak individu yang tidak lagi menjadikan kekayaan semata sebagai tolok ukur keberhasilan finansial.
Kini, banyak orang mulai mengarahkan perhatian mereka pada konsep “financial wellness”—sebuah pendekatan yang mengedepankan keseimbangan, ketenangan batin, dan keberlanjutan keuangan jangka panjang. Pergeseran ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi juga mulai dirasakan oleh masyarakat urban Indonesia, khususnya generasi milenial dan Gen Z yang tumbuh dalam era digital dan ketidakpastian ekonomi.
Dari Ambisi Menumpuk Aset ke Kehidupan yang Terkelola
- Baca Juga Emas Pegadaian Melonjak
Selama bertahun-tahun, narasi dominan mengenai keuangan pribadi adalah seputar “menjadi kaya”. Berbagai media dan figur publik turut mempromosikan gagasan bahwa semakin banyak aset, semakin sukseslah seseorang. Namun, pengalaman global seperti pandemi COVID-19, inflasi, serta meningkatnya beban mental akibat gaya hidup konsumtif membuat banyak orang berpikir ulang.
Alih-alih memprioritaskan penumpukan aset, kini semakin banyak orang mulai memikirkan bagaimana uang bisa mendukung kehidupan yang bermakna. Uang bukan lagi tujuan akhir, melainkan alat untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik—baik dari sisi kesehatan, hubungan sosial, hingga kebebasan memilih.
"Financial wellness bukan hanya tentang punya uang, tapi tentang bagaimana kita merasa tenang, aman, dan punya kendali atas kehidupan finansial kita," ujar seorang perencana keuangan.
Apa Itu Financial Wellness?
Financial wellness atau kesejahteraan finansial mencakup kondisi di mana seseorang merasa cukup aman dalam keuangan mereka, memiliki kontrol atas pengeluaran, tidak dililit utang konsumtif, serta mampu mempersiapkan masa depan secara realistis.
Konsep ini mencakup empat pilar utama:
Stabilitas pengeluaran: mampu memenuhi kebutuhan dasar tanpa stres keuangan yang berkepanjangan.
Manajemen utang yang sehat: tidak terbebani cicilan yang mengganggu kualitas hidup.
Tabungan dan investasi: memiliki dana darurat dan strategi investasi yang realistis.
Ketenangan pikiran: tidak merasa cemas berlebihan terhadap kondisi finansial, bahkan ketika menghadapi kejadian tak terduga.
Dengan demikian, financial wellness lebih menekankan pada keseimbangan emosional dan keberlanjutan, bukan pada kekayaan absolut.
Tren Baru di Kalangan Generasi Muda
Generasi milenial dan Gen Z menjadi pendorong utama pergeseran pandangan ini. Dibesarkan dalam situasi yang penuh tantangan ekonomi—mulai dari tingginya biaya pendidikan, ketidakstabilan pekerjaan, hingga krisis iklim—generasi ini lebih realistis dalam menyusun target finansial mereka.
Banyak dari mereka mulai beralih dari prinsip “kerja keras demi kaya” menjadi “kerja cerdas untuk hidup nyaman dan sehat mental”. Mereka lebih selektif dalam pengeluaran, lebih terbuka pada perencanaan keuangan digital, dan cenderung memilih pengalaman hidup yang berarti dibandingkan akumulasi barang mewah.
“Saya tidak punya mimpi untuk punya rumah mewah atau mobil sport. Saya ingin bebas dari utang, bisa traveling setahun sekali, dan punya waktu untuk keluarga. Itu cukup buat saya,” ujar Dimas (30), seorang pekerja kreatif di Jakarta.
Teknologi Mendukung Kesadaran Baru
Era digital turut mempercepat pergeseran paradigma ini. Berbagai aplikasi manajemen keuangan, investasi, dan literasi finansial kini tersedia secara mudah. Masyarakat dapat memantau keuangan mereka secara real-time, menyusun anggaran bulanan, hingga belajar tentang instrumen investasi tanpa harus keluar rumah.
Platform edukasi keuangan di media sosial juga berperan besar dalam menyebarkan pemahaman bahwa hidup sejahtera secara finansial bukan berarti harus kaya raya, tetapi lebih kepada pengelolaan keuangan yang cerdas dan bertanggung jawab.
Peran Penting Edukasi Finansial
Kunci utama dari financial wellness adalah kesadaran diri dan literasi keuangan. Masyarakat perlu dibekali pemahaman dasar mengenai cara membuat anggaran, mengelola utang, serta pentingnya investasi jangka panjang. Sayangnya, masih banyak orang yang merasa asing dengan konsep seperti dana darurat, proteksi asuransi, atau diversifikasi portofolio.
Dalam konteks ini, institusi keuangan dan pemerintah memiliki peran strategis untuk menghadirkan edukasi yang mudah dipahami, aplikatif, dan sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.
Beberapa lembaga keuangan bahkan mulai mengadopsi pendekatan “well-being finance”, yaitu membantu nasabah tak hanya dalam urusan transaksi, tetapi juga dalam mencapai kesejahteraan secara menyeluruh.
Menyusun Tujuan Keuangan Berdasarkan Nilai Hidup
Dalam era financial wellness, tujuan keuangan tidak lagi semata-mata berdasarkan angka, tetapi juga berangkat dari nilai dan tujuan hidup pribadi. Seseorang bisa saja punya pendapatan di atas rata-rata, tetapi jika tidak merasa cukup atau terus-menerus cemas tentang uang, maka belum tentu ia sejahtera secara finansial.
Sebaliknya, orang dengan penghasilan sedang namun memiliki kontrol yang baik terhadap pengeluaran, bebas dari utang konsumtif, dan mampu merencanakan masa depan dengan tenang justru bisa merasakan kualitas hidup yang lebih baik.
Menyusun tujuan keuangan berdasarkan nilai-nilai seperti kebebasan, kesehatan, pendidikan anak, atau waktu bersama keluarga menjadi cara baru dalam merumuskan arti sukses.
Uang sebagai Alat, Bukan Tujuan
Perubahan cara pandang terhadap uang adalah refleksi dari kematangan sosial dan kesadaran personal. Di tengah tantangan ekonomi global, naik-turunnya pasar, serta dinamika hidup yang tidak pasti, konsep financial wellness memberi harapan baru.
Bukan lagi tentang siapa yang paling kaya, tetapi siapa yang bisa hidup dengan tenang, cukup, dan mampu mengontrol keuangannya secara bijak.
Jika keuangan pribadi bisa dikelola dengan sadar, sesuai dengan nilai hidup, dan mendukung kesejahteraan secara menyeluruh, maka itulah bentuk kekayaan sesungguhnya di zaman sekarang.