JAKARTA - Terletak di kawasan Cincin Api Pasifik, Indonesia memiliki potensi panas bumi yang sangat besar, mencapai sekitar 40 persen dari total cadangan panas bumi dunia. Dalam konteks ini, Kamojang menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah panas bumi Indonesia.
Sejarah Panjang Eksplorasi Panas Bumi Kamojang
Wilayah Kamojang, yang terletak di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, telah menjadi pusat eksplorasi panas bumi sejak tahun 1926. Pada masa pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, dilakukan pemboran sumur panas bumi pertama di kawasan ini. Kegiatan eksplorasi ini sempat terhenti pada tahun 1928, namun jejak sumur-sumur peninggalan Belanda masih dapat ditemukan hingga kini dan menjadi objek wisata yang menarik bagi para pengunjung.
Pada tahun 1978, eksplorasi panas bumi di Kamojang kembali dilanjutkan melalui kerja sama antara pemerintah Indonesia dan New Zealand Geothermal Project. Hasilnya, pada tahun 1983, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang Unit 1 dengan kapasitas 30 MW resmi beroperasi, menjadikannya sebagai PLTP pertama di Indonesia. Selanjutnya, PLTP Unit 2 dan 3 dengan kapasitas masing-masing 55 MW mulai beroperasi pada tahun 1988, diikuti oleh PLTP Unit 4 dengan kapasitas 60 MW pada tahun 2003. Total kapasitas terpasang saat ini mencapai 235 MW, yang mampu memasok listrik untuk sekitar 260.000 rumah tangga di wilayah sekitar .
Inovasi Kopi dengan Energi Panas Bumi
Selain sebagai sumber energi listrik, Kamojang juga dikenal dengan inovasi unik dalam industri kopi. PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang mengembangkan metode pengeringan biji kopi menggunakan energi panas bumi, yang dikenal dengan nama Canaya Geothermal Coffee. Metode ini memanfaatkan uap panas bumi dari PLTP Kamojang untuk mengeringkan biji kopi Arabika secara efisien dan ramah lingkungan.
Inovasi ini tidak hanya meningkatkan kualitas kopi, tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar. Program ini memberdayakan 265 petani kopi dan menciptakan 35 mitra bisnis, serta meningkatkan pendapatan masyarakat hingga Rp 182,6 juta per tahun .
Penghargaan dan Pengakuan
Atas komitmennya dalam pengelolaan energi bersih dan pemberdayaan masyarakat, PGE Area Kamojang menerima penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama 12 tahun berturut-turut, dari tahun 2011 hingga 2022 . Selain itu, pada tahun 2024, PGE Area Kamojang meraih penghargaan ASEAN Renewable Energy Project Awards untuk kategori off-grid thermal melalui proyek Canaya Geothermal Coffee .
Komitmen terhadap Lingkungan dan Keberlanjutan
PGE Area Kamojang juga aktif dalam program-program tanggung jawab sosial dan lingkungan. Salah satunya adalah program budidaya kopi pelag bersama masyarakat di sekitar wilayah operasinya. Tanaman kopi ditanam di lereng Gunung Papandayan oleh mitra-mitra yang dibina oleh PLTP Kamojang. Program ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi dengan produksi kopi, tetapi juga berperan dalam pencegahan longsor dan menciptakan area penangkapan uap panas bumi yang berkelanjutan .
PLTP Kamojang bukan hanya sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi pertama di Indonesia, tetapi juga sebagai contoh sukses pemanfaatan energi terbarukan yang berkelanjutan. Dengan sejarah panjang, inovasi-inovasi yang berkelanjutan, dan komitmen terhadap lingkungan, Kamojang terus menjadi pionir dalam pengembangan energi panas bumi di Indonesia.
Sebagai masyarakat, kita patut bangga dengan pencapaian ini dan mendukung upaya-upaya yang dilakukan untuk menjaga keberlanjutan energi dan lingkungan di masa depan.