Program MBG Berisiko Bebani Anggaran, Pengamat Usul Libatkan Asuransi dan Swasta

Selasa, 20 Mei 2025 | 10:26:03 WIB
Program MBG Berisiko Bebani Anggaran, Pengamat Usul Libatkan Asuransi dan Swasta

JAKARTA - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh Pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming diharapkan dapat menjadi terobosan dalam meningkatkan kualitas gizi masyarakat, khususnya bagi anak-anak sekolah di Indonesia. Namun, meski program ini memiliki niat baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, program ini juga mendapat sorotan terkait potensi pembebanan fiskal negara jika tidak dirancang secara efisien dan melibatkan kolaborasi lintas sektor.

Mengingat besarnya anggaran yang diperlukan untuk merealisasikan program ini, para pengamat menilai bahwa pemerintah harus memastikan bahwa program tersebut tidak hanya mengandalkan anggaran negara. Salah satunya adalah dengan melibatkan sektor swasta yang dapat berperan sebagai mitra strategis dalam pembiayaan dan pelaksanaan program MBG.

Program MBG sebagai Inisiatif Positif untuk Kesejahteraan Masyarakat

Program Makan Bergizi Gratis merupakan salah satu inisiatif dari Pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming yang bertujuan untuk memastikan anak-anak sekolah di seluruh Indonesia mendapatkan asupan gizi yang cukup dan berkualitas. Program ini diharapkan dapat mengurangi angka stunting dan masalah gizi buruk yang masih menjadi tantangan besar di Indonesia, serta mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang sehat dan produktif.

Program ini tidak hanya menyasar pada peningkatan kesehatan anak-anak sekolah, tetapi juga pada pemenuhan kebutuhan pangan yang bergizi secara merata di seluruh wilayah Indonesia, baik di kota besar maupun daerah terpencil. Dalam konteks ini, pemerintah berkomitmen untuk menyediakan makanan bergizi bagi pelajar melalui sekolah-sekolah yang tersebar di seluruh penjuru tanah air.

"Program Makan Bergizi Gratis ini tentu sangat penting untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak kita. Namun, tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana merancangnya agar dapat berkelanjutan tanpa membebani keuangan negara," kata Arman Jufry, pengamat asuransi yang juga memberikan perhatian pada program-program sosial yang melibatkan anggaran negara.

Potensi Beban Fiskal Negara

Meskipun program MBG dinilai sebagai inisiatif yang sangat positif, Arman Jufry mengingatkan bahwa pembiayaan untuk program semacam ini bisa menjadi beban fiskal yang besar jika tidak dikelola dengan hati-hati. Ia menilai, dengan anggaran yang terbatas dan semakin banyaknya program sosial yang membutuhkan pembiayaan, penting bagi pemerintah untuk mencari cara agar biaya program MBG tidak menggerogoti anggaran negara secara berlebihan.

"Pembiayaan program ini bisa sangat besar, dan kalau tidak dirancang dengan baik, bisa membebani anggaran negara yang sudah semakin terbatas. Oleh karena itu, kolaborasi dengan sektor swasta sangat penting agar pembiayaan tidak hanya bergantung pada APBN," jelas Arman.

Lebih lanjut, Arman menambahkan bahwa keberlanjutan program MBG akan bergantung pada bagaimana pemerintah mengelola dana dan sumber daya untuk menjaga program tersebut tetap berjalan tanpa mengorbankan program-program lain yang juga penting, seperti pendidikan dan kesehatan masyarakat lainnya.

Kolaborasi Lintas Sektor sebagai Solusi Pembiayaan

Dalam menghadapi tantangan pembiayaan, kolaborasi lintas sektor menjadi salah satu solusi yang sangat dianjurkan. Arman Jufry mengungkapkan bahwa sektor swasta dapat berperan penting dalam menyediakan dukungan finansial serta jaringan distribusi yang lebih efisien untuk memastikan program MBG dapat berjalan dengan lancar dan terjangkau.

Melibatkan sektor swasta dalam pembiayaan program ini dapat menciptakan model kemitraan publik-swasta (PPP) yang menguntungkan kedua belah pihak. Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan besar dalam sektor pangan dan distribusi dapat berkontribusi dalam penyediaan bahan makanan yang bergizi dengan harga yang lebih terjangkau, sementara sektor swasta juga dapat memperoleh keuntungan dalam bentuk insentif pajak atau kemudahan lain dari pemerintah.

"Kolaborasi dengan pihak swasta, seperti perusahaan yang bergerak di bidang pangan, dapat membantu pemerintah dalam menyediakan bahan makanan bergizi dengan harga yang lebih murah. Ini tidak hanya akan mengurangi beban fiskal negara, tetapi juga memastikan program ini dapat berlangsung dalam jangka panjang," ujar Arman.

Penyusunan Kebijakan yang Efisien dan Transparan

Selain melibatkan sektor swasta, untuk menghindari potensi pemborosan dan memastikan dana digunakan secara efisien, transparansi dan akuntabilitas dalam penyusunan kebijakan program MBG sangat diperlukan. Pemerintah harus memiliki rencana anggaran yang terperinci dan sistem pengawasan yang baik agar program ini dapat dijalankan dengan efektif dan tidak disalahgunakan.

Arman juga menekankan pentingnya pengawasan yang ketat terhadap distribusi bahan makanan bergizi, agar tidak ada potensi kebocoran anggaran atau ketidaksesuaian antara kebutuhan dengan alokasi dana yang ada. Ia mengingatkan agar pengelolaan dana MBG tidak hanya bergantung pada anggaran pusat, tetapi juga dapat melibatkan pemerintah daerah yang lebih memahami kebutuhan spesifik di masing-masing wilayah.

"Yang penting adalah adanya sistem pengawasan yang baik. Jika program ini tidak dikelola dengan benar, maka tujuan untuk membantu masyarakat justru bisa terhambat. Oleh karena itu, transparansi dan perencanaan yang matang sangat diperlukan," tambah Arman.

Mengoptimalkan Sinergi Antar Pemerintah dan Masyarakat

Selain kolaborasi dengan sektor swasta, sinergi antara pemerintah pusat dan daerah juga menjadi elemen penting dalam kesuksesan program MBG. Pemerintah daerah yang lebih dekat dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat harus dilibatkan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan program ini.

"Pemerintah daerah harus dilibatkan secara langsung, karena mereka yang lebih mengetahui kondisi masyarakat di wilayahnya. Program ini harus dapat disesuaikan dengan kondisi lokal agar tepat sasaran," ujar Arman.

Penting juga untuk memperhatikan pendidikan masyarakat mengenai pola makan bergizi yang sehat. Program MBG tidak hanya tentang memberikan makanan gratis, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang, sehingga mereka dapat menerapkan pola makan sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Keberlanjutan Program dan Dampak Jangka Panjang

Untuk memastikan keberlanjutan program MBG, pemerintah perlu merencanakan secara matang bagaimana pendanaan akan dilakukan dalam jangka panjang. Keberlanjutan program ini sangat bergantung pada efektivitas pengelolaan dana serta kolaborasi antara sektor publik dan swasta.

Dengan perencanaan yang tepat, MBG tidak hanya akan memberikan manfaat jangka pendek, tetapi juga membawa dampak positif dalam jangka panjang bagi generasi mendatang, melalui peningkatan kualitas gizi dan pengurangan masalah kesehatan masyarakat yang terkait dengan gizi buruk dan stunting.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh Pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming menawarkan potensi besar untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia, namun di sisi lain juga menghadirkan tantangan besar dalam pembiayaan. Kolaborasi lintas sektor, terutama dengan sektor swasta, menjadi solusi yang harus diperhatikan agar program ini tidak membebani anggaran negara dan dapat berjalan dengan efisien.

Pengamat Arman Jufry menekankan bahwa transparansi, akuntabilitas, dan pengawasan yang ketat adalah kunci keberhasilan program ini. Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, diharapkan program MBG dapat terlaksana dengan sukses dan memberikan dampak positif yang besar bagi kesehatan masyarakat Indonesia.

Terkini