Outstanding Pinjaman Online Indonesia Capai Rp78,5 Triliun, Risiko Kredit Macet Terkendali

Selasa, 06 Mei 2025 | 23:22:57 WIB
Outstanding Pinjaman Online Indonesia Capai Rp78,5 Triliun, Risiko Kredit Macet Terkendali

Pertumbuhan Pesat dan Perbaikan Kualitas Kredit
 

Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Entjik S. Djafar, menyatakan bahwa pertumbuhan signifikan ini mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan pinjaman online yang semakin berkembang. "Per Januari 2025, TWP90 di platform fintech berhasil ditekan ke level 2,52 persen, membaik dari pencapaian di Desember 2024 sebesar 2,60 persen," ujarnya dalam siaran pers di Jakarta.

Meskipun terdapat peningkatan jumlah pinjaman, Entjik menekankan bahwa industri fintech P2P lending tetap menjaga kualitas kredit dengan melakukan mitigasi risiko secara ketat. "Kami terus memantau dan melakukan evaluasi terhadap portofolio pinjaman untuk memastikan bahwa kualitas kredit tetap terjaga," tambahnya.
 

Dukungan Regulasi dan Teknologi dalam Menjaga Kepercayaan
 

Peran pemerintah melalui regulasi seperti Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) dan Panduan Kode Etik Kecerdasan Buatan (AI) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) turut mendukung ekosistem fintech yang sehat. Entjik menyampaikan bahwa regulasi tersebut memberikan jaminan perlindungan bagi konsumen, sehingga meningkatkan kepercayaan publik terhadap pelaku usaha.

Selain itu, pemanfaatan teknologi, khususnya AI, dalam penilaian dan manajemen risiko kredit, pemasaran, serta deteksi penipuan, menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga kualitas layanan. "Pemanfaatan teknologi khususnya AI merupakan salah satu faktor layanan P2P Lending hadir sebagai salah satu solusi finansial dengan akses jangkauan yang luas dan inklusif," kata Entjik.
 

Fintech sebagai Solusi Akses Pembiayaan bagi UMKM
 

Fintech P2P lending juga berperan penting dalam menyediakan akses pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang selama ini kesulitan mendapatkan kredit dari lembaga keuangan formal. Salah satu contoh sukses adalah Karen Komala, pemilik Kedai Mie Arunika PIK 2, yang berhasil meningkatkan omzet usahanya lebih dari 50% setelah mendapatkan pinjaman dari platform KlikKami. "KlikKami menjadi platform pinjaman online yang saya percaya. Sebelumnya saya sudah mencoba berbagai platform hingga akhirnya saya pilih KlikKami karena pelayannya bagus dengan bunga yang kompetitif," ujar Karen.

Selain itu, Harza Sandityo, Direktur Utama ALAMI Sharia, menyatakan bahwa fintech P2P lending syariah telah memberikan dukungan keuangan kepada lebih dari 11.400 proyek UMKM di sektor strategis di Indonesia. "Ekosistem ALAMI menjangkau 482 kota di 34 provinsi di seluruh Indonesia, melibatkan penyandang dana dan penerima manfaat, terutama UKM, yang berpartisipasi dalam berbagai kegiatan komersial dan sosial," tambah Harza.
 

Tantangan dan Upaya Mitigasi Risiko Kredit Macet
 

Meskipun industri pinjol menunjukkan pertumbuhan positif, tantangan terkait risiko kredit macet tetap menjadi perhatian. Andrisyah, Ketua Bidang Pengawasan dan Penegakan Hukum AFPI, mengungkapkan bahwa asosiasi siap memfasilitasi kolaborasi antar anggota untuk bertukar pengalaman dan praktik terbaik dalam pengelolaan kredit. "Kami pun siap memberikan dukungan dan pendampingan kepada anggotanya," ujarnya.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios), Nailul Huda, juga menekankan pentingnya perbaikan sistem credit scoring oleh para pelaku industri. "Kesalahan yang paling mendasar adalah ketika proses credit scoring Borrower yang kemungkinan besar tidak valid atau tidak mencerminkan kemampuan bayar dari Borrower," tuturnya.
 

Prospek dan Tantangan Industri Fintech P2P Lending
 

Meskipun optimisme masih ada, Entjik mengakui bahwa 2025 akan menjadi tahun yang berat bagi industri fintech P2P lending. "Ini akibat kondisi ekonomi global dan ekonomi nasional yang belum stabil. Namun kami melihat masih ada prospek," pungkasnya.

Sebagai gambaran kinerja industri P2P lending sepanjang 2024, industri P2P lending menutup 2024 lalu dengan torehan laba setelah pajak sebesar Rp1,65 triliun, meningkat signifikan sebesar 245% YoY dibandingkan laba setelah pajak sebesar Rp478,15 miliar per Desember 2023. Dari sisi permodalan, ekuitas industri P2P lending per Desember 2024 tumbuh 46% YoY dibanding ekuitas per Desember 2023 sebesar Rp3,46 triliun.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga optimis bahwa industri P2P lending dapat melanjutkan tren pertumbuhan di tahun 2025 meskipun masih dibayangi oleh berbagai ketidakpastian kondisi perekonomian. "Berdasarkan proyeksi Rencana Bisnis Penyelenggara Pindar yang disampaikan kepada OJK, pada tahun 2025 industri Pindar diperkirakan terus mencetak laba meskipun masih dibayangi oleh berbagai ketidakpastian kondisi perekonomian," kata Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK.

Halaman :

Terkini